Cerita ini kelanjutan dari( Cinta tuan Dokter yang posesif).
Reihan Darendra Atmaja, dokter muda yang terkenal begitu sangat ramah pada pasien namun tidak pada para bawahannya. Bawahannya mengenal ia sebagai Dokter yang arogan kecuali pada dua wanita yang begitu ia cintai yaitu Mimi dan Kakak perempuannya.
Hingga suatu hari ia dipertemukan dengan gadis barbar. Sifatnya yang arogan seakan tidak pernah ditakuti.
Yuk simak seperti apa kisah mereka!. Untuk kalian yang nunggu kelanjutannya kisah ini yuk merapat!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Kesepakatan
"Aku tidak mau membohongi seorang Ibu," tolak Jessi saat Reihan memintanya untuk berpura-pura menjadi kekasihnya dihadapan kedua orangtuanya.
"Ingat janjimu kalau kamu akan melakukan apapun," ucap Reihan dengan tatapan tajamnya.
"Tapi tidak dengan menipu seorang Ibu," jawab Jessi. Ia tidak tega menipu yang namanya seorang Ibu.
"Sesuai yang saya katakan, hanya pura-pura. Jika kamu tidak mau kembalikan uang yang sudah--
"Baiklah...," jawab Jessi.
"Good," ucap Reihan.
"Lusa, Mami mengadakan makan malam, kita berangkat dari sini dan untuk gaun saya akan mempersiapkannya," sambung Reihan lalu melangkah meninggalkan Jessi yang tampak diam saja tanpa menjawab lagi ucapan darinya.
Jessi menghela nafas beratnya, mau tidak mau dia harus mengikuti ajakan atasannya karena ia sudah terlanjur berjanji kalau akan melakukan apapun asalkan Dokter Reihan mau menolongnya.
"Tuhan maafkan aku," lirih Jessi. Membohongi wanita yang bergelar seorang Ibu ia tidak tega. Tapi apa dayanya, ia tidak bisa menolak dari permintaan atasannya yang sudah menolongnya.
Jessi kembali ke ruang perawatan Ibunya, Dokter Reihan meliburkan nya hari ini. Ia bergegas menuju ruang perawatan sang Ibu takutnya Ibunya sudah kembali sadar.
***
Waktu terus berlalu, Jessi berpamitan pada Ibunya dengan alasan ada urusan penting. Padahal ia akan ikut atasannya untuk menemui kedua orangtuanya. Jessi keluar dari ruangan perawatan Ibunya setelah berhasil meyakinkan ibunya. Dan ternyata ia sudah ditunggu oleh Dokter Reihan di depan ruang rawat Ibunya.
"Sudah?," tanya Reihan dengan wajah datarnya menatap Jessi.
Jessi mengangguk pelan sebagai jawaban tanpa mengeluarkan sepatah katapun suara. Sebenarnya jauh dari lubuk hatinya yang paling dalam ia tidak tega melakukan hal ini.
"Ayo, kita ke salon terlebih dahulu untuk makeover penampilanmu," ucap Reihan melangkah lebih dulu meninggalkan Jessi.
Jessi menggeleng pelan, makan malam ala orang kaya benar-benar ribet menurutnya. Untuk makan malam saja harus berdandan segala. Apa salahnya memakai pakaian yang ia pakai saat ini saja. Juga sama sama memakai baju juga kan?. Tapi Jessi tidak mau protes karena malas berbicara kalau ujung-ujungnya Reihan menjawab dengan ketus.
"Masuklah!," ujar Reihan membukakan pintu mobil mewahnya untuk Jessi.
Sejenak Jessi terdiam, ungu pertama kalinya ia melihat mobil mewah ini ada di depan mata kepalanya sendiri dan untuk pertama kalinya juga ia naik mobil mewah ini. Dan dengan hati-hati Jessi menaiki mobil mewah itu dan duduk didepan.
"Ya Tuhan, jadi begini rasanya naik mobil mewah?," batin Jessi setelah memasang seat beltnya. Tidak ingin kelihatan norak, Jessi memilih untuk diam saja saat Reihan memasuki mobil dan duduk di belakang kemudi.
Jessi perlahan menghembuskan nafasnya, ia benar-benar canggung berduaan di dalam mobil dengan seorang pria. Tapi ia berusaha untuk tenang meski sebenarnya rasa canggungnya begitu ketara. Aroma musk dari parfum yang di gunakan Reihan menusuk hidungnya.
"Jessi..."
"I-iya Dokter...," jawab Jessi terdengar lirih hampir tercekat.
"Begini, nanti didepan orangtuaku jangan memanggilku dengan sebutan Dokter. Kamu bisa memanggil saya dengan sebutan Mas atau yang lainnya asalkan jangan sebutan Dokter, Mami bisa curiga," ucap Reihan.
"Iya Dokter...," angguk Jessi.
"Coba kamu lafaz kan. Panggil aku Mas Rei," ucap Reihan memberikan contoh pada Jessi.
"Harus ya Dokter?," tanya Jessi yang sebenarnya lidahnya sedikit kelu menyebut atasannya dengan embel-embel Mas.
"Iya Jessi. Ayo coba!," jawab Reihan.
"M-mas Rei...," ucap Jessi terdengar lembut di telinga Reihan. Pria itu menoleh pada Jessi dan menatap gadis itu sejenak.
"Bagus, itu yang harus kamu ingat-ingat," ucap Reihan diangguki oleh Jessi.
Tidak lama kemudian mobil mewah Reihan berhenti di depan sebuah salon kecantikan. Salon ini merupakan salon kecantikan langganan Mami dan Kakaknya. Ia seringkali mengantar Maminya kesini untuk perawatan.
Reihan turun dari mobil diikuti Jessi. Pria itu membuka bagasi mobil dan mengambil tiga buah paper bag dari sana.
"Ayo masuk!," ucap Reihan pada Jessi.
Jessi mengangguk kecil lalu melangkah beriringan dengan Reihan memasuki salon kecantikan itu. Kedatangan mereka ternyata disambut hangat oleh karyawan salon kecantikan.
"Nak Reihan...," sapa seorang wanita paruh baya yang merupakan teman sosialita Maminya sekaligus pemilik salon kecantikan ini.
Seperti biasa Reihan hanya mengangguk pelan tanpa bersuara. Pria itu memang selalu begitu las orang lain.
"Ada yang bisa Tante bantu?," tanya wanita paruh baya itu melirik Jessi yang berdiri dibelakang Reihan.
"Make over dia Tan!," jawab Reihan memberikan paper bag yang ia bawa pada wanita paruh baya itu.
"Baiklah, tunggu sekitar satu jam, dia akan terlihat berkelas," ucap wanita paruh baya itu menatap Jessi dengan senyuman lebarnya. Menurutnya gadis ini sudah sangat cantik, di poles sedikit saja ia yakin gadis ini akal terlihat seperti bidadari.
"Saya tunggu," jawab Reihan.
"Ayo Nak, kita buat si kanebo kering ini tidak berkedip melihatmu nanti," bisik wanita paruh baya itu membawa Jessi masuk kedalam ruangan salonnya.
***
Reihan yang sedang sibuk dengan I-pad nya menoleh saat pintu ruangan yang tadi dimasuki Jessi terbuka. Sejenak pria itu tertegun melihat penampilan baru Jessi.
"Bagaimana riasannya Nak Rei, tidak menor kan?," tanya wanita paruh baya pemilik salon kecantikan itu pada Reihan.
Reihan berdehem pelan lalu memasang wajah datarnya lalu mengangguk seakan setuju dengan ucapan pemilik salon itu.
Reihan mematikan I-pad nya lalu berdiri dari duduknya berjalan menghampiri Jessi. Tatapan pria terus tertuju pada Jessi yang berdiri diambang pintu. Gadis yang mengenakan gaun berwarna navy dengan rambut yang di sanggul modern tampak begitu cantik. Gaun pilihannya itu tampak begitu pas di tubuh Jessi.
"Ini!," ujar Reihan menyerahkan kartu hitam miliknya pada pemilik salon untuk membayar tagihan jasa wanita paruh baya itu.
"Tunggu sebentar Nak Rei," ucap pemilik salon tersenyum senang lalu berjalan ke meja kasir.
Sementara itu Jessi tampak salah tingkah karena Reihan tidak berhenti memperhatikannya. Gadis itu mengalihkan pandangannya kearah lain takutnya Reihan menyadari pipinya yang kini merona karena malu.
Setelah pemilik salon mengembalikan kartu hitam milik Reihan, keduanya keluar dari salon kecantikan itu. Reihan kembali melajukan mobil meninggalkan salon kecantikan. Jam sudah menunjukkan pukul 19:05 malam dan Maminya sepuluh menit yang lalu juga sudah menanyakan posisinya saat ini.
"Jessi...nanti jika Mami bertanya aneh-aneh sama kamu jangan di jawab ya," ucap Reihan.
Jessi menoleh pada Reihan."Maksudnya?," tanya Jessi.
"Ya nanti Mami pasti akan bertanya kapan kita dekat dan sebagainya," jawab Reihan. Ia tidak ingin nantinya Jessi salah jawab dan membuat Maminya berharap pada hubungan mereka.
"Lalu aku harus jawab apa jika Mami Dokter bertanya seperti itu?," tanya Jessi.
"Kamu diam saja, biar nanti aku yang jawab," jawab Reihan.
"Baiklah," angguk Jessi.
...****************...