SEXY OLD BODYGUARD

Arion mencengkram rahang Vicky penuh emosi, kedua matanya terlihat begitu menakutkan, nafasnya  memburu bertanda kalau emosinya telah memuncak.

“Apa penawaran racun yang kau berikan kepada Vitt?” tanya Arion dengan nada pelan, namun penuh penekanan, tanpa melepaskan cengkraman tangannya itu dari rahang istrinya.

Menyebut nama istri membuat perut Arion seketika langsung mual!

Bagaimana bisa selama ini tidak mengetahui sisi gelap istrinya yang tenyata adalah seorang monster.

Penyesalan Arion dalam seumur hidupnya ini adalah mencintai Vicky, dan percaya kepada wanita iblis itu.

Vicky menatap Arion tanpa takut, meski hidupnya saat ini sedang terpojok. Bibir wanita itu menyeringai, tak berselang lama tertawa terbahak seperti orang gila.

“Ha ha ha ha, aku sama sekali tidak tahu penawarnya!” ucap Vicky sedikit tidak jelas karena rahangnya masih dicengkram Arion.

Kedua mata Arion memerah, merasakan amarah dan juga kesedihan yang begitu dalam di dalam hatinya. “Kenapa kau tega pada Viit, anak kita? Kenapa kau tega melakukan semua ini?!” sentak Arion penuh emosi seraya melepaskan cengkramannya dari rahang Vicky lalu berpindah ke leher istrinya itu.

Vicky mengulas senyum tipis di sela kesakitannya dan tidak bernafas, jika ia mati hari itu juga, tidak masalah untuknya, ia pasrah. “Kau tanya kenapa?” bisik Vicky dengan suara nyaris tercekat. Senyuman di bibirnya perlahan redup tergantikan dengan raut wajah sedih bercampur emosi, kedua matanya mengembun dan tak berselang lama air matanya terjun tanpa diminta. “Kapan terakhir kali kau makan di meja makan bersamaku?” tanya Vicky menatap Arion yang masih mencekiknya, namun ia sama sekali tidak melakukan perlawanan.

Arion terdiam, keningnya mengerut, seolah sedang mencari jawaban atas pertanyaan istrinya.

Vicky kembali terkekeh, emosinya berubah begitu cepat, “kau bahkan tidak mengingat kapan kita makan di meja makan bersama…” Vicky menjeda ucapannya sejenak untuk menarik nafas dalam meski kesulitan. “Aku kesepian, aku hancur, dan aku sendirian dalam menjalani rumah tangga bersamamu. Aku bagaikan berada di dalam penjara! Kau tidak pernah ada disampingku saat aku membutuhkanmu! Kau selalu sibuk dengan pekerjaanmu, hingga mengabaikan aku. Maka dari itu aku melampiaskannya dengan berselingkuh dengan pria lain … hingga akhirnya aku mengandung, dan kehidupanku semakin hancur saat putriku lahir dalam keadaan cacat. Ibu mana pun tidak akan menerima jika anaknya cacat, tapi kau terlihat sangat menyayangi Vittoria. Dan akhirnya kau memintaku untuk tetap merawatnya. Kau pikir mudah merawat anak sepertinya? Aku lelah, aku tidak sanggup lagi, tapi selama bertahun-tahun aku bertahan demi kau, hingga kesabaranku telah berada diambang batas, aku melayangkan gugatan cerai padamu, tapi kau tidak pernah menyetujuinya, dan tidak pernah mempedulikan aku! Dan sebuah rencana terlintas dibenakku untuk memberikan racun pada Vitt, dan racun itu akan membunuhnya secara perlahan! Tanpa kau sadari Aroin, kau sendiri yang telah membuat masalah ini terjadi!” ungkap Vicky panjang kali lebar pada Arion, dengan nafas yang mulai menipis.

Perlahan-lahan  kedua tangan Arion mengendur dari leher Vicky. Kedua matanya memerah bersamaan dengan air matanya menetes tanpa diminta setelah mendengarkan ucapan Vicky, kemudian memundurkan kedua kakinya dengan langkah lemas menjauhi Vicky.

Vicky menghirup oksigen dengan rakus setelah cekikan Arion terlepas dari lehernya. “Kau adalah ayah dan suami yang buruk Arion!” ucap Vicky pelan, tapi penuh penekanan.

Arion menggeleng pelan, ia terisak sedih, marah, dan kecewa pada dirinya sendiri, tapi tak berselang lama ia mendongakkan kepalanya yang tertunduk. “Semua bisa dibicarakan kalau kau jujur padaku, Vic! Tidak seharusnya kau bertindak seperti ini pada Vitt!” Arion menatap benci pada istrinya itu yang mengenakan baju berwarna hitam lengkap dengan kedua tangan terborgol, sambil duduk bersandar di kursi.

“Aku sudah berulang kali memintamu untuk berhenti bekerja, tapi kau tidak pernah mempedulikan permintaanku! Lagi pula kau tidak rugi kalau Vitt mati, karena dia bukan anakmu!!!” balas Vicky tak berperasaan.

“Diam dan tutup mulutmu, Vic! Meski tidak ada darahku mengalir di tubuhnya, tapi aku sangat menyayanginya seperti anakku sendiri!” bentak Arion di sela keputusasannya, dan kembali menodongkan senjata api ke arah istrinya.

“Sersan, turunkan senjatamu!” Ella yang sejak tadi diam dan menyimak pembicaraan mereka pun akhirnya membuka suara.  “Kau bisa mendapatkan sangsi jika bertindak gegabah!” lanjut Ella.

Arion kembali menurunkan senjatanya, dengan nafas yang memburu bertanda ia masih diselimuti emosi. “Aku ingin sekali meledakkan kepalamu dengan tanganku sendiri, tapi sepertinya tidak adil jika kau langsung mati! Setidaknya kau harus menderita terlebih dahulu seperti halnya yang dirasakan Vitt selama ini!” Arion langsung keluar dari ruangan tersebut setelah memberikan ultimatum pada istrinya.

Ella menghela nafas panjang seraya mendekati Vicky, “saatnya kembali ke kamar mewahmu, Nyonya!” ucap Ella seraya menggiring tahannya ke dalam sel.