5 hari sebelum aku koma, ada sesuatu yang janggal telah terjadi, aneh nya aku tidak ingat apa pun.
__________________
"Celine, kau baik-baik saja?"
"Dia hilang ingatan!"
"Kasian, dia sangat depresi."
"Dia sering berhalusinasi."
__________________
Aku mendengar mereka berbicara tentang ku, sebenarnya apa yang terjadi? Dan aneh nya setelah aku bangun dari koma ku, banyak kejadian aneh yang membuat ku bergidik ketakutan.
Makhluk tak kasat mata itu muncul di sekitar ku, apa yang ia inginkan dari ku?
Mengapa makhluk itu melindungi ku?
Apakah ini ada hubungan nya dengan pria bermantel coklat yang ada di foto ku?
Aku harus menguak misteri ini!
___________________
Genre : Horror/Misteri, Romance
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maylani NR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kalung jimat
Malam itu pukul 19:00 malam, Celine yang telah sampai di kediaman nenek Ema, terlihat sedang berbicara dan mengungkapkan maksud dan tujuan nya datang ke tempat itu.
"Benar nek, tujuan ku datang ke sini memang ingin menanyakan tentang pria bermantel coklat yang ada di dalam foto ku, apa nenek mengenal nya?" tanya Celine, dengan raut wajah penasaran.
"Hemmm ..." nenek Ema tersenyum kembali, namun kali ini senyuman nya terlihat menyimpan arti mendalam, dan hal itu di sadari oleh Celine.
"Nek?"
"Pria itu adalah salah satu klien yang meminta bantuan ku tiga tahun yang lalu."
"Tiga tahun yang lalu?"
Seketika Celine mengingat cerita Sovia, tentang pria yang melakukan perjanjian sakral dengan bangsa Iblis, tiga tahun yang lalu.
"Tunggu nek, teman ku memberikan buku ini pada ku, apakah buku ini miliknya?"
Celine mengeluarkan sebuah buku bersampul hitam, yang di berikan oleh Sovia waktu itu. Dan ia tunjukkan buku itu kepada nenek Ema.
"Benar, ini adalah buku miliknya," jawab nenek.
"Lalu, di mana dia sekarang nek? Di mana orang itu tinggal? Dan apa hubungan nya dengan ku?"
"... "
Mendengar berbagai macam pertanyaan Celine yang beruntun, membuat nenek Ema terdiam sesaat dalam lamunannya, seperti ada sesuatu yang sangat sulit ia jelaskan.
"Nek?"
"Kamu ingin tau dia ada mana?"
"Tentu saja nek, aku datang jauh-jauh dari kota Nieuw ke sini, hanya ingin mengetahui informasi tentang orang itu."
"Begitu ya."
Nenek pun menunjukkan sebuah kalung jimat berwarna biru aqua yang saat ini ia pegang di hadapan Celine. Seraya memberikannya, "Ini ambil lah!"
"Apa ini nek?"
"Kalung jimat yang sudah ku bacakan mantra untuk membuka mata batin, atau yang bisa di sebut dengan indra ke enam."
"Indra ke enam?"
"Pakai lah kalung ini saat kamu sudah sampai di rumah! Dan setelah kamu memakai nya, kamu bisa bertemu dengan nya," jelasnya, sang nenek.
"Apa? Tunggu, apa maksudnya semua ini nek? Kenapa aku harus mengenakan kalung ini dulu, baru bisa bertemu dengan nya? Haaah ... apa jangan-jangan pria itu-"
Ucapan Celine terhenti, dan nenek Ema pun tersenyum kembali menyadari bahwa Celine sudah memahami apa yang nenek Ema jelaskan.
"Jadi, pria itu adalah ..."
"Benar, pria itu adalah hantu yang saat ini selalu bersama dengan mu," jelas sang nenek.
Celine yang mengetahui kebenaran ini nampak sangat terkejut, ia benar-benar tak habis fikir, bahwa sosok pria bermantel coklat yang saat ini ia cari tahu keberadaan nya, ternyata adalah sesosok hantu yang selama ini sudah berhari-hari bersama dengan nya.
"Ini tidak mungkin, jadi pria itu sudah lama meninggal."
Celine terlihat memegang keningnya yang mulai terasa sakit, ia akan selalu seperti ini jika terus-menerus berfikir.
"Nona, jika kamu penasaran dengan pria itu, kamu bisa menanyakan nya secara langsung dengan nya, tapi karena ia sudah terikat perjanjian dengan bangsa Iblis, ia memiliki keterbatasan ucapan, hanya dua kata saja yang dapat ia ucapkan dalam satu kalimat pendek."
"Begitu ya ... terima kasih nek atas kalung jimatnya, aku akan menjaga nya dengan baik."
"Nenek berharap semua pertanyaan di dalam benak mu bisa terjawab nona, dan kamu bisa segera menyelesaikan semua masalahmu."
"Ya, aku berharap demikian, sekali lagi terima kasih banyak nek atas bantuan nya."
"Sama-sama, datang lah lagi kapan pun kamu mau! Mungkin nenek bisa membantu mu."
"Baik nek."
Karena merasa urusan nya di rumah nenek Ema telah selesai, Celine pun akhirnya memutuskan untuk segera pulang, karena hari sudah mulai larut malam.
...****************...
Sesampainya Celine di Apartemen nya, pukul 22:30 malam.
Klak!
Blam!
Celine terlihat memasuki ruangan nya, ia berjalan ke arah kamar seraya meletakkan tas bawaan nya di atas meja.
"Akhirnya sampai juga di rumah."
Sesaat setelah ia meletakkan tas nya, Celine nampak menoleh ke arah kamar mandi, ia berfikir dirinya sudah sangat kotor karena aktivitas hari ini.
"Lebih baik aku mandi dulu saja, tubuh ku sudah sangat lengket," gumamnya.
Dan tanpa fikir panjang, Celine pun akhirnya bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
.......
.......
.......
15 menit telah berlalu.
Setelah berendam dan membersihkan dirinya di kamar mandi, Celine yang merasa lapar memutuskan untuk segera menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri.
Namun, karena ia bingung apa yang harus ia masak, ia sedari tadi hanya berdiri memperhatikan dua bungkus makanan instan di hadapannya, seraya berfikir.
"Hmmm ... makan apa ya malam ini? Mie instan atau sup instan? Tapi ini sudah larut malam, apa lebih baik aku makan sup saja ya? Baiklah sup saja."
Setelah merasa yakin, dan memutuskan apa yang akan ia makan, Celine pun segera memasak sup instan kesukaan nya itu di dapur. Tidak membutuhkan waktu lama untuk membuat nya, hanya tiga menit saja, dan sup ayam pun siap untuk di santap.
"Baiklah sudah jadi, waktunya makaaaaan!"
.......
.......
.......
10 menit telah berlalu.
Celine nampak sudah menghabiskan sup buatan nya, dan karena merasa sudah kenyang, ia memutuskan untuk kembali ke kamar nya dan mengecek kalung jimat pemberian nenek Ema.
Tap! Tap! Tap!
Ia berjalan ke arah ranjang tempat tidur nya, seraya memegang kalung jimat pemberian nenek Ema.
"Kalung ini, bisa membuat ku melihat makhluk itu. Apakah aku sudah siap?"
"Bagaimana kalau hantu itu menyeramkan? Wajahnya hancur atau penuh dengan darah? Iiiiiiiiihhh ... menyerahkan!"
"Tapi jika aku takut, dan tidak menanyakan pada hantu itu siapa diri nya, maka misteri ini tidak akan bisa terungkap, dan ingatan ku akan lebih lama kembali."
"Hemmm ... membingungkan."
Celine mencoba mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum memakai kalung tersebut, mungkin saja jika ia melakukan itu, hati nya akan jauh lebih tenang, dan perasaan takutnya akan hilang.
"Haaahhh ... baiklah sudah jauh lebih tenang."
"Semoga hantu nya tidak se-menyeramkan bayangan ku."
Celine mulai memakai kalung jimat itu ke lehernya, seraya menutup mata ia berkata, "Hantu, apakah kau ada disini? Jika iya, boleh kita berbicara?"
Drrrrk!
Seketika ucapan Celine di respon olehnya, makhluk itu mulai menggerakkan kursi yang ada di kamar nya, sontak membuat bulu kuduk Celine berdiri.
"O─oh rupanya kamu sudah di sini, baiklah aku akan membuka mata ku, tapi tolong jangan tunjukkan wujud seram mu ya! Ka─karena aku penakut."
Drrrrk!
Suara kursi semakin dekat, mungkin makhluk itu ingin menunjukkan kepada Celine, bahwa ia sedang berada di kursi itu.
"Kamu, duduk di sana ya? Baik, aku akan membuka mata ku sekarang."
Dengan perlahan-lahan Celine mulai membuka kedua matanya, dan ketika kedua mata itu terbuka, Celine melihat sosok bayangan hitam pekat, sedang duduk di kursi yang saat ini berada tepat di samping ranjang nya.
"Ah? Ini sungguhan? Aku bisa melihat hantu? Tapi kenapa wujudnya seperti bayangan? Apakah dia sedang menutupi sisi lain di dirinya?"
"Itu, a─apakah ini wujud asli mu?"
"... "
Celine bertanya pada makhluk misterius itu, tapi nampaknya tidak ada respon apa pun dari nya.
"Apa kamu mengerti, apa yang aku bicarakan?"
"... "
Makhluk itu mengangguk sekilas, menunjukkan bahwa ia mengerti apa yang Celine ucapkan.
Dan selang beberapa saat makhluk itu mengangguk, bayangan pekat yang menyelimuti tubuh makhluk tersebut, tiba-tiba memudar, dan menampilkan sosok pria berwajah tampan nan lembut namun terlihat pucat.
"Hah? Ini serius?"
Celine terlihat memperhatikan sosok hantu itu dengan sangat seksama, dari ujung kepalanya hingga ke ujung kakinya.
"Pria itu memiliki rambut silver yang sedikit bergelombang, dan mengenakan long dress lusuh berwarna hitam. Wajah nya sangat tampan, dan entah mengapa aku seperti familiar dengan wajah nya."
"Apa ini wujud aslimu, ketika masih hidup?" Tanya Celine, dan di jawab dengan senyuman olehnya.
"Ah, dia tersenyum."
"Kalau boleh aku tau, siapa nama mu?"
Celine kembali bertanya pada hantu itu, namun kali ini hantu ini mulai berbicara pada nya, dan ia mulai menyebutkan nama nya.
"Briyon."
"Apa? Briyon?"
...Bersambung ......