NovelToon NovelToon
RACUN

RACUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Poligami / Kisah cinta masa kecil
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Girl_Rain

Apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan kelabu yang menyelimuti rumah tangga selama lima tahun?

Khalisah meminta suaminya untuk menikah lagi dengan perempuan yang dipilih mertuanya.

Sosok ceria, lugu, dan bertingkah apa adanya adalah Hara yang merupakan teman masa kecil Abizar yang menjadi adik madu Khalisah, dapat mengkuningkan suasana serta merta hati yang mengikuti. Namun mengabu-abukan hati Khalisah yang biru.

Bagaimana dengan kombinasi ini? Apa akan menjadi masalah bila ditambahkan oranye ke dalamnya?

Instagram: @girl_rain67

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Girl_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

H. 10~Sesali

Melihat ada ketertarikan dari lawan bicara, Andra semakin ingin memprovokasinya. Ia pun melangkah ke depan Khalisah, dan tentunya Khalisah mengambil jarak.

"Untuk apa peduli iya 'kan, kalau Abizar sendiri sudah menentukan pilihannya?"

Dari balkon lantai dua, seseorang melihat perseteruan mereka. Hara bermaksud ingin melihat halaman rumah dari atas, namun malah melihat orang yang sempat berbicara dengannya di kantor sedang mengusik mbak Khalisah.

Mengusik? Karena mbak Khalisah terlihat tidak nyaman dari cara mbak Khalisah meremat tangan di depan perutnya.

Hara segera pergi dari sana dan berniat menghampiri kedua orang tersebut.

"Wajar saja kamu sombong," papar Andra mengangkat wajahnya.

Sepertinya ada sesuatu yang diketahui orang ini, dan dengan diam sepertinya bisa membuatnya semakin bicara, batin Khalisah mengungkap pemikirannya.

Kalau begitu....

Bola mata Khalisah memutar. "Lalu?"

Sontak Andra menyeringai. "Sudah kuduga kamu mengetahuinya, makanya bisa bersikap santai-santai saja. Tapi apa kamu tahu, mata manusia tidak menetap lho dan hati pun mengikutinya."

"Benar bagi pria mata jelalatan."

Dari belakang Andra, Hara menyerukan suaranya. Sampai Khalisah dan Andra dibuat terkejut oleh kemunculannya.

Hara melewati Andra dan berdiri di samping Khalisah. "Mbak nggak papa? Pria itu nggak sakitin Mbak 'kan?"

Khalisah menggeleng.

Hara menunjuk pada Andra menjadi sebab kerutan pada dahi Andra. "Kamu, pulang sana. Dan jangan pernah datang ke sini lagi. Ayo, Mbak kita masuk."

Khalisah membiarkan Hara menariknya ke dalam rumah, membiarkan Andra yang menyeringai sehingga menjadi tanda tanya bagi Khalisah.

Sebenarnya apa maksudnya?

Ini menjadi tanya bagi Khalisah hingga waktu menggapai sore.

Khalisah duduk di atas kasur, dan ketika suara pintu diketuk terdengar ia bergegas menghampiri pintu.

"Khalisah."

Seruan pertama begitu pintu dibukanya.

"Ada apa, Mas?"

Abizar tampak menunjukkan raut senang. "Ada yang mau Mas tunjukan, ayo."

Sebuah tarikan lembut yang membawanya ke sebuah ruangan di sebelah kamarnya.

Mata Khalisah terbelalak.

Abizar tersenyum. "Bagaimana menurutmu?"

Ketika ruangan dahulu berupa gudang seperti kamar keduanya terdahulu kini di sulap sedemikian rupa.

Bunga mawar putih menghiasi dinding serta cat biru dan awan-awan yang tergantung di langit-langit kamar, namun yang menarik netra Khalisah ialah keranjang bayi yang berada agak di sudut ruangan.

"Bagus nggak buat anak kita? Mas mengkombinasikan warna dan hal yang kita sukai sebagai hiasan kamar ini. Yaah~ beginilah hasilnya," tutur Abizar terdengar puas.

Apa itu disebabkan Khalisah yang membeku?

"Kamu menyukainya 'kan?" tanya Abizar karena belum menerima jawaban.

Perlahan Khalisah menunduk. "Iya, aku bakal menyukainya bila ruangan ini memang dibuat anak kita. Anak kita, bukan anak Mas, Hara, dan aku."

Khalisah menghadapkan wajahnya pada Abizar.

"Apa maksudmu, Khalisah? Bukankah kita sudah sepakat bahwa anak yang akan segera lahir adalah anakmu juga?" Abizar menjadi tak mengerti.

"Anakku juga, bukan anakku saja. Tapi mengapa ketika Mas menyebut kata 'kita', aku merasa hanya aku dan Mas saja, tidak ada Hara di dalamnya. Setidaknya ruangan ini ada warna kuning yang menjadi warna kesukaan Hara, bahkan untuk sekedar lukisan mataharinya. Padahal Mas sebagai teman yang hidup dengan Hara seharusnya lebih tahu yang diinginkan Hara sebagai ibu kandung anak itu, tapi mengapa hanya Mas dan aku?" terang Khalisah dengan napas terengah-engah.

Kening Abizar menyatu atas sikap Khalisah yang menggebu-gebu menanggapi desian ruangan ini. "Kenapa tiba-tiba kamu berpikiran sejauh itu, Khalisah? Aku yakin Hara juga akan menyukainya."

"'Akan', apa artinya Mas menunjukkan kamar ini lebih dulu padaku ketimbang Hara?"

Bukan tanpa alasan Khalisah bersikap emosional begini. Pemicunya adalah kata-kata teman Abizar yang masih membayanginya sampai sekarang. Saat pemikiran buntu dan Khalisah mulai ingin berhenti memikirkannya, Abizar justru memberikan petunjuk yang mengarah ke satu hal menurutnya.

Mata Khalisah berkaca-kaca.

"Tentu saja. Kamu istri pertamaku yang sepatutnya aku dahulukan ketimbang Hara yang istri keduaku," jawab Abizar.

"Tapi tidak pada perkara anak. Hara lebih berhak."

Cairan bening pun mulai mengalir dari mata lentik Khalisah.

Abizar tersentak melihat Khalisah menangis sebelum wajah itu ditutup. Abizar segera berdiri di hadapan Khalisah.

Abizar memegang kedua telapak tangan Khalisah dan menurunkannya dari wajah yang menangis. Ia menangkup muka Khalisah dan menghapus air mata itu menggunakan jempolnya.

"Sebenarnya ada apa? Kenapa kamu bersikap begini, Khalisah?"

Khalisah memalingkan bola mata dan rupanya perlakuannya menyinggung perasaan Abizar.

"Tatap Mas, Khalisatul Ula," tekan Abizar.

Marah ya, batin Khalisah.

"Maaf, Mas. Aku mau sendiri."

"Mas butuh kejelasan, Khalisah."

"Dan aku butuh waktu untuk menenangkan diri, aku mohon, Mas."

Meski dengan dada yang terasa terbakar, Abizar menurunkan tangannya. "Baiklah."

Abizar berbalik tanpa banyak kata dan keluar kamar agak membenturkan pintunya.

Bersamaan dengan itu, Khalisah terduduk. Jujur saja, kakinya lemes sejak tadi. Membayangkan hal yang akan dilakukan mas Abizar jika sesuai prediksinya.

"Mas Abizar bakal menceraikan Hara dan mengambil anaknya untuk dirawat bersamaku."

Begitulah kesimpulannya saat perkataan teman mas Abizar dan nuansa kamar ini digabungkan.

Air matanya kembali jatuh.

"Bagaimana bisa Mas Abi punya pemikiran seperti itu? Aku tidak mau menjadi wanita jahat yang memisahkan ibu dan anaknya. Dan menjadi ibu bagi anak itu."

Khalisah menangisi ini setelahnya, bahkan ketika melewati shalat magrib dan isya ia masih delema hingga berakhir di meja bulat di dapur.

Tidak separah dasar ia mengetahuinya, kali ini Khalisah mulai bisa mengurainya dengan sisi samping kepalanya di rebahkan atas meja dan yang menjulur sambil memegang potongan buah pir.

Khalisah terkekeh. "Pantas saja Mas Abi tampak marah mengetahui calon istri keduanya adalah Hara. Rupanya rasa itu sadari awal memang ada."

"Mas Abi mempercepat rencananya pun karena tak ingin rasa itu kembali menyeruak, dan menjadikannya ragu."

"Kalau begitu, apa alasan Mas Abi mempertahankan ku disaat ada perempuan yang lebih dicintainya dan perempuan itu pun sempurna. Aku tak mengerti."

Khalisah menghela napas.

Tuk.

Suara tak asing akibat sering terjadi ini membuat Khalisah bungkam akan gumaman sadari tadi. Ia langsung bangkit dari acara rebahannya dan sesuai dugaannya....

Ada segelas air di meja.

Tanpa perlu menengadahkan wajahnya, Khalisah sudah segelas air itu berasal dari siapa.

"Kenapa Anda selalu memberikan air putih untuk Saya?"

Namun setelah lima tahun berlalu baru, kali ini Khalisah bertanya. Dan pertama kalinya ia membuka suara pada laki-laki bodyguard yang ditugaskan untuk menjaganya.

"Untuk menenangkan."

Jawabannya....

Buru-buru Khalisah membaca bismillah dan meminum air tersebut hingga tandas dibalik cadarnya.

Khalisah pergi tanpa menoleh sedikitpun ke belakang. Meninggalkan laki-laki yang kini menunduk agar tak memperhatikan punggungnya.

...☠️...

...☠️...

...☠️...

Dengan: Tisara Al-Muchtar

1
Dinda Putri
up
Aminin azaaa
bingung Thor Edgar kan seorang polisi, tp bertahun tahun jd bodyguard khalisah, gimana cara bagi waktu nya🙏🙏
Masitoh Masitoh
jujur aku heran dgn sikap Khalisah terlalu baik ya Thor walau mertua SDH hadirin madu bahkan suaminya mafia
@Girl_Rain67: Jujur, Rain pun pengen jadi Khalisah. Tapi tak sanggup 😢
total 1 replies
Dinda Putri
up
Dinda Putri
Lanjut Thor jangan kelama an upnya jadi penasaran
@Girl_Rain67: Siap, kak
total 1 replies
Dinda Putri
luar biasa
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
@Girl_Rain67: Insyaallah
total 1 replies
Anto D Cotto
menarik
Aminin azaaa
lanjutkan
@Girl_Rain67: Siap, kak. /Smile/
total 1 replies
Aminin azaaa
lanjut
Gadiscantik27
Malam, kak. Boleh minta support balik, kak?
@Girl_Rain67: Boleh, kak 🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!