"Kak, ayo menikah?" Vivi yang masih memakai seragam putih merah itu tiba-tiba mengajak Reynan menikah. Reynan yang sudah SMA itu hanya tersenyum dan menganggapnya bercanda.
Tapi setelah hari itu, Reynan sibuk kuliah di luar negri hingga S2, membuatnya tidak pernah bertemu lagi dengan Vivi.
Hingga 10 tahun telah berlalu, Vivi masih saja mengejar Reynan, bahkan dia rela menjadi sekretaris di perusahaan Reynan. Akankah dia bisa menaklukkan hati Reynan di saat Reynan sudah memiliki calon istri?
~~~
"Suatu saat nanti, kamu pasti akan merindukan masa kecil kamu, saat kamu terluka karena cinta..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
"Aduh, aku lupa lagi gak bawa baju ganti." Setelah membasuh dirinya, Vivi terdiam sesaat di dalam kamar mandi. Biasanya dia memang sengaja tidak membawa baju ganti dan hanya memakai bathrobe keluar dari kamar mandi karena dia memang ingin menggoda Reynan. Tapi sekarang kondisinya sudah berbeda. Jika dia hanya memakai bathrobe saja keluar dari kamar mandi, Reynan pasti akan menggodanya habis-habisan. Tapi dia tidak mungkin berlama-lama di dalam kamar mandi karena dia harus segera berangkat ke kantor.
Akhirnya dia memakai bathrobe itu dan keluar dari kamar mandi. Dia melihat Reynan yang sedang menata tempat tidurnya. Bahkan bajunya untuk pergi ke kantor juga sudah disiapkan oleh Reynan.
"Sudah selesai? Lama sekali di kamar mandi."
Vivi sangat was-was saat Reynan berjalan mendekatinya. "Ya, aku lupa gak bawa baju ganti." Vivi mengambil baju gantinya dan akan kembali ke kamar mandi tapi satu tangan Reynan menahannya.
"Mau kemana? Ganti di sini saja."
"Iya, Kak Rey masuk saja ke dalam kamar mandi baru aku akan pakai baju."
Reynan semakin mendekat dan menatap wajah Vivi dengan intens. "Kenapa kamu takut? Selama sebulan ini kamu terus menggodaku, sekarang aku sudah merespon tapi kamu justru terus menghindar."
Vivi hanya terdiam sambil memutar kedua bola matanya. "Aku... Ya, aku masih kesal sama Kak Rey."
"Oke, aku akan tunggu sampai rasa kesal kamu sampai hilang." Kemudian Reynan melepas tali bathrobe itu dengan satu tangannya lalu mengusap perut datar Vivi sambil berlalu masuk ke dalam kamar mandi.
"Ih, Kak Rey!" Vivi mendekap dirinya sendiri dengan tangan lalu dia mengambil baju gantinya. "Outfitnya cocok juga dipilihin Kak Rey. Oiya, mulai hari ini kan aku jadi direktur utama." Vivi tertawa sendiri sambil memakai bajunya. Kemudian dia menyisir rambutnya dan mengambil obat untuk luka di wajahnya.
Dia mengganti plester lalu membersihkan lukanya dan memberi obat. "Sudah mengering, semoga tidak membekas." Setelah itu, Vivi kembali memasang plester untuk menutup lukanya.
"Vivi, kenapa gak nunggu aku?"
Mendengar pertanyaan itu, Vivi tersentak kaget. Dia menatap Reynan yang sedang mengeringkan rambutnya dengan bertelanjang dada, Sungguh tidak ada keindahan lain selain menatap wajah fresh Reynan setelah mandi dengan tubuh yang sangat menggoda itu. Lagi-lagi benteng pertahanan Vivi hampir goyah.
Hingga Reynan mendekat dan mencubit kecil hidungnya, barulah Vivi tersadar dari lamunannya.
"Ih, Kak Rey!" Vivi mengalihkan pandangannya dan menyembunyikan pipi merahnya yang merona.
"Tergoda? Hem? Sini kalau mau peluk."
"Ih!"
Reynan mendekatkan dirinya lalu mendekap kepala Vivi.
Aroma harum dari tubuh Reynan terasa memabukkan dirinya tapi buru-buru Vivi mendorongnya. "Kak Rey, udah ah. Aku mau siap-siap dulu ke kantor. Jabatan aku kan sekarang baru."
"Vivi, di depan Papa kamu iyain saja. Tapi di kantor, kamu tetap menjadi sekretaris."
"Enak saja. Bohong dosa!"
"Jadi kamu beneran ingin jadi Bu Dirut?"
"Iya." Vivi mendongakkan wajahnya menatap Reynan. Dia seolah ingin menantang Reynan dan membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi Direktur Utama di perusahaan itu.
"Oke, silakan menikmati menjadi direktur utama di perusahaan. Silakan merasakan bagaimana sibuknya menjadi pimpinan." Kemudian Reynan memakai kemejanya. "Sekarang aku tinggal santai. Tugas sekretaris kecil bagiku."
Vivi hanya tersenyum miring, tentu saja dia tidak takut. Dia selalu berani mengambil tantangan baru. Kemudian dia memakai krim di area kulit wajahnya yang tidak terperban.
"Satu lagi, kamu tidak boleh terlalu dekat dengan Farid."
Vivi tak menjawabnya karena dia sedang memakai lipstiknya.
"Mengerti tidak?" tanya Reynan sambil mendekap Vivi dari belakang yang membuat Vivi terkejut hingga lipstik itu mengenai pipinya.
"Ih, Kak Rey!" Vivi mengambil tisu dan menghapus lipstik yang mengenai pipinya itu. "Kalau aku lagi dandan, jangan ganggu!"
Kamar yang biasanya hanya dipenuhi suara Vivi, sekarang sangat berisik karena mereka terus beradu argumen.
Kemudian Reynan melepas tangannya dan memakai celananya. "Gak usah dandan, nanti kamu tambah cantik dan Farid semakin bangga dekat dengan kamu."
"Farid, Farid, Farid terus. Kak Rey sendiri aja gak bangga punya istri cantik," omel Vivi. Dia kini memasukkan barang-barangnya ke dalam tas setelah membenarkan lipstiknya.
Reynan semakin tertawa mendengar omelan Vivi. "Apa perlu rasa banggaku ditunjukkan ke semua orang? Oke, aku akan pasang story, di WA, IG, twitter, dan semua akun sosial media aku, bahwa aku bangga memiliki istri seperti kamu." Reynan mengambil ponselnya dan berniat melakukan apa yang dia katakan barusan.
"Kak Rey, gak lucu! Malu ih!" Vivi menahan tangan Reynan agar tidak melakukannya.
Tapi Reynan justru mengecup singkat bibir imut Vivi yang mengerucut itu.
"Kak Rey, kenapa main cium aja sih." Vivi kembali menatap pantulan dirinya di cermin untuk memastikan lipstiknya.
"Kesukaan kamu kan?" Setelah menyisir rambutnya, Reynan membuka laptop dan menghidupkannya. "Sini, aku kasih tahu pekerjaan penting yang harus kamu tangani hari ini."
"Nanti aja di kantor kan bisa."
"Nggak bisa! Karena sampai kantor, sebagai direktur baru kamu harus segera mengurusnya."
Vivi berdengus kesal lalu duduk di samping Reynan.
Reynan menjelaskan semua kontrak kerjasama yang akan dilakukan dan yang sedang berjalan. Dia hanya tersenyum kecil melihat wajah bingung Vivi. Ya, kita lihat saja sampai berapa lama kamu akan bertahan menjadi direktur.
Sedangkan di ruang makan, kedua orang tua Reynan dan juga Raina sedang menunggu kemunculan sepasang suami istri yang sedang meeting di dalam kamar itu.
"Rey sama Vivi tumben jam segini belum keluar kamar?" tanya Rangga yang baru saja duduk untuk sarapan bersama.
"Mungkin mereka capek semalam kebut buatin Papa cucu," kekeh Rani.
"Semalam mereka berdua kan berantem. Mungkin lanjut berantem sampai malam."
Kalimat polos Raina membuat Mama dan Papanya tertawa. "Berantemnya orang yang udah nikah beda," kata Rani sambil mengambilkan nasi untuk suaminya lalu untuk Raina.
Raina hanya bingung mendengar kalimat mamanya.
"Rain, Papa sudah dapat bodyguard baru buat kamu. Nanti siang dia akan menemui kamu. Selain menjadi bodyguard, dia juga bisa menjadi sopir pribadi kamu," kata Rangga mengalihkan pembicaraan.
"Oke, tapi kalau gak cocok, Raina tolak ya."
"Iya, keputusan tetap berada di tangan kamu. Tapi Papa yakin, kamu pasti cocok dengan bodyguard pilihan Papa ini. Dia masih muda dan tampan."
"Oke, aku lihat saja nanti."
Beberapa saat kemudian, Reynan dan Vivi keluar dari kamarnya dan duduk berdampingan di meja makan. Vivi segera mengambil sarapannya karena perutnya sudah terasa sangat lapar.
"Tumben baru keluar dari kamar? Baru bangun? Pasti semalam sukses."
Vivi tak menyahutinya karena dia sudah fokus dengan sarapannya.
"Sukses dong. Kebut buat cucu untuk Papa," kata Reynan dengan entengnya.
Seketika Vivi menatap Reynan. Makanan yang baru saja masuk ke dalam mulut itu hampir saja tersedak. "Maksudnya?"
💞💞💞
Like dan komen ya...
bersyukur dpt suami yg bucin
slah htor