Arka, detektif yang di pindah tugaskan di desa terpencil karena skandalnya, harus menyelesaikan teka-teki tentang pembunuhan berantai dan seikat mawar kuning yang di letakkan pelaku di dekat tubuh korbannya. Di bantu dengan Kirana, seorang dokter forensik yang mengungkap kematian korban. Akankah Arka dan Kirana menangkap pelaku pembunuhan berantai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faustina Maretta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seikat mawar kuning
Arka duduk di kantornya, pikirannya penuh dengan berbagai spekulasi tentang Kirana. Dia mengambil ponselnya dan mulai mencari informasi lebih lanjut tentang Kirana. Nama Kirana Asmara terlintas di benaknya, tapi saat dia mulai menggali lebih dalam, sebuah fakta mengejutkan terungkap.
"Nama lengkap Kirana ... Kirana Putri?" gumam Arka, matanya melebar karena terkejut. "Bukan Asmara?"
Dia segera membuka beberapa dokumen resmi yang bisa diakses melalui jaringan internal kepolisian. Di sana, tertera dengan jelas, Kirana Putri, bukan Kirana Asmara seperti yang dia kira selama ini. Arka merasa ada sesuatu yang telah ia abaikan, dan ini bisa menjadi petunjuk penting.
"Pasti ada alasan mengapa dia tidak menggunakan nama lengkapnya," gumam Arka, mencoba menghubungkan titik-titik yang ada. Dia menyadari bahwa perubahan nama ini mungkin memiliki kaitan langsung dengan kotak kayu berinisial K dan A. Bisa jadi A bukan untuk Asmara, melainkan sesuatu atau seseorang lain.
Arka segera memanggil Bayu ke kantornya. "Bayu, kita harus menyelidiki lebih dalam tentang Kirana. Ada sesuatu yang aneh di sini. Nama lengkapnya bukan Kirana Asmara seperti yang kita duga. Namanya Kirana Putri."
Bayu mengangguk dengan serius. "Baik, Pak. Saya akan mulai menyelidiki latar belakangnya. Mungkin ada sesuatu yang kita lewatkan. Tapi, apakah Bapak baik-baik saja? Karena ... kalian ..."
"Aku baik-baik saja. Lakukan saja perintahku."
Bayu mulai menghubungi tim investigasi untuk menggali informasi lebih dalam, Arka memikirkan semua interaksi yang pernah dia miliki dengan Kirana. Adakah sesuatu yang mencurigakan? Adakah tanda-tanda bahwa dia menyembunyikan sesuatu?
Beberapa jam kemudian, Bayu kembali dengan beberapa temuan awal. "Pak Arka, ini menarik. Kirana Putri ternyata memiliki sejarah keluarga yang cukup rumit. Ayahnya, almarhum Pak Widodo, dulu pernah terlibat dalam bisnis besar sebelum bangkrut. Ada rumor bahwa keluarganya menyimpan rahasia besar yang tidak pernah terungkap ke publik."
Arka mulai menyusun potongan-potongan informasi dalam benaknya. "Bayu, kita perlu memeriksa lebih jauh tentang bisnis keluarganya. Dan juga, coba cari tahu apakah ada kaitannya dengan kasus kita sekarang."
Bayu mengangguk. "Saya akan mulai dengan itu, Pak."
Sementara itu, Arka merasa bahwa misteri kotak kayu berinisial K dan A semakin mendekati penyelesaian. Namun, dia juga menyadari bahwa semakin banyak dia tahu, semakin banyak pula pertanyaan yang muncul. Ada sesuatu yang Kirana sembunyikan, dan dia bertekad untuk menemukan kebenarannya.
Arka memutuskan untuk menghubungi Kirana langsung. Dia menekan nomor Kirana dan menunggu hingga panggilan dijawab.
"Halo, Arka," suara Kirana terdengar ramah seperti biasa.
"Halo, Kirana. Aku ingin bicara denganmu tentang sesuatu yang penting. Bisakah kita bertemu?" tanya Arka, mencoba menjaga nada suaranya tetap tenang.
"Tentu, Arka. Kapan dan di mana?" jawab Kirana tanpa ragu.
"Besok pagi, di kafe dekat kantor. Ada beberapa hal yang perlu kita bicarakan secara langsung," jawab Arka.
"Baik, aku akan ada di sana," ujar Kirana.
Setelah menutup telepon, Arka merasa sedikit lega. Pertemuan besok bisa menjadi kunci untuk memecahkan misteri ini. Namun, dia tahu bahwa dia harus bersiap untuk kemungkinan apa pun, termasuk kebenaran yang mungkin sulit diterima.
---
Keesokan paginya, Arka tiba lebih awal di kafe yang telah disepakati. Ia memilih meja di sudut yang lebih tenang, berharap percakapannya dengan Kirana tidak akan terdengar oleh pengunjung lain. Pikirannya masih dipenuhi oleh berbagai kemungkinan mengenai hubungan Kirana dengan kasus yang sedang ia selidiki.
Tak lama kemudian, Kirana tiba dengan senyum ramah di wajahnya. Ia duduk di hadapan Arka, menatapnya dengan penuh perhatian. "Kamu terlihat serius, Arka. Apa yang terjadi?"
Arka menarik napas dalam-dalam, berusaha merangkai kata-kata dengan hati-hati. "Kirana, aku menemukan sesuatu tentangmu yang membuatku sedikit bingung. Nama lengkapmu ternyata Kirana Putri, bukan Kirana Asmara."
Kirana tersenyum tipis, seolah sudah menduga arah pembicaraan ini. "Ya, itu benar. Aku tidak pernah memberitahumu nama lengkapku yang sebenarnya. Tapi itu bukan karena aku menyembunyikan sesuatu, hanya saja aku lebih nyaman menggunakan nama Kirana Asmara dalam kehidupan sehari-hari."
Arka mengangguk pelan. "Aku mengerti. Tapi ada hal lain yang ingin aku tanyakan. Apakah ada hubungannya dengan keluargamu? Ada sesuatu yang terhubung dengan kasus yang sedang kami selidiki, dan aku ingin tahu apakah kamu tahu sesuatu tentang itu."
Kirana terdiam sejenak, wajahnya berubah serius. "Keluargaku ... Ya, mungkin ada sesuatu yang perlu kamu tahu. Ayahku, sebelum meninggal, memang terlibat dalam bisnis yang cukup besar, dan ada beberapa hal yang tidak pernah terungkap ke publik. Aku tidak pernah berpikir bahwa itu akan berdampak pada kehidupan saat ini."
"Apa yang terjadi sebenarnya, Kirana? Apakah ada kaitannya dengan kotak kayu yang memiliki inisial K dan A?" tanya Arka, suaranya penuh dengan rasa ingin tahu.
Kirana menatap Arka dengan mata yang berkaca-kaca. "Kotak itu ... aku tidak tahu tentang kotak itu."
"Apa kau yakin?" tanya Arka sekali lagi.
"Apa kau tidak percaya padaku?"
Mereka berdua terdiam sejenak, merenungkan situasi yang mereka hadapi. Arka tahu bahwa mereka sedang berada di titik penting dalam penyelidikan, dan Kirana tampaknya siap untuk membantu mengungkap kebenaran.
Kirana tersenyum tipis. "Aku hanya ingin membantu. Jika ada yang bisa aku lakukan untuk menyelesaikan ini, aku akan melakukannya."
Dengan kesepakatan itu, mereka berpisah, masing-masing dengan pikiran yang berat. Arka kembali ke kantor dengan harapan baru bahwa misteri ini akan segera terungkap, sementara Kirana bersiap untuk menghadapi masa lalu keluarganya yang selama ini ia coba lupakan.
Setelah kembali ke kantor, Arka segera memberitahu Bayu tentang pertemuannya dengan Kirana dan keterkaitan kotak kayu dengan kasus mereka. Bayu mendengarkan dengan serius, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang sama seperti yang dirasakan Arka.
Kirana melangkah keluar dari kafe dengan langkah perlahan, hatinya masih bergemuruh setelah pertemuan dengan Arka. Pikiran tentang masa lalu dan rahasia yang mulai terungkap membuatnya merasa cemas sekaligus lega. Saat berjalan menyusuri trotoar, pandangannya tertuju pada sebuah toko bunga kecil di sudut jalan.
Tanpa ragu, Kirana memasuki toko bunga tersebut. Aroma bunga yang segar menyambutnya, sedikit meredakan kekacauan di dalam hatinya. Matanya tertuju pada rangkaian mawar kuning yang tersusun rapi di salah satu sudut. Warna cerah bunga-bunga itu seolah memancarkan harapan di tengah kegelapan yang kini meliputi pikirannya.
Kirana mengambil seikat mawar kuning dan membawanya ke kasir. Saat membayar, senyum tipis menghiasi wajahnya, meski masih ada beban di dalam hatinya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya pegawai di toko bunga itu.
Kirana tersenyum tipis. Kedua matanya melihat beberapa bunga di depannya dengan berbagai macam warna.
"Aku ingin seikat mawar kuning," pintar Kirana dengan lembut.
To be continued ...