Ganti judul: Bunda Rein-Menikah dengan Ayah sahabat ku
"Rein, pliss jadi bunda gue ya!!" Rengek Ami pada Rein sang sahabat.
"Gue nggak mau!" jawab Rein.
"Ayolah Rein, lo tega banget sama gue!"
"Bodo amat. Pokok nya, gue nggak mau!!" tukas Rein, lalu pergi meninggalkan Ami yang mencebik kesal.
"Pokoknya Lo harus jadi bunda gue, dan jadi istri daddy gue. Titik nggak pake koma!" ujarnya lalu menyusul Rein.
Ayo bacaa dan dukung karya iniii....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mey(◕દ◕), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Aldo, Rein dan Davin sedang berada di sebuah kafe yang baru di buka sekitar 1 bulan lebih. Sebenarnya hanya Rein dan Aldo saja yang akan bertemu untuk membahas rencana mereka selanjutnya, namun mengingat bagaimana cemburu nya Davin, membuat pria itu memaksa Rein untuk ikut.
Davin mengabaikan Aldo yang sedari tadi menatap mereka dengan senyum geli di wajah nya, berbeda lagi dengan Rein yang terlihat malu-malu sambil berusaha menahan tangan Davin yang terus bergelayut di lengan nya.
"Nggak papa Rein, anggap aja aku nggak ada," ujar Aldo sambil terkekeh.
Aldo tidak menyangka calon mertua nya begitu manja pada Rein, membuat ia berpikir akan kah suatu saat nanti ia akan sama seperti itu pada Ami.
"Jadi, masih mau pakai rencana Sebelumnya?" Tanya Rein memulai obrolan.
Aldo tampak berfikir sebentar. Rencana mereka ini mungkin akan sedikit menyakitkan untuk Ami, tapi mau bagaimana lagi karena hanya itu rencana yang bisa ia Pastikan berhasil.
"Iya. Kaya nya rencana itu aja, karena memungkinkan untuk berhasil nya 99,9%." Rein mengangguk, saat melihat raut percaya diri dari Aldo.
"Jangan pernah sakiti anak saya, saya percaya sama kamu." ucap Davin tiba-tiba.
Aldo terpaku sebentar lalu mengangguk semangat. Apakah ini artinya ia sudah mendapatkan restu dari Davin.
"Siap om, saya nggak bisa janji tapi akan saya usahakan untuk selalu buat Ami bahagia." Ucap Aldo dengan senyum yang terus mengembang.
***
Ami mengerutkan keningnya kala melihat Davin dan Rein yang baru saja memasuki rumah.
Entah kedua nya dari mana, Ami pun tak tahu.
Kedua nya tampak sangat mesra, membuat Ami sedikit kurang nyaman. Apalagi jika ingatan nya kembali saat melihat Rein yang bersama dengan Aldo beberapa hari lalu.
"Eh, kalian habis dari mana?" Tanya Ami sambil menyembunyikan raut sedih nya.
"Habis kencan." Davin langsung menjawab di angguki Rein yang merangkul mesra lengan Davin.
Percayalah dalam hati Rein, ia tengah berusaha menahan diri untuk tidak memeluk sang sahabat yang terlihat sedih. Rein juga sebenarnya sedikit malu pada Ami, karena baru pertama kali ini ia menunjukkan keromantisan nya bersama Davin di depan Ami secara langsung.
"Oh gitu." Ami seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi tidak jadi saat melihat wajah bahagia Davin dan Rein.
'mungkin mereka lupa!' pikir Ami.
Davin menggandeng tangan Rein lalu mengajak nya untuk berlalu dari sana, meninggalkan Ami yang merasa sendiri.
***
"Kasihan Ami, mas?" Ucap Rein saat kedua nya sampai dalam kamar.
Davin mengangguk membenarkan, ia juga ikut sedih melihat sang anak yang selalu menampilkan raut bahagia kini terlihat sedih, Namun demi kelancaran rencana mereka, Davin akhirnya berusaha menahan diri.
"Yang?"
Rein yang baru saja keluar dari kamar mandi, menoleh pada Davin yang sedang duduk sambil menatap nya.
"Kenapa?" Jawab Rein sambil menyeka air di wajah nya.
Davin tersenyum aneh membuat Rein bergidik ngeri. "Kenapa sih?" Tanya Rein heran.
"Sini dulu!" Ucap nya sambil menggulingkan tubuh nya di atas kasur.
Rein melangkah menuju Davin, hingga tiba-tiba pria itu menarik nya. Membuat Rein menjadi rebahan di samping nya, tak lupa tangan Davin yang memeluk erat tubuh sang kekasih.
"Mau nen!" Cicit Davin pelan. Rein mengerutkan keningnya, saat tidak terlalu jelas mendengar suara Davin karena terendam oleh pelukan pria itu.
"Hah? Kenapa mas?" Tanya Rein sekali lagi, sambil menangkup kedua pipi pria itu, hingga Davin menatap Rein sepenuhnya.
"Emm...mau nen," ucap Davin sambil menatap Rein memelas.
Rein menggeleng pelan, sambil menatap Davin lembut. "Mas lupa sama janji mas waktu itu?" Tanya Rein mengingatkan.
Davin terpaku sebentar kemudian menghembuskan nafas panjang. "Huh! Maaf, aku khilaf!" Ucap nya penuh sesal.
Janji yang Rein maksud adalah, ucapan Davin saat kedua nya melewati pergumulan panjang waktu pertama kali karena pengaruh alkohol.
Setelah itu Davin berjanji tidak akan pernah menyentuh Rein lagi, hingga kedua nya sah menjadi suami istri.
"Nggak papa. Sini peluk." Davin langsung memeluk Rein erat, untuk merendam nafsu yang tiba-tiba saja muncul karena mencium wangi tubuh Rein.
Meskipun sering tidur bersama, namun Davin tidak pernah menyentuh Rein.
***
Aldo tersenyum menatap foto yang berada di layar ponsel nya, potret seorang gadis yang ia ambil beberapa tahun lalu.
"1 langkah lagi, dan tunggu aku untuk menjadikan kamu milikku," gumam nya pelan.
Kisah mereka cukup sederhana. Aldo yang saat itu sedang berjalan hendak menuju ruangan sang dosen karena ada keperluan mendesak, tak sengaja di tabrak oleh seorang mahasiswi baru yang sedang berjalan dengan terburu-buru hingga mahasiswi itu terjatuh.
Aldo menatap mahasiswi itu kemudian hendak membantu nya, namun belum sempat membantu, mahasiswi itu langsung berucap meminta maaf kemudian berlalu dari sana dengan cepat.
Mengedikan bahu, Aldo kemudian hendak melangkah pergi namun sesuatu yang tertangkap di matanya membuat Aldo berhenti.
Pria itu berjongkok kemudian meraih sebuah kartu peserta yang Aldo yakini milik mahasiswi tadi, 'Amira Artama' gumam Aldo membaca nama mahasiswi itu.
Tiba-tiba pria itu teringat akan urusan nya bersama sang dosen, Kemudian ia langsung berlalu dengan cepat, tak lupa mengantong kan kartu peserta mahasiswi tadi.
***
Jam menunjukkan pukul 18.15, Davin dan Rein keluar dari kamar masing-masing. Keduanya saling melempar senyum, lalu bergandengan menuju ruang tengah, yang sudah ada Ami.
Wanita itu menggenakan sebuah dress model Sabrina berwarna biru tua sebatas mata kaki, membuat nya sangat cantik di tambah make up nya yang sangat natural.
Rein dan Davin terpukau menatap Ami, apalagi dress yang di berikan oleh Aldo tadi sangat cocok sekali jika Ami yang memakai nya.
"Ami harus ikut ya, dad?" Tanya Ami. Ia tadi di beritahu kan oleh Davin bahwa jam setengah 8 nanti mereka akan pergi keluar, entah kemana.
"Harus. Sudah siapkan? Kita langsung berangkat aja, takut telat." Kemudian ketiga nya langsung berlalu menuju mobil yang sudah di persiapkan, dengan Davin yang akan menyetir sendiri.
Keheningan melanda, ketiga nya tidak ada tanda-tanda akan membuka suara. Hingga sebuah panggilan masuk pada ponsel Rein.
Rein melirik Davin yang juga melirik nya, kemudian melihat Ami dari kaca mobil, yang sedang menatap keluar, melihat lampu-lampu jalan yang sudah di hidupkan, membuat jalan tampak indah.
"Kami lagi di jalan, persiapkan aja semua nya!" Ucap Rein, ia tahu bahwa Ami melirik nya, membuat nya tersenyum tipis.
Sambungan terputus, bertepatan dengan mereka yang tiba di sebuah bangunan besar nan mewah.
Ami menatap bangunan itu dengan tatapan bingung. Ia ingin bertanya namun di urungkan kala seorang pegawai datang menghampiri mereka ketika ketiga nya tiba di loby.
"Permisi Tuan, nyonya, mari saya antar." Saat akan melangkah, tiba-tiba Rein bersuara.
"Kalian duluan aja, aku mau ke toilet dulu," ucap nya.
"Aku temanin." Jawab Davin cepat. Kedua nya kemudian menatap Ami yang sedari tadi terdiam.
"Kamu duluan aja, nanti daddy nyusul sama Rein," ucap Davin pada sang anak.
Ami mengangguk tanpa membantah, dengan pelan ia mengikuti pegawai tadi.
Ami tidak menyadari bahwa sesuatu yang akan membuat nya terkejut sudah menanti nya di depan sana.
TBC.....