"Jadi, ini yang membuat sikapmu berubah padaku selama ini?" Ucap Wita lirih. Menahan rasa sakit di hatinya.
"Dengarkan aku dulu! Semua tak seperti yang kamu kira. Ini hanya sebuah kesalahpahaman saja. Aku mencintai kamu." Randy mencoba meyakinkan. Wajahnya terlihat gusar, dia terlihat menyesali perbuatannya.
Tepat di delapan tahun pernikahannya, Wita mengetahui perselingkuhan suaminya dengan mantan kekasih suaminya dulu. Aplikasi rahasia di ponsel suaminya, yang akhirnya membuat Wita tahu. Kalau suaminya bertahun-tahun telah mengkhianati cintanya. Padahal, selama ini dia banyak berkorban untuk Randy. Dia harus menjadi tulang punggung, menggantikan posisi Randy saat tak bekerja. Lukanya begitu dalam.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka, setelah Wita mengetahui perselingkuhan suaminya? Akankah Wita memaafkan Randy? Ataukah dia justru memiliki bercerai dari laki-laki pengkhianat itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Hukuman Untuk Sella
Wita tersenyum sinis, saat dari jauh melihat Randy menggandeng tangan Sella memasuki Lobby rumah sakit. Saat itu Wita juga baru sampai. Dia hendak ke bagian administrasi, untuk mendaftar. Sakit? Tentu saja tidak. Dia justru bersyukur, karena sudah terlepas dari laki-laki brengsek itu. Randy benar-benar seorang penipu. Untung saja dia tak lagi kemakan rayuannya, saat Randy waktu itu mengemis meminta kembali padanya, dan meminta maaf atas kesalahan yang dia perbuat.
Rasa cintanya pada Randy, benar-benar sudah mati. Dia sudah tak peduli pada mantan suaminya itu. Wita tak lagi sedih, saat melihat kemesraan Randy dengan Sella. Baginya, mereka memang pantas bersama. Seorang pengkhianat sangat cocok dengan pengkhianat juga. Dia bersikap biasa saja. Apa yang dia lakukan, hanya sebatas Randy ayah dari anaknya.
"Wit, Kemal kenapa?" tanya Randy berpura-pura perhatian. Padahal, saat itu jantungnya berpacu cepat. Dia merasa malu, karena Wita melihatnya. Wajahnya terlihat memerah menahan malu. Spontan dia juga langsung melepaskan tangan Sella. Randy juga menjadi salah tingkah.
"Biasa. Panas badannya dari kemarin," jawab Wita dengan santainya. Randy hanyalah orang asing baginya, karena memang Randy sudah tak ada hubungan lagi dengannya. Hanya sebatas ayah dari anaknya.
"Mas, ayo!" ajak Sella tanpa rasa malu. Dia langsung menarik tangan Randy. Namun, Randy menghentikannya. Dia merasa tak enak, jika langsung meninggalkan Wita dan juga Kemal.
Sella tak suka melihat Randy berbicara dengan Kemal. Belum menikah saja, dia terlihat berkuasa pada Randy. Ada rasa takut, Randy kembali lagi pada Wita. Terlebih dia tahu, kalau Randy masih mencintai Wita, dan sebenarnya tak ingin pisah dengan Randy.
"Sudah Mas, sana! Temani kekasih kamu. Sepertinya dia sudah tak tahan di sini. Kamu tak perlu khawatir. Kemal akan baik-baik saja tanpa kamu. Lagian, dia sudah terbiasa dari dulu," ucap Wita sinis.
"Maaf ya, Wit, aku pergi dulu! Soalnya, bapaknya Sella masuk rumah sakit. Kondisinya kritis. Maaf juga, aku belum bisa kasih kamu uang untuk Anak-anak. Aku belum kerja. Semoga aku bisa cepat dapat pekerjaan. Nanti aku transfer ke rekening kamu ya." Randy berkata.
"Sudah biasa, Mas. Aku sudah gak aneh. Lagipula, aku masih mampu membiayai Anak-anak," sahut Wita.
Randy pamit kepada sang anak. Namun, Kemal terlihat cuek padanya. Ada perasaan sedih di benaknya. Melihat sikap anaknya. Tapi, dirinya harus sadar. Semua ini karena sikapnya kepada anaknya selama ini. Anak-anaknya tak menyukai dia, karena ayahnya sudah menyakiti bundanya.
"Kamu kenapa si, Ay? Aku 'kan tadi lagi bicara sama anakku. Tadi kamu lihat 'kan? Anakku jadi cuek banget sama aku," tegur Randy.
"Gimana gak cuek? Pasti si Wita udah jelek-jelekin kamu di depan kedua anak kamu. Makanya, mereka benci sama kamu. Ya udahlah, biarin aja! Malah bagus, kak gak perlu kasih mereka uang. Biar aja si Wita yang biayai mereka. Mereka saja gak menghargai kamu. Lebih baik kamu fokus sama kehidupan kamu sekarang. Mungkin saja benih kamu udah ada di rahim aku. Aku sudah gak minum Pil lagi. Karena aku memang ingin punya anak. Tadinya, biar si Adrian gak ceraikan aku. Kalau begini, mau gak mau kamu yang harus tanggung jawab kalau aku hamil. Lagian, bisa jadi ini anak kamu."
"Semoga aja kamu gak hamil. Aku belum siap punya anak. Kamu sendiri 'kan tahu kondisi aku sekarang. Lagipula, kita belum menikah," sahut Randy.
Ingin rasanya Sella melanjutkan pembicaraan dengan Randy. Tapi, saat ini mereka sudah sampai di depan ruangan bapaknya berada. Di sana sudah ada ibu, kakak, dan juga kakak iparnya. Mereka sudah menunggu kedatangan Sella.
Satu tamparan mendarat di wajah Sella dari kakaknya. Randy sampai bergetar melihatnya. Wajahnya berubah tegang. Dia yakin kakaknya Sella pasti marah pada mereka berdua.
"Kak, apa-apaan sih?" protes Sella. Dia merasa tak terima.
"Masih gak sadar dengan apa yang kamu lakukan? Gara-gara kamu, papa jadi terkena serangan jantung. Kayanya kamu niat mau bunuh papa kamu ya?" Ucap sang kakak ketus.
"Yang salah itu Adrian. Bukan aku. Kenapa dia harus telepon kakak dan papa? Ini urusan rumah tangga aku sama dia. Harusnya, kita selesaikan berdua," sungut Sella gak mau disalahkan.
"Semua itu gara-gara kamu! Sudah punya suami baik, mapan. Masih aja ngurusin cinta lama. Randy itu 'kan udah menikah. Udah zina. Gak ingat dosa kalian. Seharusnya, kalian itu sadar. Kalian sudah gak bisa bersama. Kalian sudah punya kehidupan masing-masing. Kakak gak habis pikir. Di mana otak kalian? Hanya mikirin naf*su. Dan kalau memang kalian ingin bersama. Selesaikan dulu baik-baik sama Adrian. Bukan seperti ini. Dasar gak tahu malu kamu. Jadi wanita murahan banget. Bikin malu keluarga aja! Sekarang, kamu lihat 'kan? Kondisi papa sekarang kritis. Kalau sampai nyawa papa gak tertolong. Kakak dan mama gak akan memaafkan kamu. Makan tuh cinta!"
"Aku memang lebih mencintai Randy. Tapi, aku butuh uang Adrian. Lagipula, Adrian selalu bersikap cuek sama aku. Aku bosan. Aku terpaksa, tetap mempertahankan dia. Aku akan menikah sama Randy. Kami saling mencintai. Randy pun sudah bercerai sama mantan istrinya." Sella tetap saja membela Randy.
"Ya usah nikah aja! Kami sekeluarga gak akan merestui pernikahan kalian. Kakak ingin lihat, pernikahan nanti akan seperti apa. Pernikahan dari hasil perselingkuhan dan juga tanpa restu keluarga. Kamu jalani aja sana!"
"Iya. Aku akan buktikan! Randy akan bisa membahagiakan aku. Dia akan berjuang membahagiakan aku. Dia akan bekerja dan memiliki usaha."
Obrolan mereka terhenti, karena perawat memanggil keluarga pasien. Perawat mengatakan, kalau nyawa bapaknya Sella tak tertolong. Bapaknya sudah pergi meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Semua ini karena dirinya. Sella terdiam. Dia terlihat syok.
"Pergi kamu dari sini! Kamu sudah buat papa meninggal. Kami kecewa sama kamu," usir sang mama.
Sella terdiam dan menangis. Randy tampak memeluknya dan mengusap punggung Sella. Mencoba menenangkannya.
"Papa meninggal. Dan dia meninggal karena aku," ucap Sella di iringi isak tangis.
Bukan hanya kehilangan papanya saja. Dia juga kehilangan kakak dan juga mamanya. Mereka membencinya.