Dimalam pengantin yang seharusnya sakral ternyata menjadi mimpi buruk bagi Luna dimana ia melakukan ritual olahraga pertamanya dengan adik iparnya yang bernama Damian.
Suami Luna yang bernama Sebastian langsung menjatuhkan talak kepada Luna.
Orang tua Luna sangat murka dan ia meminta Damian untuk menikah dengan Luna.
Luna berjanji akan membalas dendam kepada Damian yang sudah menghancurkan hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Beberapa bulan kemudian kondisi Luna sudah mulai membaik.
Damian merasa lega ketika melihat istrinya yang sudah bisa beraktivitas seperti biasanya.
"Sayang, Mas berangkat kerja dulu ya." Damian mencium kening istrinya.
"M-mas Damian, aku bosan di rumah. Apakah boleh ke Mall?" tanya Luna.
Damian menganggukkan kepalanya dan ia memberikan black card untuk Luna.
"Terima kasih Mas." ucap Luna yang sangat bahagia ketika suaminya memberikannya black card untuk belanja.
Setelah itu Damian masuk ke dalam mobil dan segera melajukan nya menuju ke perusahaan miliknya.
Melihat suaminya yang sudah berangkat kerja, Luna melanjutkan membersihkan ruang makan.
Walaupun dirumah sudah ada pelayan, tetapi ia ingin membersihkannya sendiri.
Selesai membersihkan ruang makan, Luna lanjut untuk siap-siap berangkat ke Mall.
"Nona Luna, apa perlu saya antar?" tanya Ronny.
"Tidak perlu Ronny, aku bawa mobil sendiri saja." jawab Luna yang kemudian masuk ke dalam mobil.
Kemudian Luna melajukan mobilnya menuju ke Mall yang ada di tengah kota.
Sudah lama Luna tidak mengendarai mobil dan membuatnya sedikit kaku.
Di tengah perjalanan ia tidak sengaja menyenggol mobil orang lain sehingga membuat pemilik mobil langsung menghentikan mobilnya.
Luna lekas turun dari mobilnya dan melihat mobilnya yang tergores.
"Kamu bisa bawa mobil tidak?" tanya lelaki itu dengan sedikit meninggikan suaranya.
"Maafkan saya, saya tidak sengaja menabrak mobil anda."
"Luna?" tanya lelaki itu yang tak lain adalah Dilan.
Luna mendongakkan wajahnya dan melihat lelaki yang memanggil namanya.
"K-kak Dilan. Kak, aku minta maaf karena sudah membuat mobilmu rusak. Ayo kita cari bengkel kak, biar aku yang menanggung semuanya."
Dilan mengernyitkan keningnya saat mendengar perkataan Luna.
"Tidak usah seperti itu, biar aku saja yang membetulkannya nanti. Tapi ada satu syarat untuk mengganti semua ini."
"S-syarat apa Kak?" tanya Luna.
Dilan meminta Luna untuk menemaninya makan siang.
"A-aku mau ke Mall Kak. Kita makan disana saja ya."
Dilan menganggukkan kepalanya dan ia meminta Luna untuk masuk kedalam mobilnya.
Luna menggelengkan kepalanya dan ia akan bawa mobil sendiri.
"Aku saja yang menumpang di mobil kamu ya. Mobil aku kan rusak." ucap Dilan.
"I-iya Kak."
Dilan menghubungi salah satu anak buahnya untuk mengambil mobilnya yang rusak.
"Biar aku saja yang menyetir mobil kamu." Dilan membuka pintu dan meminta Luna untuk segera masuk.
Luna mengambil ponselnya dan akan mengirim pesan kepada suaminya kalau saat ini ia bersama dengan Dilan.
"Apakah Damian sudah berangkat kerja?" tanya Dilan.
"S-sudah Kak." jawab Luna.
30 menit kemudian mereka telah sampai di sebuah Mall.
Dilan mengajak Luna untuk masuk ke dalam Mall yang saat ini sangat ramai.
"Kak Dilan, aku kesana dulu ya." Luna menunjuk tangannya ke arah butik terkenal.
"Ayo kita kesana sama-sama, aku juga mau membeli setelan jas."
Mereka berdua berjalan menuju ke sebuah butik yang sudah terkenal dimana-mana.
Luna menuju ke dress maxi maroon yang sangat ia sukai dari dulu.
"K-kenapa mahal sekali?" gumam Luna.
Walaupun Damian sudah memberikan black card untuk Luna. Tetapi ia merasa sayang sekali jika untuk ia pergi hanya membeli pakaian.
"Kak, ayo kita cari makan saja." ajak Luna.
"Tidak jadi beli pakaian?" tanya Dilan.
Luna menggelengkan kepalanya dan ia langsung keluar dari butik.
Dilan melihat pakaian yang tadi dilihat oleh Luna, ia pun langsung memanggil pramuniaga untuk membungkus semua pakaian yang ada di butik ini.
Ia meminta pramuniaga untuk memberikannya kepada anak buahnya agar memasukkan pakaian itu kedalam mobil Luna.
Kemudian Dilan menyusul Luna yang sudah berjalan terlebih dahulu menuju ke eskalator.
"Kenapa kamu meninggal aku."
"K-kak Dilan lama, katanya mau ditraktir." jawab Luna sambil menahan tawanya.
Mereka telah sampai di lantai 5 dimana food court ada disana.
"Kak Dilan mau makan apa?" tanya Luna.
"Kita makan disana saja."' Dilan menggandeng tangan Luna dan mengajaknya ke tempat makan yang menyediakan masakan China.
Dilan mengambil buku menu dan segera memesan beberapa makanan dan minuman.
"Luna, aku minta maaf soal kemarin. Gara-gara aku, kamu sampai mengalami luka seperti itu." ucap Dilan.
"I-iya Kak, tapi jangan ulangi lagi ya Kak." ujar Luna.
Dilan menganggukkan kepalanya dan ia berjanji untuk tidak akan mengulanginya lagi.
"Apakah sekarang kamu mau berteman denganku?" tanya Dilan.
Luna menatap wajah Dilan yang sedang mengajaknya untuk berteman.
"Ok, aku mau berteman dengan Kak Dilan."
Dilan langsung memeluk erat tubuh Luna sambil mengucapkan terima kasih karena Luna mau berteman dengannya.
Tak berselang lama makanan yang sudah dipesan oleh Dilan telah dihidangkan.
Dilan mengajak Luna untuk segera menikmati makanannya.
Sementara itu di tempat lain dimana Damian baru saja selesai meeting dan berjalan menuju ke ruang kerjanya.
Damian langsung terkejut ketika melihat Ayana yang sudah duduk di kursi kerjanya.
"Ayana, mau apa kamu kesini? Kalau sudah tidak ada urusan lagi, lekaslah pulang." pinta Damian.
"Mas Damian kenapa sekarang menjadi seperti ini? Apa salahku Mas?" Ayana mencoba mendekati Damian.
Sebenarnya Damian juga tidak enak hati mengusir Ayana. Tetapi ia ingat pesan istrinya yang memintanya untuk menjaga jarak dengan Ayana.
"Ayana, aku sekarang sudah menikah dengan Luna. Jadi rasanya tidak etis saja kalau kamu ada disini." ucap Damian.
"Apakah Luna yang meminta Mas Damian untuk menjauh dari aku? Aku sudah tidak heran jika memang Luna yang menginginkannya." ujar Ayana.
Damian mengernyitkan keningnya saat mendengar perkataan dari Ayana.
"Apa Mas Damian yakin kalau Luna sudah berubah menjadi lebih baik?"
"Tentu saja aku yakin dengan istriku." jawab Damian.
Ayana mengatakan kalau Luna hanya ingin kekayaan yang dimiliki oleh Damian.
"Mas Damian jangan mau dibohongi oleh Luna. Dia berpura-pura melindungi Mas Damian karena ingin menarik simpati saja." Ayana berusaha mencuci pikiran Damian agar kembali membenci Luna.
Damian yang mulai sedikit terpengaruh meminta Ayana untuk keluar dari ruangannya.
"Aku percaya dengan istriku dan tolong mulai sekarang jangan temui aku lagi." Damian mendorong tubuh Ayana dan segera ia mengunci ruangan kerjanya.
Damian mengambil ponselnya dan disaat akan menghubungi Luna tiba-tiba ada nomor asing yang mengirimkannya pesan.
Ia segera membuka isi pesan itu dan Damian langsung membelalakkan matanya saat melihat Luna berpelukan dengan lelaki lain.
Wajah lelaki itu disamarkan jadi Damian tidak tahu siapa lelaki itu.
Damian segera menghubungi istrinya dan berharap kalau foto itu hanya rekayasa.
"Sayang kamu dimana?."
Dilan langsung menutup ponsel milik Luna yang saat ini sedang memesan es krim.
"Luna! Halo Luna!" Damian mengambil kunci mobilnya dan segera ia menjemput istrinya yang ada di Mall.