Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-23
Evan melesat di keremangan malam, menyusuri jalanan yang semakin gelap dan sepi, hingga kini terbit senyuman, dimana keramaian sebuah Cafe tempatnya nongkrong mulai terlihat olehnya.
"Ev!" Teriak Dixon yang sudah melambaikan tangannya.
Dan Evan membalas dengan berjalan santai menghampiri tempat teman-temannya telah berkumpul.
"Sorry, aku ada sedikit urusan" ucap Evan.
"Apa urusanmu dengan Nona Dryana Mozart Ev?" Sahut John dengan kepala yang sudah bergoyang mengikuti alunan musik yang mengasikkan.
"Hem, begitulah"
"Oh, sayang sekali, pasti sebentar lagi banyak wanita pemuja mu yang akan patah hati Ev!" Seru Klein dengan tawa.
Evan ikut tertawa, mengikuti arus aman pertemanan yang di jaga hampir satu tahun lamanya, dengan tetap merahasiakan jati diri yang sebenarnya, dan Evan sangat bersyukur karena teman-temannya begitu tulus.
Evan berpikir sejenak, Klein adalah salah satu orang yang bisa di bilang paling cepat dalam mencari informasi, bahkan semua yang di dapat darinya hampir semuanya akurat.
"Klein, kau mengenal Sandiago Gurven?" Tanya Evan.
"Dia anak dari salah satu konglomerat di negara ini, sangat Arogan, dan kamu pernah membuat masalah dengannya bukan?"
"Itu hanya kecelakaan, dan bisa kamu memberikan informasi lengkap tentang dia?"
"Keluarga Gurven?" Tanya Klein merasa aneh akan permintaan sahabatnya.
"Hem, Dryana mempunyai masalah dengannya, dan aku ingin membantunya"
"Oh my God, aku ingat, Dryana Mozart, Mozart Company dan Gurven Company, dua perusahaan besar yang saling terkait satu sama lain, dan yang aku dengar, Mozart Company berada di bawah kekuasaan Gurven Company saat ini, benar begitu kan?" Kini Klein mulai bisa menghubungkan.
"Tunggu, sepertinya aku yang paling ketinggalan berita?" Kini Dixon tidak terima, dan melayangkan protesnya.
"Dan hanya kamu diantara kita semua yang belum pernah bertemu wanita yang membuat hati sang Casanova ini goyah" sahut John.
"Tunggu-tunggu, jadi kau sudah punya kekasih?" Tanya Dixon menatap Evan dengan serius.
"Hem, mungkin bisa di bilang begitu"
"Mungkin?" Tanya Dixon lagi dan disambut dengan anggukan oleh Evan.
"Kita akan menjalani dengan rahasia dulu untuk sementara waktu"
"Apa?!" Tentu Dixon terkejut.
"Ada masalah yang harus aku selesaikan, dia wanita yang kompleks"
"Wow, kau harus berhati-hati Ev" sahut Dixon menasehati.
"Itu pasti, dan tentunya dengan dukungan kalian semua, okey?"
Ketiga temannya saling pandang, mereka tak akan pernah mengecewakan hati Evan, lalu mengangguk bersamaan.
Malam semakin larut, Evan tak ingin berlama-lama harus begadang, karena tubuhnya terasa sudah lelah dan butuh istirahat segera.
Tepatnya di jam satu malam, Evan sudah berhasil membaringkan tubuhnya di atas kasur yang nyaman untuk segera memejamkan matanya, namun rupanya sebuah pesan dia dapati, karena rasa penasarannya, Evan segera membuka ponselnya.
semua pesan terkirim, di mana Klein sudah memberikan lengkap informasi yang diinginkan.
"Hem, Sandiago Gurven, laki-laki yang hanya besar di bawah ketiak orang tuanya" batin Evan sambil tersenyum tipis, setelah itu segera meletakkan kembali ponsel dan beristirahat.
*
*
Kali ini Evan tak ingin gegabah, mungkin dengan caranya yang abnormal dia bisa melakukannya sendiri, tapi tidak, Evan adalah sosok yang bertanggung jawab akan setiap tindakannya.
Pagi hari, tubuh kekarnya sudah tersiram air dingin, membasuh sekujur tubuh hingga memberikan efek kesegaran, tak lupa rambut panjangnya kini sudah tertata dengan rapi.
"Uncle Daniel, aku perlu bantuannya saat ini" gumam Evan, lalu segera mengirim pesan untuk mengagendakan pertemuan.
Sarapan pagi seperti biasa, sendiri didalam Apartemen dan berkejaran dengan waktu.
"Dryana, apa yang dilakukannya sekarang" Evan tiba-tiba mengingat wanita yang sudah mulai di klem menjadi miliknya.
Tangannya telah memegang Ponselnya kembali, dan beberapa detik kemudian suara yang di inginkan terdengar.
"Kamu baru bangun?" Tanya Evan.
"Hem, semalam aku tidak bisa tidur"
"Kenapa?" Tanya Evan dalam perbincangan di ponselnya.
"Sandiago Gurven, dia memaksaku"
Mendengar hal itu, Evan yang tadinya masih duduk, kini langsung berdiri, dengan wajah serius menanyakan pernyataan Dryana barusan, "Memaksa?"
"Pernikahan, jangan berpikir yang lainya Ev"
"Oh Shit!, aku sudah berpikir yang tidak-tidak" Evan langsung duduk kembali dan merasa lega.
"Lalu apa yang di inginkan soal pernikahan?"
"Dua Minggu lagi, Sandiago dan para parasit itu mengatur pernikahannya"
"Hem, jawaban apa yang kamu berikan Sweety?"
"Aku sedikit protes, dan akhirnya ku biarkan mereka menang, bukankah kamu tak akan membiarkan hal itu terjadi Ev?"
"Hem, tentu saja tidak, jangan khawatir Sweety, are you okay?"
"Tentu saja, aku percaya padamu Ev, Aku_" Dryana terdiam, seperti akan melanjutkan ucapan, tapi merasa ragu, dan Evan merasakan hal itu.
"Ada apa?, kenapa tidak diteruskan?" Tanya Evan penasaran.
"Em, sepertinya aku merindukanmu Ev"
Evan tertawa, sementara di tempat lain Dryana sempat mengumpat, kenapa dengan laki-laki satu ini dirinya mudah sekali goyah.
"Jujur padaku, apa yang kamu rindukan Sweety, bukankah aku sama sekali belum menyentuh mu?"
"Tidak jadi, aku cabut kata-kata ku"
"No, itu tidak berlaku" Evan kembali tertawa, kejahilannya tidak sampai disitu sengaja melakukan penggilan Video dan meletakkan ponselnya sedikit jauh untuk menampakkan aktifitas paginya dengan hanya menggunakan handuk yang masih melilit di pinggangnya.
"Oh Shit!, dasar Mesum!" Teriak Dryana segera berpaling dari ponselnya, "Hentikan tindakan gila mu Ev!" Teriaknya.
Evan tertawa, dan pagi yang cukup menghibur, setidaknya menambah semangatnya, lalu kemudian memberikan pesan jika nanti sore baru ada waktu karena jadwal yang padat akan pekerjaan dan urusan pentingnya.
Langkahnya kali ini harus dilakukan dengan cepat, waktu seminggu bukanlah saat yang tepat untuk bersantai, dan Evan tak ingin melewatkan semua rencananya, demi wanitanya.
Motor Sport segera melaju, bersama dengan Evan yang sudah menyiapkan segalanya, Sandiago Gurven, dan sedikit guncangan akan sangat mengasikkan bagi Evan.
Bertemu dengan seseorang, tak lain adalah Klein.
"Kamu yakin?" Tanya Evan setelah mendapat beberapa informasi lagi
"Aku bahkan bisa mengatur pertemuan untuk mu dengan beberapa Perusahaan itu"
"Hem, berapa saham mereka di perusahaan Gurven Company?"
"Tiga perusahaan 60 persen, dan 40 persen milik Sandiago Gurven, bagaimana?"
"Okey, hari ini?"
"Hem, mereka sudah siap bertemu dengan mu, tapi tunggu?" Nampak Klein merasa aneh.
"Ada apa?" Tanya Evan.
"Siapa yang akan membeli saham mereka?, tidak mungkin kau kan?"
Evan terkekeh, lalu menepuk bahu Klein, "Tentu saja tidak, aku sudah menemukan orang yang tepat Klein"
"Jangan bilang kau menemukan wanita kaya lagi, dan memanfaatkannya"
"Mungkin" Tawa Evan.
"Ev!" Teriak Klein tak terima, bagaimana bisa setelah mendapatkan Dryana, Evan masih bisa menambah satu lagi wanita kaya lainnya, sedangkan dirinya, masih belum mendapatkan apapun.
"Sudahlah!, atur pertemuannya, hanya itu saja tugasmu, jika deal, kamu akan mendapat bagian yang lumayan!" Sahut Evan yang sudah berada di atas motornya.
"Okey!, dan berikan Nona Dryana padaku jika kau memang mendapatkan yang lain!"
"Mati saja kau!" Jawaban yang membuat Klein tertawa puas merasa mampu membalas.
Yang makin gemes dan penasaran, yuk jangan pelit Komen dong, jangan lupa joga klik LIKE, VOTE, HADIAH dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.