Dania terpaksa menggantikan posisi kakak tirinya, Adelia sebagai seorang mempelai wanita dari seorang lelaki yang bernama Daniel Dirgantara.
Tanpa sepengetahuan Dania, ternyata Daniel memiliki kelainan mental. Ia mengalami Intermittent Explosive Disorder, di mana ia tidak bisa mengontrol kemarahannya. Ia bisa membanting dan menghancurkan apa saja, bahkan ia bisa melukai siapapun yang berada di dekatnya.
Hal itu pula lah yang membuat Adelia memilih kabur dan meninggalkan Daniel, beberapa hari sebelum hari pernikahan mereka.
Bagaimana nasib Dania yang akhirnya berada di bawah kungkungan Daniel?
#Cerita ini hanya lah fiktif belaka, jika ada yang tidak masuk akal, mohon sekiranya dimaklumi. ❤❤❤
💗Terima kasih 💗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ibu Sambung
Dania memundurkan langkahnya kemudian berbalik dan melangkah pergi.
"Dania!" panggil Selly yang sejak tadi mencari keberadaan gadis itu hingga akhirnya mereka bertemu di sebuah ruangan yang terletak tak jauh dari ruang pribadi Daniel.
Dania berbalik dan menoleh ke asal suara. Ia tersenyum hangat setelah mengetahui siapa yang memanggilnya barusan. "Selly? Benar 'kan namamu Selly?"
"Ya, aku Selly. Adik sepupu Kak Daniel. Kita ngobrol, yuk, Dania. Aku boring nih, gak ada temen," ajak Selly.
Selly menarik tangan Dania kemudian mengajaknya duduk di sofa yang ada di ruang utama. Dania pun menurut saja dan mengikuti gadis itu duduk di sana.
"Ehm, Dania, bagaimana menurutmu Kak Daniel? Dia lelaki yang romantis, 'kan?" tanya Selly sambil tersenyum manis menatapnya. Gadis itu menopang wajahnya dengan tangan dan menatap Dania lekat tanpa berkedip sedikitpun.
Dania tersenyum kecut mendengar pertanyaan Selly. Pertanyaan yang terdengar sangat lucu bagi Dania. Ingin sekali ia berkata jujur kepada Selly bahwa lelaki yang bernama Daniel itu sangat menyebalkan dan jauh dari kata romantis.
"Ya, seperti itulah," jawab Dania.
Selly terdiam untuk sesaat dan kemudian bertanya lagi. "Ehm, tapi kamu sudah tahu 'kan bagaimana sifat Kak Daniel?"
Dania menautkan kedua alisnya. Jika yang dimaksud oleh Selly adalah sifat Daniel yang menyebalkan, mulutnya ceplas-ceplos, asal bicara dan tidak peduli akan perasaan orang lain. Ya, tentu saja Dania sudah tahu karena ia sudah menjadi korban dari lelaki itu.
"Ehm, sepertinya, ya. Aku sudah tahu," jawab Dania. Walaupun sebenarnya ia belum yakin dengan jawabannya sendiri.
Selly menghembuskan napas lega setelah mendengar jawaban dari Dania. "Oh, syukurlah. Semoga saja kamu sabar menghadapinya," ucap Selly sembari menepuk pundak Dania.
"Oh ya, apa kamu sudah bertemu Ibuku? Bagaimana menurutmu, Ibuku baik, 'kan?" sambung gadis itu.
"Ehm ... sebenarnya aku belum bertemu dengannya. Aku dengar mereka tengah berbicara serius di dalam sana dan aku tidak ingin mengganggu pembicaraan mereka," jawab Dania.
"Oh ayolah, Dania! Tidak akan mengganggu, kok! Sini, biar aku temani kamu ke sana. Biar kamu bisa bertemu Ibuku," ucap Selly lagi.
Gadis itu bangkit dari posisi duduknya kemudian menarik tangan Dania agar mengikutinya ke ruang pribadi Daniel untuk menemui Tante Riska di sana. Dania menolak sambil tersenyum getir. Ia masih teringat akan kata-kata Daniel yang begitu membekas di hatinya.
"Ehm, sebaiknya nanti aja, Sell. Tunggu mereka selesai berbicara," tolak Dania secara halus.
Karena Dania terus menolak, akhirnya Selly pun mengalah dan kembali ke posisinya semula.
"Kamu tahu, Dania. Aku merasa sangat beruntung karena Ayahku menemukan sosok Ibu Riska dan menjadikannya bagian dari kami. Dia begitu tulus memberikan kasih sayangnya kepadaku. Bahkan selama ini aku benar-benar merasa seperti lahir dari rahimnya. Pokoknya, Ibu Riska adalah Ibu terbaik yang pernah aku miliki," ucap Selly yang tiba-tiba mencurahkan isi hatinya kepada Dania.
Dania menautkan kedua alisnya heran. "Jadi maksudmu, Tante Riska sebenarnya hanya Ibu sambungmu, begitu?"
Selly menganggukkan kepalanya sambil melemparkan senyuman hangatnya kepada Dania. "Ya, dia hanya Ibu sambung, tetapi terasa seperti Ibu kandung. Bahkan Kak Daniel saja menyayangi Ibuku sama seperti menyayangi Ibunya sendiri. Pokoknya Ibuku ter 'the best' lah," sahut Selly.
Dania tersenyum kecut sambil mengingat perjalanan hidupnya yang tidak seberuntung Selly. "Ternyata kisah hidup kita hampir sama, Sell. Namun, sayangnya aku tidak seberuntung kamu. Ibu sambungku tidak sebaik Ibu sambungmu. Ibu sambungku tidak pernah menginginkan aku," lirih Dania dengan wajah tertunduk.
Selly menghampiri Dania kemudian memeluknya dari samping. "Oh, Dania. Maafkan aku karena sudah membuatmu bersedih."
"Tidak apa-apa," jawab Dania.
Sementara itu di ruangan pribadi Daniel.
"Daniel, belajarlah untuk melupakan Adelia. Ya, Tante tahu itu sulit, tetapi bukan berarti itu tidak mungkin, 'kan? Tante yakin, suatu saat nanti kamu pasti bisa melupakannya. Dan ingat, saat ini gadis yang kamu sebut aneh itu sudah menjadi istri sah mu. Fokuslah kepadanya dan belajarlah untuk mencintai dan menyayanginya," tutur Tante Riska sambil menepuk pelan pundak Daniel.
Daniel menganggukkan kepalanya perlahan. "Akan ku coba, Tante," jawab Daniel.
"Bagus! Tante senang mendengarnya." Tiba-tiba ponsel Tante Riska berdering dan wanita itu segera menerima panggilan yang ternyata dari suaminya, Om Tommy.
Wanita itu bicara dengan sangat serius bersama suaminya di seberang telepon. Sesekali terlihat Tante Riska menekuk wajahnya, seolah tidak setuju dengan permintaan sang suami.
"Ok, baiklah. Aku akan segera pulang," ucap Tante Riska yang kemudian mengakhiri panggilannya bersama suaminya itu.
"Ada apa, Tante?" tanya Daniel yang sejak tadi memperhatikan Tantenya itu.
"Ah, biasa! Om kamu itu kalau mengajak pulang selalu mendadak. Katanya Tante harus bersiap-siap sekarang kalau tidak, dia mengancam akan pulang sendiri!" sahut Tante Riska sambil tertawa pelan.
Daniel tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya. Setelah berpamitan kepada Daniel, wanita itu pun segera melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu bersama Daniel.
"Selly! Sell, ayo kita pulang!" panggil Tante Riska dari kejauhan.
"Hah?! Ah, Ibu tidak asik. Baru juga kita bicara sebentar di sini," gerutu Selly sambil menekuk wajahnya.
"Tidak apa-apa, Selly. Pulanglah," sahut Dania.
"Ya, sudah. Aku pulang dulu, ya."
Selly berlari kecil menuju ruangan di mana Ibunya dan Daniel berada. Sementara Dania memilih kembali ke dapur. Entah mengapa ia masih menolak bertemu dengan Daniel.
...***...
"suamiku"
dania munafik kalau kau sadar punya suami apa pantas kau pergi dengan lelaki lain, berinteraksi kayak sepasang kekasih lagi kencan
dania munafik kalau kau benarkan kelakuan menjijikan mu dengan erick berarti suami juga boleh dong punya teman wanita lain dan berinteraksi sepertimu
untuk para author, belajar lagi mana benar mana salah, buka pikiran mu apakah seorang istri bebas berteman dan pergi berduaan dengan lelaki lain kayak sepanjang kekasih itu itu kalian anggap sesuatu yang benar, klo kalian benarkan perbuatan dania berarti boleh donk suami kalian punya teman wanita dan pergi berduaan dengan wanita lain
walau uji hanya novel tapi pakai juga pikiran dan hatimu biar bisa membedakan mana salah mana benar
Aku pasti,Sam punya yg lain diluar sana selain Adelia...👏👏👏