menikah dengan laki-laki yang masih mengutamakan keluarganya dibandingkan istri membuat Karina menjadi menantu yang sering tertindas.
Namun Karina tak mau hanya diam saja ketika dirinya ditindas oleh keluarga dari suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 29. hari pernikahan Rudi dan Lisa
Aldo melihat papanya dengan mata yang lebar dan penuh harapan, kemudian bertanya dengan suara yang polos dan penuh antisipasi, "Papa, hari ini kita jadi ke rumah mama Karina, kan?"
Andrew menganggukkan kepala dan tersenyum lembut kepada Aldo, "Jadi dong, tapi Aldo sarapan dulu, ya. Nanti kita kesana sama Oma juga," katanya dengan nada yang hangat dan penuh kasih sayang, sambil mengelus kepala Aldo dengan lembut.
Lusi mengamati Aldo yang sedang makan dengan lahap, kemudian tersenyum dan berkata dengan nada yang gembira dan bangga, "Wah, cucu Oma lahap sekali makannya!" Sambil mengamatinya, Lusi tidak bisa menahan diri untuk tidak membelai rambut Aldo dengan lembut.
Aldo menjawab dengan semangat, mata berbinar-binar, "Iya dong, Oma. Kan mau ketemu sama mama Karina," katanya dengan nada yang ceria dan tidak sabar.
Lusi tersenyum dan menganggukkan kepala, "Yasudah, kalau begitu cepat habiskan sarapanmu, ya. Nanti kita berangkat bareng sama Papa Andrew, Oma siap-siap dulu," katanya dengan nada yang lembut dan pengertian, sambil membelai pipi Aldo dengan kasih sayang.
Aldo menjawab dengan singkat dan ceria, "Oke Oma!" sambil kembali makan sarapannya dengan semangat, tidak sabar untuk segera berangkat dan bertemu dengan Karina.
Begitu selesai sarapan, Aldo langsung menghampiri Andrew dan memegang tangannya, "Papa, aku sudah selesai sarapan! Kita berangkat sekarang, ya? Aku ingin cepat-cepat ketemu Mama Karina!" katanya dengan nada yang menggebu-gebu.
Andrew tersenyum dan membelai kepala Aldo, "Iya, Aldo. Tunggu Oma sebentar, ya! Oma sedang siap-siap," katanya dengan nada yang lembut dan pengertian, sambil menatap Aldo dengan mata yang penuh kasih sayang.
Tak berselang lama,Lusi sudah datang dan langsung memeluk Aldo dengan hangat, "Hai, sayang! Oma sudah siap, kita berangkat sekarang juga! Papa Andrew, kita berangkat, ya?" katanya dengan nada yang ceria dan siap untuk berangkat bersama Aldo dan Andrew.
Aldo berteriak dengan gembira, "Horeeee...! Let's go, Papa! Kita berangkat!" sambil melompat-lompat dan menarik tangan Andrew dan Lusi untuk segera berangkat ke rumah Mama Karina.
****
Hari ini adalah hari pernikahan Rudi dan juga Lisa. Pernikahan siri mereka dilakukan di rumah Bu Marni, karena mereka ingin menjaga privasi dan menghindari perhatian orang banyak. Rumah Bu Marni yang sederhana dan nyaman menjadi tempat yang tepat untuk mengucapkan janji suci bagi mereka.
Tidak ada tetangga yang diundang sama sekali, namun meskipun begitu, gosip pernikahan siri Rudi dengan Lisa sudah tersebar luas di kalangan warga sekitar. Sepertinya, tidak ada yang bisa disembunyikan di kampung kecil ini, di mana setiap orang tahu tentang kehidupan orang lain. Rudi dan Lisa mungkin berharap untuk menjaga privasi mereka, tapi tampaknya itu tidak mungkin terjadi.
Banyak yang menyayangkan tindakan Rudi yang menikah lagi, mengingat betapa baiknya Karina sebagai istri dan menantu. Mereka masih ingat akan kebaikan dan kesabaran Karina selama menjalani pernikahan dengan Rudi, dan bagaimana Karina selalu berusaha untuk mempertahankan keluarga mereka. Banyak yang merasa bahwa Rudi tidak adil kepada Karina, dan bahwa dia tidak pantas untuk menikah lagi setelah apa yang telah dia lakukan kepada Karina.
Tetapi ada juga sebagian yang mendukungnya, karena Rudi dan Karina sudah lama menikah namun belum memiliki keturunan. Mereka berpikir bahwa Rudi berhak mencari kebahagiaan dan memiliki anak, terlepas dari apa yang terjadi diantara keluarga mereka.
"Ya ampun, kasihan Mbak Karina, ya... suaminya yang dulu begitu mencintainya, sekarang malah mau menikah lagi dengan perempuan lain," kata salah satu tetangga dengan nada yang penuh iba.
"Iya, kasihan banget... Kalau aku jadi Mbak Karina, sudah pasti aku minta cerai. Gak bisa terima suami yang begitu tidak setia dan tidak menghargai cinta sejati yang sudah diberikan," jawab tetangga lainnya dengan nada yang sedikit marah dan kesal.
Tentu saja itu hanya sebatas omongan para tetangga. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa, karena urusan pernikahan dan rumah tangga Rudi adalah urusan pribadi mereka, dan tidak ada campur tangan dari orang lain yang bisa mengubah keputusan mereka. Mereka hanya bisa melihat dari jauh dan berdoa semoga yang terbaik untuk Karina.
Sementara Karina hanya duduk di kursi yang berada di ruang tamu, tanpa melakukan apapun, hanya diam. Matanya kosong, tidak ada ekspresi, seolah-olah dia sedang terjebak dalam pikirannya sendiri. Dia tidak peduli dengan gosip-gosip tetangga, tidak peduli dengan apa yang orang lain pikirkan tentangnya. Dia hanya terfokus pada kesedihannya sendiri, dan tidak tahu harus berbuat apa untuk mengatasi rasa sakit yang sedang dia rasakan.
"Heh, Karina... Dari pada kamu diam saja di sini, mending bantu ibu untuk mengurus bagian dapur," ucap Bu Marni yang tiba-tiba muncul di depan Karina.
"Tidak mau!" Karina menjawab dengan nada yang tegas dan datar, tanpa menatap Bu Marni. Dia tetap duduk di kursi, tidak bergerak sedikit pun, seolah-olah dia sedang menolak untuk terlibat dalam apa pun yang ada di sekitarnya.
"CK... Dasar tidak berguna," ucap Bu Marni dengan nada yang kesal dan kecewa, kemudian berlalu pergi.
'Tidak, aku tidak bisa hidup seperti ini terus. Aku tidak mau dimadu, lebih baik bercerai. Tapi uang dari mana? Baru seminggu kerja sudah dipecat,' batin Karina, mengucapkan kata-kata tersebut dengan nada yang putus asa dan kesal. Dia merasa terjebak dalam situasi yang tidak bisa dia kendalikan, dan tidak tahu harus berbuat apa untuk memperbaiki keadaannya.
Satu jam kemudian, penghulu yang akan menikahkan Rudi dan Lisa sudah datang, disertai dengan beberapa saksi. Suasana menjadi ceria dan khidmat, karena mereka semua tahu bahwa proses pernikahan akan segera dimulai. Rudi dan Lisa duduk dengan wajah yang bahagia dan senyum yang lebar, siap untuk memulai kehidupan baru mereka bersama.
Sementara itu, Karina yang juga berada di sana, merasa semakin sedih dan terpukul. Namun Karina harus tetap kuat dan tegar dengan takdir hidupnya.
"Bagaimana, apakah sudah bisa dimulai?" tanya penghulu dengan nada yang sopan dan khidmat, sambil memandang Rudi dan Lisa yang duduk di depannya.
Rudi mengangguk dengan cepat, sementara Lisa tersenyum dan mengangguk juga. Mereka berdua tampaknya sangat bersemangat untuk memulai kehidupan baru mereka bersama.
Penghulu berjabat tangan dengan Rudi, kemudian memandangnya dengan serius. "Saudara Rudi Pratama, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Lisa Ambarwati binti Wardoyo dengan maskawin uang tunai 1 juta rupiah dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Lisa binti Wardoyo dengan maskawin tersebut di bayar tunai," ucap Rudi dengan suara yang jelas dan tegas, dengan satu tarikan napas.
"Bagaimana saksi?" tanya penghulu kepada para saksi yang hadir, meminta konfirmasi bahwa mereka telah menyaksikan proses pernikahan tersebut dan menyetujui bahwa pernikahan itu telah dilakukan dengan sah dan sesuai dengan agama.
"Sah," jawab para saksi dengan serentak.
"Maka saya menyatakan bahwa saudara Rudi Pratama dan saudari Lisa Ambarwati binti Wardoyo telah sah menjadi suami-istri."
"Apa-apaan ini?" ucap seseorang yang baru saja tiba, dengan nada yang terkejut dan penasaran. Orang itu memandang sekeliling, melihat Rudi dan Lisa yang sedang duduk di depan penghulu, serta para saksi yang hadir.
Bersambung...
lanjut Thor, penasaran!
wong data semua dari kamu