Ayumi adalah gadis yatim piatu blasteran Jepang-Indonesia. Ayumi memiliki dua kakak laki-laki yang tidak beruntung dalam membangun mahligai rumah tangga. Kakaknya yang pertama bernama Tommy harus menjadi duda keren kehilangan istrinya yang seorang pramugari bernama Dena karena kecelakaan pesawat. Dari pernikahan mereka berdua, dikarunai anak perempuan bernama Hana. Sedangkan kakaknya yang nomor dua bernama Kenzi bercerai dengan istrinya karena kepergok selingkuh dengan rekan kerjanya.
Ayumi yang sejak usia 15 tahun tinggal bersama kedua kakaknya setelah orang tuanya meninggal karena covid berusaha mencarikan jodoh untuk kedua kakaknya. Agar dirinya bisa hidup bebas tanpa harus mengurus rumah tangga dan keponakannya yang masih berumur 4 tahun.
Disini lah cerita dimulai. Suka duka Ayumi mencarikan jodoh untuk kedua kakaknya mengalami banyak sekali rintangan. Bagaimana kisahnya yuk silahkan diikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewica Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Bertemu Mila Di Mall
Keesokan harinya, cuaca kota Surabaya sangat cerah. Rania sudah bersiap-siap hendak pergi dengan Tommy dan Hana.
"Nia!" panggil bu Vika.
"Iya bun." jawab Rania dari dalam kamar.
"Tommy dan Hana sudah datang." tukas bu Vika memberitahu putrinya.
"Iya bun, ini Nia sudah siap." jawabnya sambil memakai tas selempangnya dan memasukkan ponselnya di dalam tas.
"Cepet Nia." titah bu Vika.
"Iya..." Rania berlari kecil mengikuti langkah bundanya yang berjalan menuju rumah utama.
Tommy sedang berbincang-bincang santai dengan pak Burhan dan Hana diajak ngobrol dengan bu Risa.
"Nah itu tante Nia." tukas bu Risa melihat kedatangan Rania bersama bundanya.
Tommy beranjak dari duduknya dan salim serta cium tangan bu Vika dengan takzim.
"Hana salim dulu sama nenek Vika." titah Tommy pada putrinya.
Hana langsung menghampiri bu Vika dan mencium tangan beliau.
"Cantik sekali hari ini Hana." puji bu Vika.
"Terima kasih nenek." jawab Hana tersenyum.
Tommy tersenyum mendengar jawaban putrinya.
"Hana, salim juga sama tante." ujar Tommy mengingatkan anaknya untuk cium tangan Rania.
Hana pun beralih mencium tangan Rania. Dan Rania mengelus rambut Hana yang dikepang dua.
"Siapa nih yang ngepang rambut Hana? " tanya Rania.
"Tante Ayu." jawab Hana polos.
"Cantik sekali." puji Rania tersenyum kepada Hana.
"Terima kasih tante." ujar Hana tersenyum malu.
"Nia sudah siap? " tanya Tommy yang pandangannya beralih ke Rania.
"Sudah." jawabnya.
"Kita bisa pergi sekarang? " tanya Tommy.
"Tentu saja." jawab Rania tersenyum.
Mereka bertiga pamit kepada bunda dan paman serta bibi Rania. Setelah itu mereka berjalan menuju teras. Pak Burhan dan istri serta bu Vika turut mengantar hingga kedepan.
"Selamat bersenang-senang. " pesan bu Risa.
Mereka menganggukkan kepalanya dan Tommy membukakan pintu untuk Rania dan putrinya.
Hana duduk di belakang dengan kursi khusus balita. Sedangkan Rania duduk didepan bersebelahan dengan Tommy.
Tommy memakai seat beltnya dan sempat tersenyum ketika wajahnya dan Rania saling bertatapan.
"Kamu cantik." puji Tommy.
"Terima kasih." jawab Rania tersenyum.
Tommy menghidupkan mesin mobilnya dan mengklakson sebagai tanda mereka akan meninggalkan rumah.
Pak Burhan, istri dan kakaknya melambaikan tangannya hingga mobil Tommy keluar dari pagar rumah.
"Semoga mereka berjodoh pah." ujar bu Risa kepada suaminya.
"Berdoa saja mah." jawab pak Burhan.
"Kelihatannya Tommy pria yang baik." tukas bu Vika.
"Tommy memang pria yang baik. 4 tahun menduda bukan waktu yang sebentar. Dia masih sulit move on dari mendiang istrinya. Semoga Rania bisa membuka hati Tommy kembali." ujar pak Burhan.
Mereka bertiga kemudian masuk kedalam rumah dengan secercah harapan Rania dan Tommy bisa bersatu membangun keluarga baru.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit. Akhirnya mereka sampai di Galaxi mall, salah satu mall terkenal di kota Surabaya. Sepanjang perjalanan, Hana tak hentinya mengoceh, membuat perjalanan tak terasa lama.
"Papa, aku boleh beli boneka labubu lagi buat teman Lola? " tanyanya sambil mendongakkan kepalanya melihat wajah papanya.
Rania hanya tersenyum melihat bagaimana Hana sangat sopan meminta sesuatu kepada papanya. Tak ada rengekan hanya minta persetujuan.
"Tentu saja boleh." jawab Tommy.
Hana senang sekali. "Terima kasih papa." ucapnya.
"Sama-sama sayang." timpal Tommy tersenyum kepada putrinya.
Mereka bertiga berjalan menuju toko yang menjual berbagai macam mainan untuk anak-anak. Hana menarik tangan Rania berjalan menuju deretan rak yang memajang boneka labubu.
Hana memilih boneka labubu sedangkan Rania sempat memperhatikan Tommy yang Membiarkan Hana memilih sendiri boneka yang dia inginkan dan dia sendiri agak sibuk membalas beberapa pesan singkat.
"Tante aku sudah dapat bonekanya." ujar Hana sambil menunjukkan labubu yang agak mirip dengan labubu yang sudah dimilikinya.
"Nanti mau dikasih nama siapa?" tanya Rania.
"Lala." jawabnya.
"Hmmm...Lola dan Lala." ujar Rania tersenyum.
Lalu Hana berlari mendekati papanya dan menunjukkan boneka yang dia inginkan sudah dapat.
"Aku mau ini papa." ucap Hana.
"Oke, kita bayar dulu ya dikasir." ujarnya sambil menatap kembali wajah Rania yang tersenyum.
Mereka bertiga berjalan menuju kasir dan Tommy membayar labubu yang dibeli oleh Hana.
"Terima kasih pak." ucap kasir tersebut dan mengembalikan kartu debet milik Tommy dan memberi bungkusan berisi labubu kepada Hana.
Tommy menganggukkan kepalanya dengan tersenyum. Membuat mbak kasirnya jadi terpesona.
"Ih cakep ya." bisiknya kepada temannya.
"Ho oh. Beruntung banget istrinya dapat suami cakep." jawab temannya yang juga sesekali curi-curi pandang melihat Tommy.
Rania yang sempat memperhatikan kedua kasir tersebut hanya geleng-geleng kepala.
"Ngeri juga kalo jadi nikah sama mas Tommy. Bakal makan hati, suami banyak fansnya." Rania nge bathin.
"Sekarang kita mau kemana lagi sayang? " tanya Tommy sambil menggandeng tangan Hana
"Beli es krim papa." jawab Hana.
"Tante Nia mau makan es krim? " tanya Tommy melihat ke arah Rania yang berjalan disebelah kiri Hana.
"Boleh." jawab Rania tersenyum.
"Oke kita beli es krim dulu." ucap Tommy.
Mereka bertiga berjalan menaiki eskalator menuju lantai paling atas dimana terdapat stan khusus menjual es krim.
"Viola...! " panggil Hana.
Tak disangka, disana mereka bertemu Mila beserta kakak dan keponakannya.
Viola menoleh dan melihat sahabatnya datang bersama papanya dan seorang wanita yang tidak dikenalinya.
Mila dan kakaknya yang juga spontan ikut menoleh melihat Tommy dan Rania.
"Kamu kesini juga." sapa Viola.
"Ehm, aku beli boneka labubu." jawab Hana sambil mengeluarkan boneka barunya.
"Wah bagus Hana." puji Viola sambil memegang boneka labubu barunya Hana.
"Hi Tommy, sama siapa nih? " sapa Ersi kakak Mila.
"Kenalin ini Nia dan Nia ini Mila serta Ersi. Biasanya Hana saya titipkan ke Mila jika pulang sekolah belum ada yang bisa menjemput Hana." jawab Tommy.
Rania membulatkan mulutnya berbentuk O dan mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Mila dan Ersi.
Ersi menyambut uluran tangan Rania dengan ramah, tapi Mila agak kaku, ada rasa cemburu teerselip dihatinya ketika melihat wajah cantik Rania.
"Mila."
"Rania."
"Hana kamu belum salim sama cium tangan tante Ersi dan tante Mila. " tegur Tommy.
Hana pun langsung salim dan cium tangan mamanya Viola dan tantenya.
"Viola, salim juga dong sama papanya Hana dan tante Rania." tegur Ersi kepada putrinya.
Viola lalu menghampiri Tommy dan Rania untuk salim dan cium tangan.
"Hana kamu beli es krim apa?" tanya Tommy.
"Strawberry sama blueberry papa." pintanya.
"Kamu mau Nia? " tanya Tommy.
"Boleh." jawab Rania.
"Mau rasa apa?" tanya Tommy lagi.
"Sama aja dengan Hana mas." jawab Rania.
Tommy lalu memesan dua es krim untuk Hana dan Rania.
"Calon istrinya Tommy ya mbak? " tanya Ersi tanpa sungkan.
"Eee..." Rania bingung menjawab dan melirik ke arah Tommy.
"Bukan..." jawab Tommy singkat.
"Ah masa sih,kelihatannya akrab betul." ujar Ersi sambil terkekeh.
Tommy tak terlalu menggubris perkataan Ersi karena sibu membayar pesanan es krimnya.
"Nia...Ersi ini teman aku semasa sma." tukas Tommy setelah selesai membayar.
"Ooo...makanya akrab ya hehe..." sahut Rania terkekeh.
"Kebetulan Hana seumuran dengan anak kedua Ersi yaitu Viola. Dan sama-sama sekolah di playgroup yang sama." timpal Tommy.
"Tapi kami gak pernah ada hubungan spesial kok mbak hehe..." timpal Ersi tertawa.
Sekali lagi Tommy hanya tersenyum. Mila berusaha tidak menunjukkan rasa cemburunya didepan mereka berdua. Tapi Rania jelas merasakan bahwa Mila mulai salah tingkah.
"Mana suamimu? " tanya Tommy basa basi.
"Lagi mancing sama anak lanang lah. Mana mau dia jalan-jalan ke mall." jawab Ersi.
Tak berapa lama, es krim pesanan Tommy sudah jadi dan Tommy memberikan kepada Rania dan Hana.
"Aku jalan-jalan dulu ya." pamit Ersi.
"Iya." jawab Tommy.
"Sampai ketemu lagi mbak Rania" ujar Ersi ramah.
"Iya mbak." jawab Rania tersenyum.
"Mari mbak, bang." pamit Mila yang sejak dari tadi diam saja.
"Iya Mila..." sahut Tommy tersenyum.
"Bye Hana. Sampai ketemu besok." ujar Viola sambil melambaikan tangannya kepada Hana.
"Bye Viola." jawab Hana membalas lambaian tangan Viola.
"Oke...awkward [aneh]." bathin Rania.
Ersi, Mila dan Viola pergi meninggalkan mereka bertiga hendak lanjut cuci mata dimall.
"Ehm kita langsung makan siang aja gimana?" ajak Tommy.
"Boleh." jawab Rania yang hanya manut saja mengikuti kemanapun mereka berdua melangkah.
"Aku mau main di Timezone dulu papa.Ambil boneka seperti milik Viola." rengek Hana yang tertarik dengan boneka kecil yang dibawa oleh Viola ketika tadi mamanya berhasil mendapatkan boneka dari mesin permainan capit.
"Kan Hana sudah ada boneka labubu, malah lebih bagus boneka Hana kan?" bujuk Tommy sambil mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi Hana.
"Ehm..." Hana bimbang.
"Kita makan siang dulu ya, Hana boleh beli yang lain asal tidak boneka lagi." tawar Tommy kepada putrinya.
"Iya papa." jawabnya pelan
"Ayo Nia kita makan siang dulu." ajak Tommy.
Rania menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah keduanya menuju tempat makan yang dipilih oleh Tommy.
Sementara itu, Mila langsung kehilangan moodnya jalan-jalan dimall. Mereka sedang duduk sebentar dibangku panjang samping eskalator untuk menghabiskan es krim.
"Kamu kenapa Mil, cemberut aja, cemburu ya? " tegur Ersi yang memperhatikan perubahan sikap adiknya setelah bertemu Tommy dan Rania.
"Enggak." jawab Mila berusaha menutupi perasaannya yang campur aduk.
"Alah pake ngeles segala...cantik juga ya calon istrinya Tommy." ujar Ersi sambil melirik kearah adiknya.
"Biasa aja..." timpal Mila kesal.
"Hahaha...tuh kan cemboku dirimu. Udah deh Mil, kalo jodoh gak bakal kemana. Lagian salah sendiri nyimpen perasaan gak langsung diungkapkan. Padahal Tommy sering kerumah mama jemput anaknya." tukas Ersi.
Mila hanya menghela nafas saja. Dia belum ada keberanian mengakui perasaannya kepada kakak sahabatnya. Takut ditolak alasannya. Dan dia belum siap untuk itu.
"Udah yuk jalan lagi. Aku pingin lihat diskonan di Zara, kali aja dapat baju bagus disc 70% kan lumayan." ajak Ersi yang es krimnya sudah habis.
Mereka bertiga lalu lanjut berjalan kembali menuju butik Zara yang berada di pantai dasar.
Sedangkan Rania, Tommy dan Hana menikmati hidangan makan siang yang mereka pesan. Rania memperhatikan Tommy. Jelas dimatanya bahwa Tommy sempat menatap wajah Mila agak lama.
Tatapan mata yang berbeda ketika Tommy melihat Rania.
"Gimana Rania, enak gak? " tanya Tommy basa basi.
"Eh enak kok. Udah sering langganan di sini ya mas? " tanya Rania membuyarkan lamunannya.
"Enggak juga, adik ku Ayumi yang sering ajak makan siang disini." jawab Tommy.
Rania hanya membulatkan mulutnya saja.
Lumayan sih rasa nasi goreng seafood yang dia pesan, porsinya juga agak banyak.
Rania melihat Hana makan siang sambil disuapin oleh Tommy. Ketika Rania menawarkan diri menyuapi Hana, Tommy menolak.
"Nia...? " tiba-tiba Tommy memanggilnya.
"Iya mas ada apa?" jawab Rania sambil melirik kearah Hana yang sekarang berganti memegang tabletnya sibuk menonton kartun kesayangannya.
"Nia tidak keberatan dijodohkan dengan saya? Maksud saya, saya duda dengan anak satu. Sedangkan kamu belum pernah menikah. Tentu kamu jika menikah saya tidak hanya menerima saya tapi juga anak saya." ujar Tommy yang akhirnya berbicara serius.
Rania terdiam sebentar sebelum menjawab pertanyaan Tommy.
"Mas Tommy, sebetulnya Rania gak ada masalah jika dijodohkan dengan duda ataupun yang masih single." jawab Rania.
Sayangnya yang masih single udah habis stoknya mas...Kalimat terakhir ini tentu saja tidak berani dia ungkapkan didepan Tommy. Malu euy...kesannya Rania gak laku-laku banget. Padahal ya emang gak laku-laku...
"Sekalipun dengan duda satu anak? " tanya Tommy lagi.
Rania menganggukkan kepalanya. Seandainya boleh milih ya jodohnya sama-sama single takut kalah ronde kalo celap celup kembang kuncup.
Eee...ngeres jadinya pikiran Rania.
"Tapi mas Tommy, saya boleh tanya sesuatu sebelum hubungan kita berlanjut kearah lebih serius lagi...? " tanya Rania.
"Iya boleh." jawab Tommy.
"Mas apa sebelumnya sudah pernah menjalin hubungan dengan perempuan lain? " tanya Rania.
Tommy menggelengkan kepalanya. "Sejak istri saya meninggal, saya belum pernah menjalin hubungan dengan perempuan lain. Dan kamu perempuan pertama yang saya ajak kencan bersama Hana." tukasnya.
"Kencan...wow dia anggap ini kencan...so sweet..." hati Rania langsung lumer mendengar kata kencan yang meluncur dari mulut Tommy.
Fokus...fokus Rania...
"Ehm termasuk dengan Mila...?" ujar Rania
Tommy agak kaget dengan pertanyaan Rania.
Krik...krik...krik...
Tommy tidak segera menjawab. Membuat Rania yang tadinya terbang tinggi menuju nirwana diatas langit mendadak tiba-tiba merosot jatuh ke bawah.
"Sudah kuduga...! " gumam Rania yang bisa menangkap kedua bola mata Tommy yang agak ragu menjawab pertanyaan Rania.
"Saya gak pernah punya hubungan dengan Mila. Hubungan kami sebatas teman saja." jawab Tommy.
"Mas Tommy..."
"Iya Nia."
"Mas Tommy maaf jika perkataan Nia agak menyinggung perasaan mas Tommy. Jika memang kita sepakat untuk membawa hubungan kita lebih serius, maka hati kita berdua harus sama-sama mantap." ujar Rania.
"Maksudnya Nia? " tanya Tommy.
"Maksud Nia, jika memang dihati mas Tommy ada orang lain yang mas Tommy cintai, apa tidak lebih baik mas Tommy memperjuangkan dia." jawab Rania agak sesak juga hatinya berbicara seperti itu.
Tommy membulatkan kedua matanya. Tidak menyangka Rania mengatakan hal seperti itu.