Adeline adalah putri dari kerajaan kecil yang diabaikan, setelah di jodohkan ia malah melarikan diri dari pernikahan dengan Grand Duke Kaivan Bahdrika yang terkenal dingin setelah bercerai dari istri pertamanya.
"Aku tidak akan menikah dengan siapa pun sampai kapan pun, jika aku mengenalnya maka akan ku bantu pelarian wanita itu. Tapi karena aku tidak mengenalnya maka wanita itu harus lari dengan benar, pantau terus kabar tentangnya dan jika ada kabar dia tertangkap maka bunuh saja dia." Kaivan tidak memiliki belas kasih, sejak awal dia berniat membuat Adeline menderita setelah menikah jadi sama saja dengan membunuhnya.
Siapa sangka setelah semua itu ia malah terlibat dengan putra grand duke, menjadi pengasuh duke muda dan tinggal di dalam Kediaman Bahdrika.
Akankah identitas Adeline terbongkar suatu saat nanti?
Nantikan kisah selengkapnya pada bab-bab yang akan datang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lasri Anariya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Aku ingin pulang.
Bab 33
Malamnya setelah Alice terlelap, Olive meninggalkan kamarnya. Pemandangan tadi siang antara Adeline dan Ailee masih membuatnya marah beruntung ia tidak sampai jadi gila karena memiliki pelampiasan sekarang. Olive duduk dengan anggun melihat pelayan pribadi Olive berlutut semua. Sebelumnya Olive sudah meminta Daisy mengumpulkan pelayan pribadi Alice, tangan mereka diikat dan dibiarkan berlutut selama beberapa jam menunggu Olive datang.
"Kalian sepertinya lupa siapa aku. Sejak kapan ide pengasuh itu lebih penting dari perintah ku?" Tanya Olive menatap mereka semua, para pelayan tidak berani menjawab tentang masalah makanan Olive.
"Mereka sepertinya tuli," ucap Olive. Daisy dengan cepat mengambil lilin lalu memadamkannya di tangan salah seorang pelayan, suara rintihan pelayan itu tidak dapat keluar karena sihir tertanam di lidah mereka.
"Ya ampun, aku lupa mereka tidak bisa bicara. Mau bagaimana lagi," ejek Olive menikmati pemandangan di depannya.
Olive kemudian berdiri mendekati pelayan yang tadi kesakitan, ia menginjak kepala pelayan itu sekuat tenaga ke lantai. Suara tulang retak berbenturan dengan lantai menakuti pelayan lainnya, setelah Olive menjauh pelayan tadi tidak mengangkat kepalanya lagi dari lantai yang berlumuran darah.
"Itu hukuman ringan karena sudah berani menentang ku. Kalau putri ku tidak mau makan seharusnya kalian jangan memaksanya, apalagi sampai menggunakan saran dari orang rendahan. Kalian itu bangsawan kenapa patuh pada rakyat biasa," ucap Olive melangkah ke sana kemari di depan 3 pelayan tersisa.
"Seduh kan aku teh," perintah Olive pada Daisy, tidak lama teh pun selesai di buat. Olive pergi mengambil teko berisi teh panas itu kemudian menumpahkan isinya secara perlahan pada salah seorang dari sisa pelayan Alice, pelayan itu menggeliat seperti cacing di lantai menahan rasa sakit serta panas dari air yang baru saja mendidih.
"Ya ampun dia lucu sekali." Olive tertawa melihat aksi pelayan itu, lalu ia menyerahkan teko yang sudah kosong untuk di isi lagi. Sebanyak 3 kali dia menyirami pelayan itu, setelahnya pelayan itu diseret bersama mayat pelayan pertama.
Kini tersisa 2 pelayan, Olive melepaskan mantra pada lidah mereka, "Aku tidak mau melakukan ini jika kalian kesal maka salahkan pengasuh itu, salah satu dari kalian akan tetap menjadi pelayan Alice dan pastikan dia membenci Adeline. Tapi ...."
Alice melemparkan dua pisau buah ke lantai, "Kalian harus beradu siapa yang menang maka dia aman."
Tanpa menunggu keduanya mengambil pisau tersebut dan berkelahi di depan Olive, pertikaian mereka sangat kacau hanya saling menusuk satu sama lain. Bagi Olive pemandangan ini sudah biasa dia lihat, sekarang tidak menarik lagi. Tidak peduli siapa yang menang anjing tetaplah anjing baginya, nanti juga harus di buang lagi.
Pelayan paling muda yakni Ruby berhasil menang, dia membunuh sahabatnya sendiri. Olive mengucapkan selamat dan meminta dia untuk kembali ke kamarnya. Tapi dia harus menutup mulut tentang kejadian ini, tentu saja dengan ancaman menyeramkan, mayat ketiga pelayan ditangani Olive ia juga menyiapkan surat pengunduran diri atas nama ketiganya sebagai dalih jika Jayden bertanya.
Sementara itu di sisi lain Adeline duduk sendirian di Gazebo yang letaknya paling belakang dan paling jarang di kunjungi, langit malam saat itu mengingatkan Adeline akan Erick serta Anna. Di sini dia merasa tidak buruk dan tidak juga baik, sejak Olive datang semua terasa berat bagi Adeline apalagi melawan wanita yang memiliki lidah lebih tajam dari pedang.
Ailee tidak nyaman sejak Olive datang, ia mungkin terlihat dia baik-baik saja. Namun tiap kali berpapasan dengan Olive secara tidak sengaja sekali pun, Ailee akan memutar jalan atau kembali lagi. Sejak itu juga ia selalu menangis dalam tidur sepanjang malam, Adeline selalu menjaga Ailee sampai larut, dalam pikirannya bagaimana ia bisa meninggalkan anak itu sendirian.
Tidak ada jaminan hari esok akan berlalu dengan baik tanpa hambatan, setiap hari sudah seperti tantangan bagi Adeline entah kapan ia akan benar-benar tersingkir dari tempat ini sesuai keinginan Olive.
*****
"Aku tidak mau pergi." Ailee menolak ikut ajakan makan malam bersama dari Olive, Andrew sudah membujuknya sejak sore. Tapi tidak ada perubahan, ia berharap Adeline mengatakan sesuatu daripada sibuk memilih pakaian.
"Adeline akan dinilai buruk jika anda tidak pergi," tulis Andrew memanfaatkan Adeline.
"Kenapa bisa jadi kesalahan Adeline?" Ailee bertanya dengan nada sinis.
"Karena dia bisa diduga membawa pengaruh buruk bagi anda untuk menjauh dari Nona Margaret, bukankah sebaik anda pergi demi Adeline." Andrew memanipulasi pemikiran Ailee akhirnya ia menang dan pergi juga.
Dalam perjalanan ke ruang makan Adeline teringat jika dia lupa membawa sapu tangan, ia meminta Andrew dan Ailee pergi lebih dulu tidak usah menunggunya.
"Di mana sapu tangannya?" Batin Adeline membuka laci lemari, ia merasa ada yang aneh dengan tata letak dalam laci ini. Seingatnya sapu tangan ada di laci sebelah kanan, mendadak kenapa ada di sebelah kiri?
"Siapa yang datang kemari membongkar kamar Ailee?" Pikirnya lagi. Namun ia akan menguruskan nanti, ada hal lebih penting dari itu sekarang.
Adeline tiba tepat setelah makanan terhidang, suasana meja makan terlihat baik berkat Alice yang aktif menceritakan banyak hal. Akan tetapi tatapannya berubah saat ia melihat Adeline, benar saja saat itu ia langsung meletakan alat makan dengan kasar, "Kau mau menatap ku sampai kapan, pengasuh Ailee?"
Semua pelayan langsung menatap Adeline, yang ditatap merasa bingung apa salahnya menatap Alice, sekarang bukan hanya dia saja yang menatapnya.
"Ailee, aku tahu pengasuh itu rakyat biasa yang mungkin tidak tahu tata Krama. Tapi ini sudah kelewatan tidak sopan, aturan siapa bawahan bisa menatap majikannya? Tundukan pandangan mu!" Perintah Alice menunjuk Adeline dengar garpu ditangannya.
"Maafkan saya, nona." Adeline membungkuk lalu ia berdiri kembali dengan mata tertutup, Andrew bernafas lega amukan Alice hanya berhenti sampai di situ saja.
Alice berdecak kesal walau Adeline sudah menutup mata, "Inilah alasannya aku tidak mau ada rakyat jelata di kediaman ini, makanannya sudah tidak enak lagi."
"Siapa saja usir pengasuh itu keluar sebelum dia merusak nafsu makan ku," perintah Alice, pelayan pribadi Alice yang baru langsung mendekati Adeline, tangannya digenggam lantas diseret seperti karung besar menuju pintu keluar.
"Berhenti kau!" Teriak Ailee. Tatapan tajam penuh amarah dari Ailee membuat suasana menjadi tegang, "Siapa kau berani meletakan tangan mu pada pengasuh ku, Andrew potong tangannya."
"Baik, duke muda." Andrew mengeluarkan belati seraya mendekati pelayan itu.
"Nona selamatkan saya, saya hanya melakukan apa yang anda perintahkan. Nona tolonglah saya," pinta pelayan itu.
"Andrew hentikan!" Teriak Olive. Namun Andrew tidak mendengarkan perintah orang lain selain Ailee, ia menarik paksa tangan pelayan itu. Namun Adeline menghentikan Andrew, ia menarik pelayan itu agar berlindung dibelakangnya.
"Duke muda tolonglah pelayan ini hanya mematuhi perintah, dia sendiri tidak berdaya dan menghukumnya tidaklah benar," ucap Adeline meminta pengertian Ailee.
"Benar itu sayang, kau hanya akan dibenci. Setelah sekian lama kita tidak makan bersama jangan dibuat ini menjamuan berdarah." Olive berlagak baik setelah diam menyaksikan segalanya.
"Kenapa ibu diam saja saat kakak mencari masalah dengan pengasuh ku, giliran aku marah ibu ikut campur mengarahkan ku pada yang benar. Aku hampir mengira tadi itu ibu hanya patung," cibir Ailee membuat Alice marah besar, "Minta maaf pada ibu."
"Kakak diamlah, apa kakak pikir kakak paling benar sekarang? Pelayan tadi tidak menundukkan kepala dan menatap ku, aku diam saja dan kau malah mempermasalahkan Adeline yang melirik mu sebentar. Ketahuilah dia itu menatap punggung ku bukan diri mu, hanya karena kita sejajar malah berkotek seperti ayam kehilangan telurnya."
Alice merasa malu bukan kepalang dengan cibiran Ailee, ia lekas turun dari kursinya dan berlari keluar ruang makan. Olive tidak bisa tinggal lebih lama segera menyusul Alice, Ailee terlihat sangat sedih karena kejadian ini.
"Andrew ayo kembali," ajak Ailee, keduanya keluar melewati Adeline begitu saja tanpa mengajaknya.
Adeline kembali ke kamar merenungkan kejadian beberapa saat lalu, malam ini dia seharusnya menemani Ailee tidur. Tapi malah berakhir seperti ini, ia tidak menyangka akan sangat sulit merawat anak bangsawan yang memiliki keluarga serumit ini.
"Aku ingin pulang," gumam Adeline bersembunyi di dalam selimut, ia berniat memejamkan mata sebentar mengumpulkan energi yang terkuras di ruang makan.
*****
Bersambung.
Silakan tinggalkan jejak and dukung selalu author, karena dukungan kalian sangatlah berarti 😘
Adeline adalah karakter yang kuat dan kompleks, mewakili banyak wanita yang berjuang melawan batasan sosial. Dalam perjuangannya, dia harus menghadapi berbagai tantangan dan mempertanyakan identitasnya sendiri. Hubungan yang dia jalin dengan tokoh lain menambah kedalaman cerita, menciptakan ketegangan yang menarik.
Gaya Penulisan:
Gaya penulisan Lasri Anariya sangat engaging, dengan narasi yang mengalir dan dialog yang natural. Pembaca akan mudah terhubung dengan emosi dan perjalanan karakter, menciptakan pengalaman membaca yang mendalam.
Kesimpulan:
"Mirage of Love" adalah novel yang menarik dan relevan, memberikan pandangan mendalam tentang cinta, kebebasan, dan identitas. Dengan alur yang menegangkan dan karakter yang kuat, novel ini akan membuat pembaca terbawa dalam kisah perjalanan Adeline.
Rekomendasi:
Bagi penggemar cerita romantis dengan elemen drama dan konflik emosional, "Mirage of Love" adalah pilihan yang tepat. Ini adalah bacaan yang akan membuat pembaca merenungkan pilihan hidup dan arti sebenarnya dari cinta.
/Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile/