Dia adalah seorang agen intelejen yang di tugaskan di negara yang bertikai.
Di saat perang terkadang dia bertugas sebagai paramedis dan membantu yang terluka.
Hanya saja dalam misi terakhir dia di jebak dan terbunuh, tapi dia tidak ke akhirat.
Dia malah masuk ke dunia kuno, ke tubuh calon Jendral wanita yang di abaikan.
Dia di angkat menjadi jenderal wanita karena ayahnya mendiang Jendral, sehingga gelar harus di wariskan kepada keturunannya.
Tapi, sepupunya menginginkan jabatan itu, sehingga dia berusaha membunuhnya ketika perjalanan menuju ke perbatasan.
"Wanita yang lemah, dan tidak tahu apa-apa tidak cocok menjadi jendral!" Sepupunya menuntut kepada Kaisar.
Melihat jasa-jasa mendiang ayahnya, Kaisar menjadi serba salah.
"Biarkan dia menjadi pengawal pribadi pangeran ke tiga Yang Mulia." Permaisuri mengajukan permintaan.
Pangeran ke-tiga yang cacat, dia adalah panglima perang, hanya saja ketika perang di perbatasan dia mengalami musibah yang hampir merenggut nyawanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 20
Ketika hati telah gelap, Yenrou memakai pakaian serba hitam dan menutup wajahnya dengan topeng.
Dia melompat ke atas atap istana selatan dengan mengendap-endap.
Tidak berapa lama, dia telah sampai di depan kediaman Jendral Gu. Rumah ayahnya sendiri, tapi kini telah berpindah tangan menjadi kepemilikan pamannya.
Dia mengepalkan tangannya dengan kuat.
"Mari kita lihat, sampai dimana kalian bisa bermegah atas jerih payah ayahku." Ucapnya pelan, masih tetap berdiri memandang tembok yang menjulang.
Kenangan-kenangan yang di lalui pemilik tubuh ini terlintas di kepalanya. Membuat gadis itu mengepalkan tangannya semakin kuat.
Bagaimana mereka memperlakukannya semenjak ke dua orang tuanya meninggal.
Terkadang dia ingin mengingat sesuatu, tapi tiba-tiba kepalanya terasa sakit. Sepertinya masih ada kenangan lain yang terhapus di memori kepala wanita ini.
Karena sepupunya sangat gemar memukul kepalanya di saat dia ingin menjahili Yenrou. Mungkin karena itu sebagian ingatannya yang lain hilang.
Tapi, tetap saja kejahatan nenek dan pamannya, serta sepupunya masih bisa dia ingat dengan jelas.
Dengan ringan dia melompat ke atas tembok kediaman Jendral Gu.
Dia mengendap-endap berlari di atas atap kediaman tersebut. Dia berhenti saat tepat di atas ruang kerja pamannya. Dulu ruangan ini di pakai ayahnya sebagai ruangan kerja dan sekaligus tempat penyimpanan rahasianya.
Hanya saja dia tidak tahu, apakah pamannya telah mengetahui ruang rahasia itu atau belum sama sekali.
Karena sewaktu kecil, Yenrou sangat senang jika ayahnya membawanya ke dalam ruang kerja tersebut. Di saat waktu senggang, mereka akan bermain petak umpet berdua.
Dari situ Yenrou mengetahui tempat penyimpanan ayahnya dan juga bagaimana cara membukanya.
Baru dia menyadari mengapa sedari dulu pemilik tubuh ini tidak ingin meninggalkan kediaman Gu ini. Karena ayahnya pernah berpesan, bahwa barang-barang yang tersimpan di dalam ruangan itu, jangan sampai jatuh ke tangan orang lain, ataupun pamannya.
Karena ayahnya tahu, bahwa pamannya ini seorang yang pemalas, tapi ingin memiliki kekayaan dengan cepat.
Saat ini, ruang kerja tersebut telah gelap. Sepertinya pamannya telah kembali ke ruang utama atau ke kamarnya sendiri atau juga ke salah satu selirnya.
Dia tidak ambil peduli, karena setiap mereka akan mendapatkan giliran bagaimana dia akan membalas mereka.
Yenrou membuka beberapa genteng atap ruangan itu. Ketika dia merasa tubuhnya sudah bisa masuk dia berhenti melepaskan genteng tersebut.
Dengan sigap dia melompat turun kedalam ruang kerja tersebut.
Dia memeriksa setiap senti ruangan itu. 'Sudah banyak yang di rubah.' Gumamnya
Kemudian dia membuka pintu menuju ruang baca. Dia memperhatikan, sepertinya ruangan ini telah di ketahui pamannya. Karena banyak susunan buku yang telah berpindah.
Karena dia sangat ingat ketika dulu dia suka membaca jika ayahnya lagi bekerja. Dia masih tahu bagaimana posisi buku-buku itu di saat terakhir dia tinggalkan.
Dia mencari beberapa buku yang menurutnya penting. Dan juga catatan medis ibunya, masih ada tertinggal di sana. Sangat beruntung pamannya tidak membuang atau membakarnya.
Walau buku itu tertutup debu tebal, dia tidak perduli. Dia merasa lebih beruntung, karena pamannya sama sekali belum membukanya.
Sebenarnya bagi orang belajar ilmu alkemis, ini seperti harta Karun. Untung pamannya belum tahu.
Dia langsung memasukkannya ke dalam ruang dimensi.
"Apa ini nona?" Sengthai bertanya ketika Yenrou memasukkan buku tersebut. Dan dia juga memasukkan beberapa dokumen penting lainnya.
"Buka saja." Jawab Yenrou yang tidak ikut masuk ke dalam ruang dimensi. Dia berencana membuat ruang baca juga nantinya di dalam ruang dimensi.
Sengthai terkejut ketika membukanya.
"Ini... Bagaimana ini..? Siapa yang menulis ini nona?" Antara terkejut dan kagum terlihat jelas di wajah Sengthai.
lagi dong kak,tambah penasaran karena samasekali tidak ada gambaran dipikirin daku /Sneer/