Adeline adalah putri dari kerajaan kecil yang diabaikan, setelah di jodohkan ia malah melarikan diri dari pernikahan dengan Grand Duke Bahdrika yang terkenal dingin setelah bercerai dari istri pertamanya. Siapa sangka setelah semua itu ia malah terlibat dengan putra grand duke, menjadi pengasuh duke muda dan tinggal di dalam Kediaman
Bahdrika.
Akankah identitas asli Adeline terbongkar?
Bisakah Adeline bertahan tinggal di kediaman itu?
Nantikan alur ceritanya pada bab-bab yang akan datang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lasri Anariya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Olive dan semua masalahnya
Bab 32
Olive heran kenapa akhir akhir ini putrinya menghabiskan semua makanan tanpa mengeluh, ia juga tidak mengerti kenapa pelayan memberikan 2 makanan penutup setiap hari.
“Mendadak kalian kenapa? Makanan penutup tidak bisa terlalu banyak setiap makan karena harus di makan saat waktu minum teh juga, kalian mau putri ku menjadi gemuk? Wanita itu sangat jelek jika gemuk apalagi pakaian selatan tidak membatasi tubuh.” Olive menegur pelayan pribadi Alice.
“Nona Margaret, maafkan kami. Tapi kata nona semua baik-baik saja karena nona selalu olahraga pagi, beberapa hari ini duke muda mengajak nona lari disekitar taman,” jawab Pelayan Alice yang paling lama bersamanya.
“Putri ku lari? Kalian mau dia jadi berotot? Hal konyol apa ini, seorang putri bangsawan harus tumbuh anggun dalam rumah bagaikan mawar dalam rumah kaca.”
“Putri senang melakukan ini karena duke muda yang mengajaknya, kami pikir tidak akan ada masalah jadi kami tidak melapor pada anda, dan putri berkata tidak perlu mengatakan ini. Masalah makanan penutup kami berjanji pada nona, jika nona memakan semua makannya maka nona berhak mendapatkan makanan penutup 2 potong.”
“Selama aku ada di sini maka hal sekecil debu pun harus Kalian laporkan pada ku, katakan ide siapa ini?”
“Kami tidak memberikan ide. Tapi nona mendengarnya dari duke muda, Nona Adeline selalu melakukan itu agar duke muda mau makan dengan lahap.” Para pelayan sengaja menutupi jika ide itu langsung dari Adeline, mereka tidak ingin Olive memarahi Adeline yang sudah membantu pekerjaan mereka.
Olive meminta para pelayan kembali, ia benar-benar kesal karena sekarang pengaruh Adeline sudah merambat pada Alice. Olive tetap terlihat tenang lalu ia pergi menemui Alice.
“Jarang sekali ibu datang menemui ku saat malam, aku senang.” Alice memeluk Olive dengan erat, sang ibu pun tersenyum lantas menuntun putrinya duduk ditepi ranjang.
“Ibu ingin bicara Alice, mulai hari ini makanan penutup mu setiap jam makan tetap 1 tidak akan bertambah lagi. Makanan manis terlalu banyak akan membuat kau gemuk jadi, jangan makan berlebihan yah,” pinta Olive lembut.
“Kenapa tidak bisa? Jika aku olahraga setiap hari dengan adik maka itu baik-baik saja,” sanggah Alice tidak mau menurut begitu saja.
“Kau bilang kau ingin seperti ibu, maka makanan manis itu harus secukupnya dan olahraga ringan saja tidak perlu lari keliling taman nanti kau akan berotot dan terlihat jelek.”
“Ibu tapi ini selatan banyak wanita bangsawan berolahraga dan tubuh mereka bagus, aku menjumpai banyak ibu teman teman ku bertubuh langsing. Semuanya aman aku pun tidak akan ….”
“Alice Bahdrika, apa sekarang kau sedang menolak perkataan ibu mu ini? Semua ini ibu lakukan demi kau juga, kau semakin hari terlihat semakin mirip dengan Sachi yang suka menentang ibu. Kalau kau tidak suka ibu mengatur mu maka ibu akan pergi dan tidak akan kembali lagi, kau lakukan apa saja yang kau inginkan.” Olive memotong ucapan Alice.
“Tidak ibu, aku bersalah.” Alice langsung memeluk Olive meminta pengampunan, “Jangan tinggalkan aku ibu, aku sayang ibu. Aku akan patuh mulai sekarang jadi tolong maafkan aku.”
“Melihat mu meminta maaf membuat ibu sakit. Tapi sayang apa daya ibu, kau itu sangatlah berarti bagi ibu jika kau diejek atau dihina maka rasanya hati ibu hancur dan ibu rela memarahi mu dari pada melihat permata ibu di rendahkan,” ucap Olive mengambil hati Alice, Alice yang sangat mengutamakan sang ibu tentu saja tidak akan menolak jika Olive sudah berkata demikian.
*****
Keesokan harinya Olive mengundang Adeline ke kamarnya, di sana dia mendapatkan tamparan karena sudah berani mengatur pola makan Alice yang Olive tentukan.
“Tidak kah kau tahu jika Alice tidak bisa makan terlalu banyak makanan manis, aku tahu itu adalah ide mu walau pun para pelayan tidak mengatakannya secara langsung. Kau itu pengasuh Ailee bukan Alice jadi, jangan coba-coba bertingkah seperti seorang pengasuh pada putri ku. Aku mulai meragukan pekerjaan mu entah kau memperhatikan putra ku dengan baik atau tidak,” geram Olive pada Adeline yang tertunduk di depannya.
“Kau selalu melawan ku biar ku lihat bagaimana kau melawan ku kali ini,” batin Olive.
“Maafkan saya Nona Margaret,” ucap Adeline tidak berniat memperpanjang masalah, kalau diingat lagi dia memang seenaknya memberikan saran saat itu.
“Kembalilah dan lakukan pekerjaan mu dengan benar,” perintah Olive, Adeline membungkuk kemudian berjalan keluar dari kamar.
“Cih! Ini sakit sekali,” batin Adeline memegang pipinya yang bengkak.
Melihat Adeline berjalan keluar kediaman menuju paviliun ramuan, Andrew mengejarnya betapa terkejutnya Andrew melihat wajah Adeline bengkak.
“Ini bekas tamparan tidak terlalu sakit jadi tidak masalah, akan reda setelah aku minum ramuan nanti,” ucap Adeline melihat raut wajah Andrew meminta penjelasan.
“Aku harus pergi sebelum Duke muda datang nanti,” pungkas Adeline melangkah kembali, sialnya Ailee belari dari arah yang akan dia tuju.
“Kakak, mau ke mana?” Tanya Ailee berlari semakin dekat, Adeline membatu di tempatnya karena bingung harus lari ke arah mana untuk menghindar.
Sampai di depan Adeline wajah Ailee langsung berubah dan ia berteriak histeris, “Kyaaaa wajah kakak bengkak.”
“Anda benar-benar membuat saya cemas, dari mana anda mendapatkan bengkak ini?” Sachi kesal bukan main karena teriakan Ailee nusuk telinganya, sementara Adeline diam saja sejak tadi tidak mau mengatakan alasan pipinya bengkak.
“Ini bukan masalah besar,” jawab Adeline lagi-lagi tidak mau mengatakan kebenaran.
Setelah di obati Sachi dan meminum ramuan bengkaknya hilang menyisakan rasa sakit saja, Adeline menggendong Ailee yang menangis sejak tadi keluar dari ruang kerja Sachi.
“Apa sakit sekali?” Tanya Ailee bersimbah airmata, Adeline tersenyum kecil menjawabnya, “Setelah melihat wajah Ailee tidak sakit lagi.”
“Benarkah? Kalau begitu lihat lebih dekat.” Ailee menempelkan dahinya di dahi Adeline menciptakan suasana lucu, Olive yang baru saja datang untuk melihat kenapa Ailee berteriak langsung terdiam melihat kedekatan Ailee dan Adeline.
“Kalau Ailee begini nanti kakak tidak bisa melihat jalan,” ucap Adeline kesulitan melangkah.
“Tidak mau nanti kalau menjauh sakitnya datang lagi, aku takut kakak sakit lagi,” tolak Ailee semakin mendekatkan wajahnya.
Adeline tertawa kecil dan berjalan sempoyongan karena tidak bisa melihat jalan dengan benar, Andrew tidak lama keluar dari ruangan Sachi lalu menyusul keduanya.
“Bantu aku Andrew atau kami akan jatuh,” pinta Adeline, Andrew pun menggandeng tangan Adeline sebagai penuntut jalan.
“Andrew jangan sentuh kakak, kakak milik ku,” teriak Ailee, Adeline tertawa mendengarnya sementara Andrew hanya tersenyum.
“Wah jika di lihat oleh orang lain maka mereka mengira ini adalah keluarga harmonis, beraninya pengasuh rendahan itu mencuri putra ku,” geram Olive, kesabarannya habis dan kali ini ia akan memastikan Adeline menerima bayarannya yang setimpal.
Bersambung.
Silakan tinggalkan jejak and dukung selalu author, karena dukungan kalian sangatlah berarti 😘
Adeline adalah karakter yang kuat dan kompleks, mewakili banyak wanita yang berjuang melawan batasan sosial. Dalam perjuangannya, dia harus menghadapi berbagai tantangan dan mempertanyakan identitasnya sendiri. Hubungan yang dia jalin dengan tokoh lain menambah kedalaman cerita, menciptakan ketegangan yang menarik.
Gaya Penulisan:
Gaya penulisan Lasri Anariya sangat engaging, dengan narasi yang mengalir dan dialog yang natural. Pembaca akan mudah terhubung dengan emosi dan perjalanan karakter, menciptakan pengalaman membaca yang mendalam.
Kesimpulan:
"Mirage of Love" adalah novel yang menarik dan relevan, memberikan pandangan mendalam tentang cinta, kebebasan, dan identitas. Dengan alur yang menegangkan dan karakter yang kuat, novel ini akan membuat pembaca terbawa dalam kisah perjalanan Adeline.
Rekomendasi:
Bagi penggemar cerita romantis dengan elemen drama dan konflik emosional, "Mirage of Love" adalah pilihan yang tepat. Ini adalah bacaan yang akan membuat pembaca merenungkan pilihan hidup dan arti sebenarnya dari cinta.
/Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile/