Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.
Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.
Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
Memegang surat di tanganya, dengan gaun pink Annalise berjalan menuju taman rahasia.
Di balik hijaunya pohon wilow, terdapat Calix telah menantinya.
“Selamat datang, Lady Annalise” Calix mencium tangan Annalise menatapnya kasih sayang, Annalise tersenyum melihat tindakan Calix.
“Silahkan…” Calix memegang tangan Annalise menuntunya pada karpet berbulu yang sudah ia siapkan dengan tambahan bantal-bantal indah, lilin aromatic serta wine.
Annalise bersadar pada bantal-bantal di karpet, Calix menuangkan wine untuk Annalise.
“Apa yang kamu inginkan, Cal?” Annalise meminum wine di gelasnya
menatap Calix yang tetap berdiri di samping karpet berbulu.
“Aku hanya ingin menghibur mu” Calix berjalan dengan melepaska sarung tanganya.
“Apa maksud mu?” Annalise kesal mengingat hukuman yang di berikan ayahnya.
“Tidak ada” Calix membuka sepatu Annalise menatap kaki putih Annalise.
“Ku dengar kau memutuskan pertunangan mu dengan gadis itu” memutar wine di gelasnya Annalise melirik Calix.
“Ya itu benar”
“Lady, menyukai kabar itu?” Calix mendekat pada wajah Annalise berbisik pada telingan kemudian mencium wajahnya.
Annalise tidak menjawab pertanyaan Calix, ia tersenyum melirik Calix di sampingnya.
Calix menyentuh pundak Annalise dan memulai memijat pundak dan kepalanya.
“Anda menikmatinya, Lady?” Calix berbisik kembali, Annalise mengaguk.
Calix berpindah pada kaki Annalise, mengoleskan krim pada tanganya Calix mulai memijat kaki Annalise.
“Dari mana kau mempelajari hal ini?” Annalise menikamti setiap pijatan Calix pada tubunya.
Calix tersenyum puas melihat Annalise menikmati pijatanya.
“Jika Lady mengijinkan, aku akan memijat punggung mu?” Calix menatap Annalise dengan harapan.
“Lakukan” Annalise mengijinkanya, Calix berpidah pada punggung Annalise.
“Silahkan berbaring Lady” Calix menyentuh pundaknya, Annalise segera berbaring memberlakangi Calix.
Calix mulai membuka gaun luar dan tali pada korset Annalise, menurunkan gaun putihnya memperlihatkan punggung indah Annalise. Calix menelan ludahnya menatap tubuh cantik Annalise, ia mulai kembali mengoleskan pemlembab pada tanganya dan memulai memijat punggung Annalise.
Annalise tertidur menikamati pinjatan di punggungnya, Calix menyudahi pijatanya melirik Annalise yang tertidur ia tersenyum misterius.
Calix mencium wajah Annalise untuk membangunkannya, terbangun karena ciuman itu Annalise manatap malas pada Calix.
“Ada apa?” tanya Annalise.
“Saatnya membanyar pijatan ini” Calix berbisik , menyentuh pinggang Annalise mencium pundaknya kemudian membalikan tubuh Annalise untuk menghadap padanya.
Segera Calix mencium bibir Annalise dengan dalam, Annalise menanggapi ciuman Calix mengalungkan tanganya pada lehernya. Kedua berciuman cukup lama, Calix berpindah menjilat leher Annalise dengan tanganya mulai menyentuh kaki Annalise.
Saat kedua sangat menikmati momen kemesraannya langit sudah berubah menjadi gelap, Ester berlari menuju taman dengan tergesa-gesa.
Memasuki pohon wilow untuk menemukan Calix dan Annalise.
“Calix!” teriak Ester, Annalise dan Calix tengah berciuman dengan mesra menghentikkan kegiatan mereka menatap Ester.
“Ada apa?” Annalise bertanya kesal pada Ester.
“Kereta Tuan Laurent di rampok di hutan pinus”
“Ia terluka cukup parah, dokter istana telah pergi menuju rumahnya” Ester menjelaskan kabar yang ia terima sambil mengatur napasnya.
“Apa? Kapan itu terjadi?” Calix terkejut mendengar kabar itu.
“Sore ini, mungkin saat ini kereta bantuan telah kembali ke kota” jelas Ester.
“Mengapa kau baru mengabari ku saat ini” Calix mulai merapihkan pakaianya.
“Hey! Apa maksud mu!”
“Aku berlari di istana mencari mu”
“Dasar tidak tau terimakasih!” Ester kesal mendengar perkataan Calix, ia mengacungkan kipasnya pada Calix.
Setelah pakaianya rapih Calix segera meninggalkan kedua, melihat kepergian Calix Annalise merasa tidak senang.
"Bantu aku merapihkan diri” Annalise melirik Ester, dengan enggan Ester membantu Annalise.
......................
Kereta yang membawa Odelia bersama Jamie telah memasuki kota menuju rumah Tuan Laurent.
“Saat itu kakak ku memaksa untuk memakan kalajengking gurun..” Jamie bercerita pada Odelia di pelukamnya.
Kereta berhenti, pintu di buka oleh Adrian melihat Odelia bersandar pada Jamie dengan senyum tipis di wajahnya ia menghela napas melihat Odelia telah sadar.
“Ian?” Jamie melihat Adrian.
“Catherine akan di rawat di rumah kakek ku, memudah dokter dalam perawatanya” jelas Adrian.
“Baiklah” Jamie membuka jubah pada Odelia segera menggendong keluar dari kereta.
“Ikuti aku” Adrian menutup pintu kereta, memimpin Jamie memasuki rumahnya.
Ael mengingat tali kudanya dan kuda Jamie melihat Odelia telah sadar dalam pelukan Jamie segera menyusulnya memasuki rumah Tuan Laurent.
Memasuki rumah terdapat beberapa perawat di depan kamar Tuan Laurent serta Davian mereka melihat kedatangan Jamie dengan Odelia di tanganya.
“Sister Nora, ini dia!” Adrian memanggil perawat di depanya.
“Bawa dia ke dalam kamar”
“Tolong bawakan beberapa kain bersih dan air hangat serta tas peralatan ku” perawat Nora berbicara pada perawat muda lainya.
“Baik, sister” mereka segera melakukan tugas yang di berikan.
“Kemari, sister” Adrian menuntun mereka menuju lantai dua dan membuka pintu sebuah kamar.
Jamie segera masuk meletakan Odelia di tempat tidur dengan hati-hati, sister Nora menyentuh tangan Odelia.
“Kalian dapat pergi” sister Nora menatap para pria. Mereka segera keluar dari kamar.
“Ian, bagaimana kondisi Tuan Laurent?” tanya Ael pada Adrian.
“Dokter mengatakan kakek kehilangan cukup banyak darah karena luka di tubuhnya, namun ia beruntung karena kain yang mengikat luka di kakiknya menahanya untuk sementara dan ia sedikit kedinginan namun itu tidak parah” jelas Adrian pada kedua temanya.
Mereka menghela napas mengingat saat kondisi Tuan Laurent di temukan, beberapa perawat muda menaiki anak tangga.
“Dimana sister Nora” tanya seorang perawat muda dengan tas di tanganya.
“Di kamar ini” Adrian menujunkan kamar itu.
“Terimakasih” mereka segera memasuki kamar itu dan menutup kembali pintunya.
“Aku akan melihat kakek” Adrian pergi menuruni tangga menuju kamar Tuan Laurent, Ael jan Jamie menunggu di depan kamar.
Beberapa saat berlalu keduanya yang tengah duduk bersandar pada tembok, pintu kamar terbuka seorang perawat muda menghampiri mereka keduanya segera bangkit.
“Permisi, kami membutuhkan pakaian bersih untuk pasien” Jamie dan Ael melirik satu sama lain yang hanya menggunakan vest mereka.
“Sepertinya ada pakaian di kamar itu, jika di ijinkan aku akal mencarinya” Jamie berbicara pada perawat muda itu.
“Baiklah, saya kan bertanya pada sister Nora terlebih dahulu” perawat kembali memasuki kamar dan menutup pintu.
“Silahkan” pintu kembali terbuka, Jamie segera memasuki kamar bersama Ael.
Saat memasuki kamar Jamie berjalan pada lemari kayu dekat jendela, membuka lemari mencari pakaian.
“Ini dia”
“dan ini beberapa kain bersih jika di butuhkan” Jamie menyerahkan kemeja putih serta beberapa potong kain bersih.
“Terimakasih, kalian bisa keluar” sister Nora menerima kemeja dan kain dari
Jamie.
Ael melihat Odelia tengah tertidur dengan wajah yang bersih, keluar kamar bersama Jamie.
“Sepertinya kau terbiasa dengan kamar ini?” tanya Ael.
“Tentu saja, ini kamar Ian. Saat kami remaja sering menghabiskan waktu di kamar ini”
“Lebih tepatnya tempat berlindung ku” Jamie mengingat saat ia remaja bersama Adrian.
“Aku akan pergi” Ael menuruni tangga.
“Kemana?” tanya Jamie.
“Membersihkan diri” jawab singkat Ael, menuju lantai satu dan keluar dari rumah Tuan Laurent. Jamie ikut menuju lantai satu dan bertemu dengan
Adrian yang keluar dari kamar Tuan Laurent.
“Kemana Ael?” tanya Adrian.
“Membersihkan diri katanya”
“DI dapur terdapat bahan makanan? Aku akan memasak sesuatu”
“Tunggu, dimana Davian?” Jamie tidak melihat keberadaan Davian.
“Ia pergi untuk melapor pada istana” jelas Adrian.
“Akan ku carikan pakaian untuk mu” Adrian melihat Jamie hanya menggunakan vestnya.
“Baiklah” Jamie pergi ke dapur dan Ael menuju lantai dua.
......................
Adrian tengah duduk di meja makan menatap khawatir pada pintu kamar Tuan Laurent serta lantai dua dimana Odelia tengah pada perawatan.
Ael memasuki rumah Tuan Laurent dengan tampilan bersih, menepuk pundak Adrian dan duduk di sampingnya.
“Ini dia…” Jamie memegang dua mangkuk sup di tanganya, meletakkanya di depan Adrian serta dirinya.
“Ael kau menginginkanya?” tanya Jamie.
“Tidak” Ael membuka buku yang di bawanya mulai membacanya, Adrian dan Jamie memakan sup di mangkuk mereka.
Saat keduanya tengah makan, pintu terbuka dengan kencang Calix muncul dengan terengah-engah.
...----------------...