Sinopsis
Seorang antagonis dalam sebuah cerita atau kehidupan seseorang pasti akan selalu ada. Sama halnya dengan kisah percintaan antara Elvis dan Loretta. Quella menjadi seorang antagonis bercerita itu atau bisa dikatakan selalu menjadi pengganggu di hubungan mereka.
Di satu sisi yang lain Quella ternyata sudah memiliki seorang suami yang dikenal sebagai CEO dari Parvez Company.
Tentu sangatlah terkesan aneh mengingat status Quella yang ternyata sudah memiliki seorang suami tapi masih mengejar laki-laki lain.
•••••
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lightfury799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8
"Makanannya apakah lezat?" tanya Elvis pada Loretta yang sedang menyantap makanannya. Dirinya memperhatikan wajah Loretta dengan penuh cinta.
"Ini lezat sekali. Terima kasih karena telah mengajakku ke tempat indah ini," ucap Loretta tersenyum manis.
Elvis akan berbicara kembali, namun suara kegaduhan di luar terdengar sampai dalam. Apalagi dengan orang-orang yang berada di dalam restoran merasa penasaran, dan mulai keluar untuk mencari tahu. Elvis yang juga merasa penasaran, beranjak dari kursinya.
"Ayo kita lihat apa yang sedang terjadi?" Elvis tidak lupa untuk mengajak Loretta.
"Baik," Loretta mengikuti, menggapai tangan Elvis, dan mereka mulai ikut keluar bersamaan dengan yang lain.
Saat sudah berada di area luar, ternyata banyak para media yang sedang mewawancarai seseorang yang dirinya kenal sebagai Tuan muda Parvez. Tentu Elvis mengenalnya karena kekuasaan dari Parvez Company sangatlah luas, jadi tidak mungkin tidak ada yang mengenali tuan muda dari Parvez.
"Sepertinya tidak penting," ucap Elvis yang merasa hanya buang-buang waktu, sebelum suara Loretta membuatnya melihat kembali ke arah kerumunan.
"Bukankah itu seperti nona Quella," ujar Loretta ragu, tapi melihat seseorang yang sedang di peluk oleh laki-laki itu mirip sekali dengan Quella.
"Benarkah," Elvis melihat kembali, matanya terkejut saat ternyata itu benar-benar Quella. Dirinya semakin dibuat terkejut oleh pertanyaan yang keluar dari mulut Xaver.
"Sejak kapan mereka berkenalan?" Elvis tentu merasa aneh, karena biasanya Quella akan selalu bercerita padanya. Tersirat terdapat nada yang sedikit marah di ucapannya.
"Oh tidak....," ucap Elvis yang ikut khawatir saat melihat kerumunan semakin ricuh. "Quella," gumamnya dengan nada risau, dirinya ingin ikut membantu tapi sebuah tangan mencegahnya.
"Elvis sepertinya tidak, jika kamu ikut ke sana aku takut kamu terluka," cegah Loretta tangannya menggenggam erat tangan Elvis.
Melihat sorot mata Loretta yang sedih ternyata berhasil membuat Elvis diam, dan mengurungkan niatnya. Menatap kembali kearah kerumunan, bernapas lega setelah melihat Quella dapat masuk ke dalam mobil dengan aman. "Syukurlah," gumam Elvis merasa lega, hatinya merasa langsung tenang kembali.
"Sebaiknya kita juga pulang," kata Elvis setelah melihat mobil mewah rolls royce yang ditumpangi Quella pergi menjauh dari kawasan restoran.
"Ya aku juga sudah merasa kenyang," loretta langsung menyetujui ajakan Elvis padanya.
"Ayo," seru Elvis yang berjalan sambil menggenggam tangan Loretta agar mengikuti langkahnya.
Loretta hanya diam mengikuti, dalam lubuk hatinya dirinya tahu Elvis sangatlah mengkhawatirkan Quella. Apalagi saat tadi dirinya dapat melihat dengan jelas, bahwa Elvis akan langsung bertindak tanpa pikir panjang untuk menolong Quella. Entah mengapa itu membuat Loretta menjadi ragu akan cinta yang dikatakan Elvis.
°°°°°
Roda mobil rolls royce berhenti tepat di kediaman yang ditinggali oleh Quella. Sudah hampir sepuluh menit, namun tidak ada sedikitpun pergerakan yang akan dilakukan oleh Xaver.
Zafran yang sudah tidak dapat menahan kesabaran lagi, menoleh untuk melihat kearah belakang, mencari tau apa yang membuat putranya itu diam saja. "Apa kamu tidak akan mengembalikannya pada keluarganya?" Zafran bertanya, karena sepertinya Xaver enggan untuk melepaskan Quella.
"Kalian tidak memiliki hubungan apapun, jadi kembalikan pada orangtuanya," lanjut Zafran lagi.
Memandangi wajah Quella yang begitu damai saat tertidur. Xaver tentu mendengar apa yang ayahnya katakan, dengan sedikit berat hati Xaver harus menyerahkan Quella pada keluarganya. "Roy bantu aku," ucap Xaver setelah merasa cukup untuk membiarkan Quella tetap di pelukannya.
"Baik tuan," Roy turun dari tempat kemudi, kemudian berjalan untuk membukakan pintu belakang, agar Tuan mudanya dapat mudah keluar dengan nona Quella yang senantiasa berada di dalam pelukannya.
"Apa perlu saya saja yang membawanya?" Roy menawarkan bantuan.
"Tidak, Ella hanya seringan kapas," Xaver langsung menolak, dirinya menggendong Quella ala bridal style.
Mengikuti langkah kaki Tuan mudanya dari belakang, hingga saat mereka di depan pintu. Roy mengetukan pintu beberapa kali, menunggu sesaat hingga seorang pelayan yang dirinya yakini, sebagai pekerja yang berada di kediaman ini datang membukakan pintu.
"Iya ada apa?"
"Oh Nona Quella!!!" ucap pelayan dengan nada khawatir melihat Nonanya yang terlihat tidak berdaya.
Roy akan buka suara untuk menjelaskan, tapi suara seseorang yang baru datang mencegahnya.
"Yuren apa cucuku yang nakal telah pulang?" Owila datang merasa penasaran dengan apa yang terjadi.
Yuren menyingkir dari arah pintu saat kedatangan dari nyonya besarnya. Owira dibuat shock saat melihat kedatangan orang dirinya ketahui sebagai pewaris dari Parvez.
"Anak muda ada apa ini? Dan kenapa Quella berada di gendongan mu?" tanya Owira cepat, dirinya dibuat khawatir dengan Quella yang berada digendong Xaver.
"Dimana kamarnya?" Xaver bukannya menjawab tapi malah memberikan pertanyaan.
Owira menghembuskan napasnya pasrah kali ini, jika memang cucu kesayangan membuat ulah lagi untuk kali ini dirinya akan angkat tangan. "Yuren antarkan tuan Xaver ke kamar Quella," pinta Owira yang merasa tidak tersinggung, karena Xaver mengabaikan pertanyaannya.
"Baik nyonya," Yuren menganggukkan kepalanya. "Tuan bisa mengikuti saya," ucap Yuren kearah Xaver, dan mulai melangkah kakinya menunjukan jalan.
Tidak mengatakan apa-apa, Xaver mengikuti Yuren dari arah belakang. Owira hanya diam menutup mulutnya sampai punggung Xaver menjauh pergi.
"Maaf tapi bisa jelaskan apa yang telah terjadi?" Owira bertanya pada Roy yang sedari tadi senantiasa berdiri dengan tegak menunggu.
"Sebenarnya....," Roy akan menjelaskan tapi suara dari arah belakang membuatnya langsung menoleh memberikan hormat.
"Biarkan saya saja yang memberikan penjelasan," Zafran datang dengan menunjukkan senyuman ramah.
Melihat siapa yang datang, Owira tersenyum kembali membalas senyuman ramah dari tuan besar Parvez. "Tuan Parvez, suatu keberuntungan bisa bertemu dengan anda," ucap Owira menyambut kedatangan Zafran.
"Saya juga ikut senang, bisa bertemu dengan nyonya," ujar Zafran sambil menunduk kepalanya sedikit.
"Sepertinya kurang sopan jika harus berbicara disini, mari silahkan masuk," Owira mengajak keduanya untuk ikut bersamanya ke ruang tamu.
"Silahkan duduk terlebih dahulu, ingin minuman apa?" Owira mempersilahkan duduk, dan menawarkan minuman.
Zafran dengan cepat menolak. "Terimakasih, tapi sepertinya itu tidak perlu kami hanya sebentar," ucapnya sopan.
"Baiklah saya tidak bisa memaksa. Saya juga akan berterus terang, bisa anda ceritakan apa yang telah terjadi pada cucuku?" Owira langsung bertanya pada intinya.
Zafran menceritakan secara garis besarnya, atas apa yang telah terjadi tadi. Dirinya dapat melihat keterkejutan di mata Owira. Bagaimana tidak kejadian ini, pasti akan membuat rumor yang besar.
"Oh tidak, cucuku membuat masalah kembali," Owira hanya bisa memegang kepalanya yang sakit, setelah mendengarkan semua cerita.
Zafran menganggukkan kepalanya setuju, dan kembali melanjutkan ucapannya. "Tidak sepenuhnya salah cucu anda, Xaver juga terlibat dalam hal ini. Saya meminta maaf, dan jika berkenan saya berharap cucu anda bisa menerima dengan lengan terbuka akan Xaver," ujar Zafran secara langsung meminta agar Owila merestui hubungan mereka.
Zafran sengaja berbicara mengenai ini, dirinya seolah tau bahwa Xaver tertarik akan Quella. Zafran sebagai ayahnya mencoba untuk membantu agar bisa lebih memudahkan. Menurutnya ini hal yang baik, jika Xaver bersungguh-sungguh ingin memulai suatu hubungan. Apalagi saat tadi dirinya dapat melihat dengan jelas, bahwa Xaver sampai mau repot hanya karena Quella.
Owira tersenyum kecil mendengar hal itu, secara langsung Zafran meminta Quella untuk dijodohkan bersama Xaver. Jujur di dalam lubuk hatinya Owira setuju akan hal ini, tapi kembali lagi pada Quella yang masih belum dewasa. Owira tidak mau cucunya membuat masalah dengan keluarga yang amat ternama dan besar yaitu Parvez.
"Saya senang mendengarnya," Owira berusaha memikirkan kata-kata yang tidak akan menyinggung. "Hanya saja keputusan itu ada di tangan cucuku, lagi pula saya merasa cucu saya masih belumlah dewasa untuk memiliki berhubungan yang serius," lanjutnya sambil tetap memasang wajah ramahnya.
"Haha... Haha...," Zafran tertawa kecil setelah mendengarnya. "Sepertinya anda salah paham, saya tidak akan memaksa untuk mereka langsung ke jenjang serius. Saya hanya menyampaikan hal ini sebagai ayah yang mendukung putranya," ucap Zafran menjelaskan sambil mengingat-ingat kembali, saat Xaver berusaha melindungi Quella secara tidak disadarinya.
Owira awalnya terkejut saat mendengar tawa dari Zafran. Tapi setelah mendengarkan penjelasan itu membuat hatinya tenang. "Ya saya berharap, mereka dapat bersama," ucapnya merasa bahwa Quella akan sangat terjaga, jika memiliki hubungan yang serius dengan Xaver.
°°°°°
Disisi lain Xaver mengikuti arah yang diberikan oleh Yuren. Hingga akhirnya mereka telah sampai pada sebuah pintu kamar tidur yang berukuran lebar.
"Tuan silahkan," ucap Yuren setelah membukakan pintu agar bisa dilewati dengan leluasa.
"Hm..," gumam Xaver yang kemudian melangkahkan kakinya masuk. Mata biru sapphire nya mengamati sekeliling ruangan. Xaver merasa terlalu kosong untuk kamar yang berukuran besar ini, alasannya karena tidak ada benda-benda yang biasanya menjadi pelengkap untuk kamar luas seperti ini.
Berjalan kearah tempat tidur luas, yang sekiranya dapat menampung tiga orang dewasa. Xaver meletakkan tubuh Quella dengan begitu hati-hati. "Sweet dreams," bisik Xaver dengan sangat pelan.
"Tuan permisi," ucap Yuren meminta agar Xaver mundur sebentar.
Xaver bergerak mundur, dirinya membiarkan Yuren untuk mengurus Quella. Terlihat Yuren yang melepaskan sepatu heels yang Quella pakai, dan aksesoris lainnya. Hal itu dilakukan agar Quella nyaman dengan tidurnya.
Memperhatikan apa yang dilakukan oleh Yuren, sampai pada Xaver tidak sengaja melihat sebuah bunga matahari dalam sebuah tabung. "Bukankah itu layu dan sudah busuk," ucap Xaver kemudian berjalan menuju bunga itu, untuk melihat lebih dekat lagi.
Setelah melepaskan semua aksesoris yang nonanya pakai, Yuren menarik selimut agar tubuh nonanya tetap dalam keadaan hangat. "Tuan jangan disentuh," cegah Yuren saat melihat tangan dari Xaver akan menyentuh tabung berisikan bunga itu.
Tangan Xaver yang bersiap menyentuh benda itu terhenti. Mata birunya menoleh dan menatap tajam kearah Yuren, Xaver marah karena nada suara itu terlalu keras. Dirinya langsung melihat Quella yang ternyata tidak sama sekali terganggu.
Yuren langsung menundukkan kepalanya, dirinya merasa terintimidasi oleh tatapan tajam milik Xaver. "Maaf tuan, tapi bunga itu sangat berharga bagi nona Quella. Bunga itu pemberian dari tuan Elvis beberapa bulan yang lalu," Yuren menjelaskan sambil mengingat-ingat, betapa bahagianya Nonanya saat Elvis memberikan bunga matahari itu.
Mendengar nama Elvis kembali disebut, hanya rasa-rasanya membuat dada Xaver merasa panas. "Apa begitu berharga Elvis untuknya?" Xaver lagi-lagi ingin tahu lebih jauh.
"Bisa dikatakan itu benar, karena dari dulu nona sudah mencintai Tuan Elvis," ucap Yuren sambil tersenyum ramah.
Xaver mengepalkan tangannya saat mendengar hal itu. Rasa marah mulai merambat masuk ke dalam tubuhnya. Tidak ingin membuat masalah di tempat ini, Xaver langsung menuju pintu keluar kamar. "Apa bagusnya laki-laki itu?" gumam Xaver yang semakin merasa kesal, saat mengingat hal di restoran hingga bunga rusak itu.
Yuren juga mengikuti langkah kaki Xaver dari arah belakang, sebelum itu dirinya tidak lupa untuk menutup pintu kamar nona Quella, dirinya ingin memastikan bahwa tamu yang datang tiba-tiba ini tidak tersesat.
Mempercepat langkahnya, Xaver menuruni tangga untuk menuju pintu keluar. Alisnya langsung mengerut heran, saat melihat ternyata ayahnya yang mengobrol asik dengan Owira yang dirinya kenal sebagai Oma dari Quella. "Apa yang mereka bicarakan?" gumam Xaver pelan.
"Ayah," seru Xaver saat jaraknya sudah dekat dengan tempat duduk ayahnya.
"Oh apakah sudah?" Zafran bertanya, sedikit bingung karena anaknya terlihat sedang emosi. 'Ada apa lagi dengan anak ini? Bukankah tadi terlihat bahagia, tapi sekarang malah terlihat kusut,' Zafran berkata dalam hatinya.
"Sudah ayo, ibu pasti sudah menunggu," ujar Xaver yang tanpa berpamitan dan berkata apapun lagi, langsung berjalan keluar dari rumah yang di tempat Quella ini.
Zafran mendengus kesal, dirinya merasa tidak enak akan sikap Xaver yang seperti anak kecil itu. "Maaf atas sikap putraku, bekerja kantor memang sedang agak berat. Kami pamit terlebih dahulu, saya dengan senang hati menerima undangan, dan mendukung atas acara lelang tersebut," ucap Zafran mengulurkan tangannya untuk menandakan kerjasamanya.
Owira tersenyum senang, dirinya seperti melihat sebuah peluang untuk Queez Hotel bangkit. Menerima jabatan tangan tersebut dengan baik, dan memberikan beberapa kata. "Saya tidak mempermasalahkannya. Lagi pula Xaver sudah membantu Quella. Saya berterima kasih atas bantuannya, saya pastikan tidak akan mengecewakan anda."
"Ya saya percaya, kalo begitu saya pamit undur diri terlebih dahulu," ucap Zafran berpamitan.
"Mari saya antar," Owira berniat untuk mengantarkan sampai depan.
"Oh tidak perlu repot-repot," Zafran menolak dengan halus. "Ayo Roy, kita pulang," ucap Zafran yang kemudian berjalan terlebih dahulu.
"Baik tuan, dan terima kasih nyonya atas jamuannya," ujar Roy tersenyum kecil, dirinya memang menikamati kudapan yang disajikan, saat tuannya dan pemilik rumah sedang berbincang.
"Ya sama-sama, dan hati-hati saat diperjalanan," ucap Owira tersenyum.
Setelah berpamitan dengan nyonya rumah, Roy berjalan menuju pintu keluar. Mendapati tamunya sudah pulang, Owira bernapas lega karena Parvez sama sekali tidak memperbesarkan masalah. Dirinya juga merasa beruntung karena Parvez, berniat menyuntikkan dana jika acara lelang mereka sukses.
Sebenarnya tujuan utama acara itu bukanlah barang yang akan dilelang. Melainkan memamerkan interior desain hotel, beserta kualitas dari hotel mereka untuk dipamerkan kembali kepada kalangan atas, dan beberapa orang luar yang penting.
"Aku harap ini jalan terbaik," ucap Owira dengan penuh harapan akan rencana yang akan mereka lakukan ini.
•••••
TBC
JANGAN LUPA FOLLOW