NovelToon NovelToon
PANGERAN MY BAD BOYFRIEND

PANGERAN MY BAD BOYFRIEND

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintamanis / Playboy / Basket / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: cipaaiinee

Baru menginjak kelas 12, ada saja hal yang membuat Syanza harus menghadapi Pangeran, si ketua Savero.

Ketua apanya coba, tengil gitu.


"Lo pikir, lo kodok bisa berubah jadi pangeran beneran, hah??" Ketus Syanza.
"Emang gue pangeran," balas Pangeran angkuh.
"Nama doang, kelakuan kayak setan!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cipaaiinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22

Syanza termenung di atas kasur empuk yang meninggalkan aroma khas Pangeran. Ia menatap langit-langit di atas sana. Rasanya nyaman dan juga melegakan. Tetapi perutnya mulai beraksi, dan suhu tubuhnya terasa meningkat.

Selimut yang  digunakan sampai dada pun ia turunkan sampai lututnya. Tetapi beberapi detik kemudian bulu kuduknya meremang tands kedinginan.

"Ck. Paling gak suka deh, ah!" Syanza mendudukkan dirinya. Karena saking mendadak dan terburu-buru, pandangan Syanza buram disertai kunang-kunang.

Bruk

Syanza membaringkan kembali tubuhnya. Bendera putih jika ada akan ia angkat sekarang.

"Perasaan gue marah-marah terus, kenapa darahnya masih rendah," monolognya.

Gadis itu memang mudah terpancing emosi dan juga mengeluarkan nada tinggi. Apalagi sekarsng ditambah oleh kekasihnya yang sangat dan sungguh membuatnya kehilangan banyak energi karena marah.

Tidak lama, mata Syanza mulai menutup, dan napasnya teratur. Menandakan bahwa gadis itu telah masuk ke alam bawah sadar. Mungkin karena lelah dan waktu memang seharusnya untuk tidur. Jadi, Syanza terlelap dengan sendirinya.

Sementara di ruang utama, wajah Pangeran penuh dengan keringat. Seperti selesai maraton saja, padahal baru beres di urut.

"Udah lumayan belum, Den?"

Pangeran mengangguk sembari menggerakkan kakinya. "Lumayan, Pak. Makasih banyak," ucapnya. "Ziko, yuhu!" panggil Pangeran pada salah satu anggotanya.

"Hadir, Bos," sahut Ziko di tengah larinya ke arah Pangeran.

"Kasih," ucap Pangeran.

Ziko melihat tukang urut yang tengah merapikan peralatannya, kemudian mengangguk mengerti.

"Pak, dianter sama dia, ya. Bayarannya nanti dia yang kasih," ujar Pangeran berdiri lebih dulu. Di susul lelaki paruh baya itu.

"Iya, Den. Makasih banyak, ya. Bapak permisi."

Pangeran tersenyum ramah. "Hati-hati, Pak," serunya. Kemudian ia berniat melihat kondisi Syanza. Namun, pemandangan kurang nyamannya membuatnya menegur lebih dulu dua manusia yang tengah santai di sofa.

"Lo berdua ngapain?"

Cakra melirik Pangeran yang berekspresi bingung tapi agak geli. "Kembaran lo yang gila. Badan gue pada pegel juga," ujar Cakra.

Sedangkan pelaku tidak tahu apa yang dibicarakan mereka berdua saking nyenyaknya.

"Tinggal lo jungkir balikin badannya. Gitu doang susah," cibir Pangeran. Kakinya kembali melangkah ke kamarnya.

"Cewek lo beneran mual, Bos?"

Tangan yang sudah memegang kenop pintu pun terhenti. "Iya, dia mual karena ngobatin luka gue dan lumayan warnanya pekat, jadi dia pusing. Paham?"

Glek

Cakra sedikit merasa terancam, jadi ia tidak lagi menanyakan atau sekadar menggoda Pangeran supaya kesal. Bukan tandingannya. Lebih tidak adil sebenarnya. Masa Pangeran bisa bebas menjahili atau membuat anggotanya kewalahan, tetapi jika Pangeran sendiri ujungnya malah mode ancam.

"Paham, paham icik bos."

"Kepala kotak lu, cuma belum ijo aja," lontar Pangeran dan kemudiam memasuki kamarnya.

Lihat? Lihat, bukan?!

Cakra hanya bisa mengumpat dalam gumamannya dan menjambak rambut Arjuna spontan. Sampai membuat lelaki itu terbangun dengan decakannya.

"Apaan sih, nyet!"

"Ketua lo, tuh!" sarkas Cakra seraya bangun dan membuat kepala Arjuna menghantam sofa.

"Anjing! Pms kali tuh cowok," ucap Arjuna dengan mata khas bangun tidur. "Lapar banget lagi," sambungnya. Padahal ia sengaja tidur untuk menahan rasa lapar, tetapi malah terbangun dengan belum ada makanan apa pun.

Salahkan ketuanya yang tidak menyediakam makanan atau cemilan ringan di dalam lemari es. Punya kulkas hanya menjadi pajangan saja tanpa ada apa-apanya. "Ciri-ciri ketua pelit," gumam Arjuna dan kembali memejamkan matanya.

Pangeran yang tengah menatap paras ayu nan tenang Syanza pun merasakan gatal pada telinganya.

"Juna bego. Pasti lagi caci gue," lontarnya sudah yakin seratus persen.

***

Tok

Tok

Tok

Ketukan pintu terdengar ricuh. Pangeran yang tengah berbaring di samping Syanza pun berdecak sebal. Hanya ikut tiduran, tidak lebih.

Kemudian ia bangun dan berjalan cepat untuk membuka pintu. Bisa-bisa kekasihnya terbangun.

Klek

"Bisa gak sih santai aja ketik pintunya," desis Pangeran tajam.

Jarrel kicep. Lalu menggaruk teruknya sembari cengengesan.

"Sorry, Ran. Nih, pesanan buat bu bos. Kalau untuk pak ketua ada di sana," ujar Jarrel seraya menunjuk ke belakang menggunakan jempolnya.

Pangeran menyambar kantung keresek putih itu. "Thanks."

"Syanza beneran hami-"

Brak!

"Anying. Untung gak kena hidung mancung gue," ucap Jarrel terperanjat.

Pangeran berjalan mendekati Syanza, ia mengambil kompres demam sekali pakai, lalu membukakannya. Terakhir, ia menaruh pelan pada dahi gadis itu. Setelah menempel, Syanza melenguh karena merasakan sensasi dingin di keningnya.

"Shush..." Pangeran menepuk-nepuk pelan lengan Syanza agar gados itu kembali tenang.

Setelah tenang, Pangeran tidak tega jika harus menyuruh Syanza bangun untuk makan. Jadi, ia akan menunggu sampai Syanza bangun dengan sendirinya.

"Gue tinggal makan dulu, ya," ucap Pangeran pelan.

Pangeran membawa kantung keresek yang berisi bubur pesanannya. Sebaiknya ia taruh di dapur, dan saat Syanza lapar tinggal dihangatkan kembali.

"Cepet sembuh, my baby girl."

Cup

***

Pukul 23.00, Syanza terbangun dari tidurnya.

Gadis itu mengerjabkan matanya disertai tangan yang memegang kepalanya. Merasa ada sesuatu di dahinya, ia pun menyentuhnya.

"Lho?"

Syanza terlihat kebingungan. Sejak kapan dirinya memakai benda kompressan ini?

Klek

Bertepatan dengan dirinya yang bangun, Pangeran pun memasuki ruangan dan terdiam sejenak di ambang pintu.

Syanza menoleh. Terjadilah adu pandang dalam diam.

Pangeran memilih mundur dan menutup pintu kembali.

"Altar," panggil Syanza menggantung karena lelaki itu tidak terlihat.

Syanza menepis selimut yang menutupinya, dan menurunkan kakinya ke atas ubin. Sekejap ia merasa tubuhnya menggigil saking dinginnya.

Pintu kembali terbuka dan menampakkan Pangeran dengan membawa mangkuk dan segelas air di tangannya. Kakinya menendang ke belakang untuk menutup pintu kembali.

"Laper 'kan?" tebak Pangeran menaruh bawaannya ke atas nakas.

Tangannya terulur menyentuh leher Syanza dan membuat gadis itu meremang.

"Anget banget," ucap Pangeran. "Mau makan sendiri atau gue suapin? Sekalian obatnya jangan lupa minum."

"Huh?"

Tampaknya Syanza masih belum sepenuhnya sadar.

Pangeran yang berdiri dihadapannya pun terdengar menghela napas. "Makannya mau disuapin atau sendiri?" ulangnya.

"Oh, sua- sendiri aja," balas Syanza hampir meleset lidahnya berucap.

Lelaki itu terkekeh. Jadi, sebenarnya Syanza ingin sekali disuapin, tetapi terlalu gengsi buat ngomong.

"Yaudah. Kalau gitu gue di luar," kata Pangeran dan balik kanan untuk pergi.

"A-altar," panggil Syanza gagap.

Pangeran menoleh. "Hm?"

Syanza kelimpungan. Tak tahu harus apa dan bagaimana bilangnya, bahwa ia ingin ditemani atau tidak ia ikut bersama Pangeran.

"Kenapa?" tanya Pangeran menunggu kebimbangan Syanza.

"Ikut."

"Ke mana?"

"Keluarnya," cicit Syanza.

"Oh."

Senyum Syanza hampir merekah namun kelanjutan ucapan Pangeran meruntuhkannya.

"Gak boleh."

"Why?"

"Tahu sendiri di luar banyak asap rokok, gak baik buat pernapasan lo," jawab Pangeran.

"Terus baik buat kamu, gitu?"

Damn

Senjata makan tuan. Ralat, nelan lidah sendiri.

"Ya, gak gitu. Pokoknya lo diem aja di sini. Gak usah ikut-ikut, kayak anak itik aja," sangkalnya.

Bola mata Syanza melebar. Jadi, ia disamakan dengan hewan unggas?

"What do you mean?!"

"Bercanda, sayang."

Bibir Syanza maju sedikit seperti tutut. Ingin marah dan mencakar habis wajah Pangeran, tetapi sayang sekali kalau wajah bak prince itu harus banyak bekas luka.

Pangeran mendekati kekasihnya, dan duduk di sebalahnya. Kemudian mengambil mangkuk berisi bubur yang telah ia hangatkan.

"Tinggal bilang mau disuapin dan ditemenin juga susah amat," sindir Pangeran mulai menyendoki bubur itu, dan mengarahkannya pada mulut Syanza. "Aaaa. Buka mulutnya, sayang."

Tatapan sinis Syanza berikan. Lalu tanpa berkata, ia membuka bibirnya dan memasukkan sendok itu ke dalam mulutnya.

"Aduduhh, kayak buaya aja langsung nyapluk," seloroh Pangeran.

Plak

"Aw!"

"Lo tuh muka kayak kadal, kelakuan buaya, sifat rubah," cibir Syanza dengan mulut yang masih ada buburnya.

"Blublubluk. Telen dulu, astaga. Bukannya serem malah lucu," ujar Pangeran menggoda gadis itu.

Plak

"Aw. Sakit, nyet. Udah tahu tangan lakinya luka," sarkas Pangeran. Mungkin saking kaget dan nyeri, ia keceplosan ngomong hewan.

"Ya, yaudah. Maaf, gak usah pake monyet juga," ujar Syanza dengan nada yang sendu. Ia tidak biasa mendapatkan kata seperti itu. Perihal berantem dan adu mulut masih bisa, namun jika kata kasar, makian, atau hewan. Ia tidak bisa menerimanya. Apalagi orang yang disayang. Emang sayang?

Pangeran mendesah. "Siap salah. Enggak, sayang. Maaf, ya," bujuk Pangeran. "Aaa lagi coba," imbuhnya.

Syanza pun menurut meskipun demgan tampang cemberut.

1
Puji Lestari
bagus... ceritanya menarik
Puji Lestari
lanjut.... ceritanya bagus...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!