Warning!!
Bacaan Area dewasa 21+ , bijaklah dalam memilih bacaan...
Kirana adalah seorang mahasiswa akhir, dia membutuhkan biaya untuk mengerjakan skripsinya. Seorang teman memberinya sebuah pekerjaan sebagai guru les privat dari anak seorang konglomerat.
Kirana pikir anak yang akan di les privat adalah anak usia sekolah dasar, tapi ternyata anak usia tiga tahun. Dan lebih kagetnya lagi, ayah dari anak yang dia les privat adalah seorang duda tampan dan seksi.
Bagaimana Kirana menghadapi anak dan ayah itu? Apakah dia akan terjerat oleh pesona sang duda?
Yuk kita pantau terus perjalanan cinta Kirana dan sang duda..😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Mengantar Pulang
Hari sudah malam, Kirana berada di dalam mobil Bryan setelah tadi sore Bryan menjemput Missel ke taman kompleks.
Tidak ada pembicaraan di antara mereka, masih dalam diam. Entah kenapa Kirana jadi canggung sama Bryan, padahal yang melakukan hal mesum di balik semak itu orang lain. Mungkin karena Bryan juga mendengarnya juga, jadi mereka sama-sama canggung.
"Aku antar kamu pulang, di mana tempat kostanmu?" tanya Bryan pada Kirana tanpa menoleh padanya.
"Di gang sempit daerah B." jawab Kirana.
"Di mana itu?"
"Nanti aku tunjukkan jalannya, tuan tinggal dengarkan arahanku saja." jawab Kirana.
Dia menoleh ke belakang jok mobil, Missel tertidur dengan nyaman.
"Bagaimana dengan perkembangan anakku?" tanya Bryan, menoleh sebentar lalu menatap ke depan lagi.
"Lumayan, dia mengalami perkembangan dalam membaca. Dia juga sudah mulai menurut apa yang saya katakan." jawab Kirana.
"Apa yang kamu katakan padanya?" tanya Bryan menatap Kirana.
"Eh? Bukan apa-apa kok, hanya nasehat-nasehat aja." jawab Kirana gugup karena Bryan sedang menatapnya.
Dia membenarkan posisi duduknya, karena grogi. Ini baru pertama kali dia duduk dekat dengan Bryan, ternyata jika di lihat dari dekat Bryan memang tampan, apa lagi Kirana pernah melihat tubuh seksi Bryan ketika dia masuk ke dalam ruang kerjanya. Hanya memakai kaos ketat, ngepas dengan tubuhnya.
"Di mana jalan menuju kost kamu?"
"Oh, itu terus aja. Nanti kalau ada warung kopi bisa berhenti, saya turun depan warung kopi." jawab Kirana.
Bryan melajukan mobilnya agak cepat agar bisa cepat sampai di jalan sesuai petunjuk yang Kirana berikan.
Tak berapa lama, mobil berhenti di depan warung kopi tempat tongkrongan anak-anak muda gang itu.
"Terima kasih tuan Bryan mengantar saya." kata Kirana.
"Tunggu, kamu yakin mereka tidak akan mengganggumu nanti di jalan?" tanya Bryan.
"Ngga kok, saya sudah biasa. Dan di antara mereka saya kenal salah satunya." kata Kirana lagi.
"Kamu itu bukan warga sini, mana bisa kenal anak-anak daerah sini." kata Bryan.
"Tapi saya biasa kok bicara dengan mereka, sudah anda jangan khawatir. Saya turun di sini saja."
Mobil bisa masuk ngga ke dalam gang itu?"
Kirana menatap Bryan heran, tapi dia diam lagi.
"Bisa masuk ngga?"
"Bisa, tapi ngga bisa jalan cepat. Harus pelan."
Lalu Bryan membelokkan mobilnya masuk ke jalan gang tersebut. Tak ada protes bagi Kirana, dia diam hanya menurut apa kata Bryan.
Mobil berjalan pelan memasuki gang menuju rumah kost Kirana, sepuluh menit baru sampai di depan kost Kirana. Di luar ada beberapa teman kost Kirana yang sedang mengobrol, mereka melihat mobil mewah berhenti di kostan mereka.
Heran, siapa yang bertamu malam begini, pikir mereka.
Kirana keluar dari dalam mobil, semua mata menatap Kirana dengan takjub dan heran.
Setelah membungkukkan badannya, mobil Bryan memutar parkir dan pergi dari depan kost Kirana. Kirana masuk dan dia pun di cegah oleh temannya.
"Ciie, yang di antar sama pacarnya." kata salah satu teman kost.
"Hehe, bukan kok. Itu bos saya yang kebetulan mengantar saya pulang." jawab Kirana.
"Tapi mobilnya bagus tuh, tajir nih kayaknya." ucap salah satunya lagi.
Kirana hanya tersenyum, dia merasa tidak enak dengan mereka. Lalu dia pamit untuk masuk ke dalam kamarnya, merebahkan tubuhnya karena merasa lelah sekali.
"Tuan Bryan jika di lihat ganteng juga ya." gumam Kirana.
Dia ingat ketika dia akan pergi dari semak-semak, ternyata Bryan juga ada di situ. Tak hanya pergi saja tapi mereka mendengar sesuatu sedang terjadi.
"Orang tuh apa ngga cari tempat yang enak gitu mau begituan. Kenapa di tempat seperti itu." gumam Kirana lagi.
Setelah cukup beristirahat, Kirana bangun dan dia berniat mandi karena tubuhnya sangat lengket.
_
Seperti biasa Kirana sudah berada di rumah Bryan lagi, menunggu Missel pulang dari sekolahnya. Gadis itu duduk di pos satpam bersama dengan Dodi, satpam rumah Bryan.
Lama kelamaan Kirana dan Dodi semakin akrab, ternyata Dodi sudah punya istri dan anak satu orang.
"Jadi pak Dodi sudah punya istri ya." kata Kirana
"Iya mbak, mereka di kampung. Saya jarang pulang, paling kalau pulang dua bulan sekali." kata Dodi.
"Kenapa istri dan anaknya ngga di bawa aja ke kota?"
"Cari kontrakannya mbak susah, di dekat kompleks rumah tuan Bryan belum nemu kontrakan murah." kata Dodi lagi.
"Wajar aja pak, lha kawasan ini kan kawasan elit. Jadi ya jarang ada kontrakan murah."
Lama mereka mengobrol, tak lama mobil Bryan datang. Dodi membuka puntu gerbangnya dengan cepat. Missel yang lebih dulu melihat Kirana duduk di pos satpam meminta turun lebih dulu untuk menghampiri Kirana.
"Tante Kiran!" teriak Missel keluar dari dalam mobil.
Bryan melihat Kirana di pos satpam itu. Lalu mobil berhenti di depan.
"Tante nunggu Missel lama ya?" tanya Missel.
"Ngga kok, tante tadi ngobrol sama pak Dodi belum lama."
Mereka pun masuk rumah bersama, Missel menggandeng tangan Kirana. Bryan mengikuti dati belakang.
"Kenapa kamu menunggu di pos satpam?" tanya Bryan pada Kirana.
"Ya, ngga enak tuan kalau menunggu di dalam. Lagi pula di pos enak ada teman ngobrol." jawab Kirana.
"Dengan siapa?"
"Apanya?"
"Ngobrol."
"Pak Dodi."
"Besok kamu datang lebih pagi lagi."
"Kenapa?"
"Antar Missel ke sekolahnya, sekalian di tunggu."
"Eh, saya kan cuma guru les. Bukan pengasuhnya."
"Anggap saja sekalian jadi pengasuh, nanti saya tambahkan gajinya." ucap Bryan.
Bryan langsung naik tangga dan pergi ke kamarnya. Dia juga meminta pembantunya untuk menyiapkan makan siang.
Kirana heran, kenapa tiba-tiba sekarang jadi pengasuh anaknya?
"Tante, Missel punya peer lho tante." kata Missel.
"Peer apa?"
"Emm, membuat gambar lalu di hitung gambarnya ada berapa." jawab Missel.
"Ooh, nanti di kerjakan ya."
"Iya tante."
Mereka kini masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaian Missel. Kirana membantu membuka baju Missel dan menggantinya dengan baju santai.
_
_
_
*************