WARNING *** BIJAKLAH DALAM MEMBACA⚠️ ⚠️
Emile adalah seorang mahasiswi yang terpaksa harus menyudahi kuliahnya karena alasan ekonomi dan juga adik kesayangannya yang tengah sakit. Dia menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja dan membiayai pengobatan adiknya yang tak ramah di kantong. Dalam pertemuan yang tak di sengaja dengan bosnya di sebuah bar membuat hidupnya berubah drastis. Ia terjebak dalam sebuah perjanjian kontrak dengan Harry Andreson.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan
Di sebuah altar pernikahan, ada dua insan yang tengah mengucap janji suci di saksikan beberapa orang saja. Tidak ada pesta mewah dan hanya dekorasi yang sederhana. Walaupun seperti itu, tapi berjalan dengan sangat lancar. senyum manis menghiasi wajah wanita paruh baya dengan balutan dress warna hijau.
Sementara kedua mempelai nampak berwajah datar.
Ya, hari ini adalah pernikahan Harry dan Emile yang di laksanakan tanpa adanya persetujuan dari kedua belah pihak. Lebih tepatnya hanya ibunya saja yang sangat berantusias dengan pernikahan itu. Setelah mengucap janji suci, acara pun di nyatakan selesai.
Disana hanya di hadiri 4 orang saja, Elizabeth, David, Daniel dan juga pendeta yang memang secara khusus menikahkan mereka berdua. acara hanya berlangsung beberapa saat saja hingga kini akhirnya selesai.
Harry melepaskan jasnya dan melemparkannya ke sembarang tempat. Ia masih kesal dan tidak menerima pernikahan sepihak itu. Sebenarnya sebelum pernikahan itu, Elizabeth memintanya agar pernikahan di gelar secara besar-besaran. Tapi, tentu saja Harry menolak dengan keras dan lebih memilih untuk menikah secara privat begitu juga dengan Emile.
Tiba-tiba saja, Harry melempar secarik kertas pada Emile tepat di wajahnya. Wanita itu mengambilnya dan membacanya dengan seksama. Ternyata kertas itu berisi tentang kontrak selama mereka menikah. Lebih tepatnya kontrak pernikahan selama setahun ke depan sampai anak yang di kandung Emile lahir.
Emile menatap Harry sebentar sebelum akhirnya membaca dengan seksama kontrak tersebut. hanya saja, ia agak keberatan dengan perjanjian nomor lima.
"Aku keberatan dengan ini." kata Emile.
"Kenapa? Kau takut?" tanya Harry dengan tatapan nakalnya.
"Tidak. Tapi aku akan sedikit merubahnya." kata Emile kemudian mencoret beberapa kata.
"Boleh melakukan hubungan suami istri jika keduanya sama-sama mau dan tanpa paksaan."
Harry yang membaca itupun hanya mengangguk dengan tersenyum remeh ke arah Emile. Sampai detik ini pun belum pernah ada yang menolak untuk berhubungan dengannya. memikirkan hal itu tiba-tiba saja pikiran jahil Harry muncul. Ia mendekati Emile yang saat ini tengah duduk dan sibuk melepaskan jepit rambutnya.
Menyadari dengan gerak gerik Harry, ia pun langsung bangun dari sofa dan menjaga jarak dengan pria itu. Ia menatap Harry dengan tatapan waspada. Seolah tahu apa yang ada di pikiran pria mes*m itu. Hanya saja mungkin langit tidak berpihak padanya. Karena terlalu fokus, ia pun tidak menyadari jika di belakangnya adalah ranjang.
Ia pun terjatuh di ranjang itu dengan Harry yang semakin mendekatinya. Pria itu hanya tersenyum penuh kemenangan saja tak kala Emile sudah memejamkan matanya.
"Kau berharap aku menyentuhmu kan? Hahaha baiklah kalau itu maumu. Jika kau menginginkanku, aku bisa apa." kata Harry yang langsung membuat Emile membelalakkan matanya dan dengan spontan menendang perut Harry.
"Hei, belum ada sehari kau jadi istriku, kau sudah berani kurang ajar?" kata Harry dengan kesalnya.
"Salah sendiri. Pergilah, kenapa kau masih disini." kata Emile yang secara terang-terangan mengusir Harry
"Ini villa ku. Mau aku dimana saja, ya itu hakku." kata Harry yang langsung merebahkan dirinya di sofa.
"Tapi aku ingin mandi, Harry." kata Emile.
Tidak ada respon dari pria itu karena tengah sibuk dengan ponselnya. Emile pun memanfaatkan kesempatan itu untuk segera ke kamar mandi. Jujur saja, berada di dekat Harry membuatnya selalu merasa tidak tenang dan was-was. setelah mengunci kamar mandi, barulah ia bisa bernafas lega.
Ia pun menyelesaikan acara mandinya dengan tenang. Selesai mandi, dengan pelan-pelan dan penuh waspada, ia membuka pintu sedikit dan menilik sekitar apakah Harry masih ada di sana atau tidak. Setelah memastikan jika tidak ada orang, kini Emile pun bernafas lega dan keluar kamar mandi dengan tenangnya.
Sebenarnya tadi, ia lupa tidak membawa baju ganti saja akan mandi, alhasil ia pun hanya memakai handuk yang ia buat sebagai kemben. Tanpa di sangka-sangka, sesuatu pun membuatnya terkejut setengah mati. Tiba-tiba saja Harry muncul dari balik dinding yang membuat Emile berteriak kaget.
"Tuan!!! bagaimana kau bisa muncul dari situ." kata Emile tapi tidak di tanggapi oleh Harry.
Justru pria itu malah fokus dengan Emile yang hanya memakai handuk saja. Ia hanya bisa menelan ludahnya saja melihat itu. Ingatan saat ia bermain bersama wanita di depannya itu pun langsung muncul dengan jelasnya. Setelah di pikir-pikir sudah lumayan lama ia tidak bermain dengan Emile.
Karena sadar akan sesuatu, Emile langsung meraih selimut dan menutupi semua tubuhnya. Ia tahu tatapan yang Harry berikan padanya bukan tatapan biasa, melainkan tatapan yang siap untuk menerkamnya.
"Kali ini kau selamat karena aku ada urusan penting di luar. Ingat, kau masih terikat kontrak denganku. dan kapanpun aku mau, kau harus melayaniku." kata Harry dengan tersenyum penuh kemenangan.
Emile hanya bisa mengumpat dalam hatinya. bagaimana bisa ia lupa tentang hal itu. Memang seharusnya ia tidak terlibat pernikahan itu dan mungkin akan sedikit menjadi lebih baik. tapi sekarang, statusnya sudah menjadi istri dari pewaris tunggal keluarga Anderson, yah walaupun masih di atas kertas .
"Sepertinya mulai hari ini aku harus selalu mengunci pintu. Tapi bagaimana bisa dia tiba-tiba muncul dari balik tembok itu. apakah dia makhluk tak kasat mata?? Aishhh, apa yang kau pikirkan Emile." gumamnya dengan menggelengkan kepalanya.
Baru saja ia selesai berganti baju, tiba-tiba saja bel pun berbunyi. Ia dengan waspada nya langsung melihat siapa yang datang. Setelah mengetahui yang datang adalah Elizabeth, membuat Emile langsung bernafas lega dan membukakan pintunya.
"Nyonya..." ucap Emile dengan tersenyum kecil
"Apakah kau belum pernah merasakan tamparan di mulutmu itu hah? Sudah ku bilang berapa kali, jangan panggil aku nyonya, panggil aku Mami. Kau ini bodoh atau bagaimana." kata Elizabeth yang membuat Emile hanya tersenyum canggung saja.
"rasanya aneh saja memanggilmu seperti itu. Tapi aku akan mencobanya mulai sekarang." kata Emile dengan tersenyum kecil.
"Bagus. Pastikan malam ini kau memakai ini ya, malam ini akan menjadi malam yang panjang buat kalian berdua. Jangan lupa, pelan-pelan saja kasihan cucuku nanti terguncang. Nanti aku akan bicara dengan bocah tengik itu agar bermain pelan-pelan saja. Jaga kandunganmu ya." kata Elizabeth dengan tersenyum manis dan langsung berpamitan pulang.
Emile menatap paperbag pemberian Elizabeth dan membukanya. Ia terkejut dan menatapnya dengan tatapan jijik. Ya, isinya adalah sebuah lingerie bewarna merah menyala. ia langsung memasukkan kembali dan meletakkan baju haram itu di tempat tersembunyi.
Sungguh ia bergidik ngeri membayangkan jika ia memakai pakai haram itu di depan Harry. Dan lagi, untuk apa Elizabeth memberikan baju itu padanya, jelas-jelas dia tengah mengandung cucunya.