" Maaf Al, kita nggak bisa lanjutin hubungan kita ini."
Sakit hati Alna, tiba-tiba diputuskan oleh sang tunangan yang merupakan seorang tentara. Tanpa ada alasan yang jelas, hubungan yang sudah berjalan 3 tahun itu pupus begitu saja.
Sebenarnya Alna bukan lah korban "Hallo Dek!", karena dia juga merupakan seorang tentara. Ia dan Bimo berada di kesatuan yang sama.
Untuk mengobati sakit hatinya, Alna mengusulkan dirinya sendiri untuk pergi melakukan tugas sebagai seorang dokter di sarang mafia besar yang disinyalir mendanai perang. Tapi siapa sangka sang mafia malah jatuh cinta kepada Alna.
" Aku akan terus mengejarmu meskipun kau menolak ku. Aku bahkan rela membuang semua ini asalkan kau mau menerimaku." Ahmed Yusuf Subrata.
" Tapi aku adalah orang yang ingin menangkap mu." Alna Gyantika Kalingga
Bagaimana kisah cinta Mayor Alna?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentara dan Mafia 15
" Aarghhhh sialan! Itu cowok kenapa sih. Gila, dia beneran gila. Kenapa dia jadi bersikap kayak gitu. Erghhhh."
Di dalam kamarnya, Alna melupakan semua kekesalannya terhadap Yusuf. Selain kesal kepada pria itu, dia juga malu kepada yang lainnya.
Alna sungguh tidak habis pikir, bagaimana bisa pria itu melakukan flirting kepada dirinya secara terang-terangan di depan banyak orang.
Alna mengusap wajahnya kasar, dia mencoba menelaah apa maksud dan tujuan dari Yusuf.
" Apa dia udah tahu identitas ku? Apa dia curiga sama aku, dan ngelakuin itu karena mau memastikan sesuatu. Arggh sialan banget sih."
Ia memejamkan matanya sejenak, sambil sedikit merelaksasikan tubuhnya. Alna harus berpikir dengan tenang dan tidak boleh tergesa-gesa dalam menyimpulkan.
" Ayo kita ikutin alurnya dulu aja."
Bruuum
Suara mobil menderu, seseorang meninggalkan kediaman ini. Alna melihat plat mobilnya, ia segera mengingatnya di kepalanya. Namun dia tidak melihat siapa yang pergi.
Ini merupakan salah satu peluang baginya untuk melakukan penyelidikan. Alna berpikir untuk keluar, tapi dia butuh sebuah alasan untuk apa dirinya keluar di waktu malam begini.
" Aah iya, itu aja."
Sebuah ide tercetus, Alna mengganti pakaiannya. Sebuah baju terusan panjang berwarna hitam yang memang ia siapkan untuk sewaktu-waktu keluar. Namun di dalam baju itu, dia mengenakan lagi celana panjang dan juga baju panjang. Senjata kecil tak lupa dia sisipkan dibalik bajunya.
Satu lagi sebuah tote bag. Karena dia bingung mau di isi apa biar terlihat ada isinya, akhirnya Alna membawa sebah kotak P3K.
Ceklek
Alna berjalan keluar kamar dengan sangat santai. Dia kemudian mencari Ameh Aatirah.
" Bolehkan saya keluar, saya ingin jalan-jalan melihat kota."
" Ehhmm, baik kalau begitu. Saya akan memanggil seseorang untuk menemani Doker."
Alna mengangguk, dia tidak mungkin menolak. Karena saat ini dia sedang berperan sebagai orang yang sama sekali belum pernah ke negara ini. Jadi ditemani seseorang yang tinggal di sini merupakan sesuatu yang ia harus terima.
Bersukur jarak antara mobil yang ia lihat ke luar dari mansion dan Alna, tidak lah terlalu lama. Sehingga Alna masih bisa mengejarnya.
Ketika dia masuk ke mobil, dan mulai berjalan menjauh dari mansion, Alna menepuk punggung si supir yang ditugaskan Ameh Aatirah.
Supir itu limbung dan pingsan. Alna langung menepikan mobilnya, dan memanggil taksi.
Sebuah jarum bius kecil ia gunakan untuk membuat si supir pingsan. Dan obat bius itu bisa bertahan hingga kurang lebih 8 hingga 10 jam lamanya.
" Tolong ikuti mobil itu dari jarak yang aman."
" Baik Nona."
Terasa mudah bagi Alna untuk melumpuhkan si supir. Dia pergi ke sini untuk menjalankan misi tentu tidak mungkin datang dengan tangan kosong. Banyak bekal dan persiapan yang ia bawa untuk melancarkan tugasnya.
Sedangkan untuk Ameh Aatirah, dia langsung memberi izin karena memang Alna tidak mencurigakan baginya. Lagi pula sebelum-sebelumnya, dokter yang bekerja di mansion memiliki akses tak terbatas untuk keluar masuk juga.
Alna terus memicingkan matanya, mobil yang ia ikuti terus melaju hingga keluar kota. Dan berhenti di sebuah bangunan. Itu tampak seperti rumah biasa dan juga tidak terlalu besar.
" Berhenti di sini saja, Pak. Ini ongkosnya. Terimakasih."
Alna mengambil selendang panjang dari dalam tasnya dan langsung melilitkan di kepalanya. Tak lupa itu juga ia gunakan untuk menutupi sebagian dari wajah.
" Itu Yusuf, tapi dia tidak bersama salah satu dari orang yang biasa sama dia?"
Yang Alna maksud adalah Gly dan Ted. Dalam kepala Alna terus berkata, bagaimana dia bisa pergi dalam kondisi yang demikian. Bukankah akan bahaya jika terjadi sesuatu kepadanya.
Alna melihat dari jarak aman. Awalnya ia ingin lebih dekat lagi, namun feeling nya berkata itu tidak boleh dilakukan.
Sementara itu di dalam rumah tersebut, kedatangan Yusuf yang tiba-tiba sedikit membuat mereka terkejut. Sebenarnya tidak semua, hanya beberapa saja.
" Selamat datang, Tuan. Tumben sekali Anda datang malam-malam begini?"
" Hanya mampir saja, kebetulan lewat. Bagaimana, apa ada sesuatu yang harus ku ketahui. Coba laporkan."
Abu langsung bangkit dan mengambil sebuah map tebal. Ia lalu memberikannya kepada Yusuf. Abu adalah orang yang Yusuf tugaskan untuk mengkoordinir markas Black Hunter. Ia juga yang akan memberi laporan terhadap segala sesuatu yang terjadi mengenai permintaan dari organisasi, ataupun perusahaan yang membutuhkan jasa mereka.
" Tidak ada masalah. Oh iya, kemarin saat aku pergi, apa ada yang menyusul ke sana?"
" Tidak Tuan, tidak ada. Kami tetap berada di sini dan yang lain menjalankan tugas sesuai permintaan."
Yusuf diam sejenak. Dia mengetuk-ngetukan jarinya di meja. Semua anak buah Yusuf tampak tegang. Bukan tanpa alasan, mereka tidak pernah melihat wajah Yusuf yang saat ini seperti tidak bisa dijelaskan.
" Sebenarnya ada apa, Tuan. Saya melihat Anda begitu gelisah."
" Tidak ada masalah, hanya saja ada sesuatu yang mengganggu pikiranku. Aku merasa ada sesuatu yang mencoba untuk menusukku dari belakang."
Degh!
Semua terkejut, sangat terkejut malah. Wajah mereka seketika mengeras, menunjukkan kemarahan.
" Siapa yang berani berbuat seperti itu kepada Anda, Tuan. Berani sekali dia. Selama ini Anda sudah sangat baik kepada anak buah."
" Entahlah, haah. Ya yang namanya orang kan kadang bisa saja berpaling. Ya sudah jangan dipikirkan. Sekarang aku akan kembali. Aku harap kalian juga berhati-hati, pasalnya tubuhku hampir hancur berkeping jika aku telat sedikit saja.
" Apa? wah, kurang ajar sekali orang yang melakukan itu!"
Yusuf melihat satu persatu wajah anak buahnya yang hadir di sana. Mereka benar-benar terkejut dan seolah tidak percaya bahwa bos mereka mengalami hal tersebut.
Yusuf tidak merasakan kepura-puraan, ia kemudian menghembuskan nafasnya panjang. Dan pada akhirnya memilih untuk pulang.
" Lalu, siapa kira-kira yang menjual nama ku juga ya? Sampai-sampai badan intelejen mengira aku ikut andil dalam perang itu?"
Yusuf bergumam lirih. Ia lalu meminta Norman untuk kembali ke mansion.
" Anda tidak ingin pergi kemana-mana lagi, Tuan?"
" Tidak Norman, aku ingin pulang saja. Sudah cukup untuk malam ini."
Norman menganggukkan kepala, ia lalu mengemudikan mobilnya menjauh dari markas Black Hunter.
Di dalam mobil Yusuf menyandarkan kepalanya. Dia masih belum bisa memiliki satu tersangka pun. Jadi bisa disimpulkan dia juga membutuhkan waktu untuk tahu siapa pengkhianat di dalam tubuh Black Hunter.
" Aku akan memejamkan mata sejenak."
" Baik Tuan."
Baru saja matanya akan terpejam sesuatu menghantam mobil mereka.
Dugh
" Tuan, Anda tidak apa-apa?"
" Aku baik-bai sa~
Dugh
Dor dor
" Sialan!"
" Brengsek!"
Swiiing
Ckiiiit
Norman memutar mobilnya ke jalan yang tidak mengarah ke kota. Dan ide spontan itu disetujui oleh Yusuf.
" Norman, buka sedikit kaca mobilnya!"
" Tapi Tuan!"
" CEPAT!!!"
Dor dor dor!!!
TBC
semangat ya