NovelToon NovelToon
Kisah Klasik Remaja

Kisah Klasik Remaja

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Idola sekolah
Popularitas:303
Nilai: 5
Nama Author: 123123tesmenulis

Simon adalah remaja berusia 16 tahun yang mempunyai pacar bernama Maria.

mereka sudah pacaran selama 3 tahun. ya, sejak SMP sampai saat ini. seluruh murid sekolah Bina Bangsa sudah tidak asing lagi dengan pasangan ini. bukan pasangan yang romantis sebenarnya namun mereka berdua sama sama berprestasi.

Simon yang pandai dalam berorganisasi dan calon ketua osis, sedangkan Maria yang berprestasi di bidang olimpiade sains.

Mari kita ikuti kisah cinta mereka disini

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 123123tesmenulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Calon ketua OSIS

"a.. Aku mundur deh kak, aku ga mau jadi calon ketua. apalagi lawannya Simon"

"iya kak aku juga deh.. Kita terbiasa dipimpin Simon ga mungkin kita tiba tiba jadi saingannya kan"

"tapi kita ga mungkin ngajuin calon tunggal. Salah satu dari kalian harus mau mencalonkan diri. Mau ga mau nanti yang kalah bsa jadi wakilnya."

" kenapa ga cari dari luar osis aja kak? Ada syahril dan Bian juga yang ga kalah populer dari Simon."

"atau dari anak akelerasi?"

"anak akselerasi ga boleh ngurus organisasi. Mereka harus fokus sama tujuan utama mereka ada disekolah ini. Yaitu berprestasi. Bulan depan udah mau ada lomba cerdas cermat."

"yaudah, Fi lo maju lawan gue"

"tapi Mon.." Simon menatap Rafi penuh ancaman dan selalu Rafi menurut.

"baiklah"

"Cinita kamu yakin mau mundur?"

" iya kak.. aku yakin. Aku jadi tim suksesnya Simon aja"

"jadi tim suksesnya Rafi aja, gue punya tim sukses sendiri kok."

Cintia mencebikan bibirnya

"yakin lo? Nanti kalo lo kalah gimana?" tanya Rafi, mereka semua tau Cintia sangat digemari di sekolah itu, karena selain juara umum diangakatannya, Cintia juga merupakan siswi tercantik disekolah.

"yaudah kalo gue kalah berati bukan takdir gue." balas Simon cuek. Ia memang tidak terlalu ingin menjadi ketua OSIS, namun setelah berdiskusi dengan kedua orang tuanya dan juga Brian mereka semua mendorong Simon agar maju.

"oke fix ya, nanti Senin kita umumkan pas Upacara. Dan kalian siapkan orasi terbaik kalian."

"baik kak.."

"Mon, gue sama sekali ga ada konsep buat OSIS, lu tau kan gue lebih seneng ngikutin lu kemanapun daripada harus jadi ketua."

"iya gue tau, kita serarhin aja ke seluruh siswa. Kalopun lu yang menang gue bakal tetep support lu kok."

"tadi lu bilang udah ada timses? Siapa? Jangan bilang Maria lagi?"

Simon mengangguk sambil tertawa kecil.

"Sebenernya Lucky sih, anak aksel juga. Ga mungkin lah gue minta Maria, bisa kena semprot Bapaknya gue"

"lu kok tahan sih sama Om Brian? Gue liat dia selalu nyindir lu tiap ketemu dan over banget ke anaknya. Seolah olah anaknya mau lo apa apain. Padahal anaknya sendiri juga suka sama lo."

"lo belum ketemu aja sama bokap gue, bokap gue malah lebih lebih dari Om Brian haha"

"ha serius lo?"

"terus kenapa lo masih bertahan?"

"ya karena gue suka lahh.. Gila aja gue putusin Maria, nanti dia sama yang lain. Mana rela gue. Sekarang aja yang chat dia banyak banget. Apalagi semenjak masuk sini"

"cewek lain banyak kali Mon, Cintia juga cantik, dan kayaknya dia suka deh sama lo. Lo ga nyadar ya?"

"gue tau."

"makanya gue ga mau dia jadi tim sukses gue. Karena selain dia adalah lawan jenis, dia juga suka sama gue. Gue tau kok dia selalu diam diam naro surat cinta di loker gue. Untung aja ga kena dewan disiplin. Kalo kena kan bahaya juga."

"Mon lo tau yang naro surat itu..."

"elo lah siapa lagi"

"so, sory Mon.." Rafi menunduk, namun Simon menepuk pundaknya.

"disni yang tau Maria pacar gue kan cuma lo, jadi gue harap lo tau kedepannya harus gimana."

"maksud lo?"

"ya lo jangan jadi teman yang menjerumuskan gue dong, kalo sampai om Brian tau lo kayak gini. Mungkin aja lo dipecat jadi mata matanya dia".

"lo tau juga Mon?"

"apa sih yang ga gue tau?" Simon jumawa.

Sebenernya Simon tau Rafi butuh biaya untuk sekolahnya karena ayahnya baru saja meninggal. Dengan baik hati Brian memanggil Rafi dan mengatakan akan membiayai seluruh pendidikan Rafi sampai lulus. Asal Rafi mau bekerja untuknya. Iya bekerja sebagai mata mata yang harus selalu melaporkan kebersamaan Maria dengan Simon.

"udah yuk, gue mau ke kelas Lucky dulu."

...****************...

"gue ga mau tau ya, soal ini harus kalian pecahkan dalam waktu 15 menit. tadi konsepnya udah gue kasih tau kan.."

Ujar maria di depan kelas. Ia memang terkenal galak dan sombong, hal itu karena dia tidak mau ditindas orang lain."

"gue ga mau, lo kira ini soal gampang apa? Kenapa ga lo kerjain sendiri aja ?!" Cindy salah satu temannya protes

Maria melotot.

"kalo lo gamau gue tunggu surat pengunduran diri lo dari kelas akselerasi. Biar lo diganti sama orang lain yang lebih kompeten!"

"Lo gila??!" Cindy berteriak histeris

"Cin udah, yuk kerjain." ayu, teman dekatnya menyentuh bahu Cindy dan mengajak Cindy duduk lagi.

toktoktok..

"assalamualaikum.."

"kumsalam," jawab maria jutek lalu kembali memeriksa jawaban Bayu.

"kok cemberut gitu pacar aku,"

Simon menghampiri Maria dan berbisik.Maria mengondak, ia mencebikan bibirnya lucu.

"ngapain kak Mon?"

"kelas kita lagi sibuk, nanti aja kalo ada perlu,"

"aduhhh juteknyaa..." goda Rafi

"kenapa?"

kali ini Simon bertanya lembut, ia mengambil kursi yang kosong lalu duduk dihadapan Maria. Cekrek,

Rafi memotret mereka. Yang satu sedang tersenyum dengan pandangan lembut, yang stu seddang mencebikkan bibirnya kesal. 'lucu sekali' . Sedangkan yang dipotret, menoleh dan menatap Rafi dengan pandangan kesal.

"buat laporan" Rafi nyengir

"Mar, ini kalo di kaliin ini kok hasilnya jadi gini ya ? Apa gue salah konsep tapi gue udh ngikutin cara lo tadi kok."

Sesorang yang di ketahui bernama Faisal menghampiri Maria lalu menyerahkan bukunya. Maria memeriksa dengan seksama.

"ini udah lo tambahin sama variabel Y? "

"ha? Variabel y yang mana?"

Maria mengembalikan kertas itu,

"lo cari dulu varible Y nya baru lo kasih lagi ke gue."

"oke."

Simon tertawa dalam hati, gadis ini kenapa cantik sekali. Sedang marah, ketawa, senyum apalagi kalo lagi serius kaya gini. Mashaallah... eh Astagfirullah, stopstop Simon jangan mengagumi terlalu dalam nanti kalo keterusan gimana? Tapi dia memang sangat cantik, bisa kah aku memilikinya? Batin Simon

"jangan liatin dia kayak gitu kalo lo ga mau gue foto dan kirimin ke Om brian biar lo dapat ceramah dari ustadz Felix!" Rafi membuyarkan lamunan Simon. Ya seperti itulah tugas yang diberikan Om Brian kepada Rafi. Aneh memang tapi setelah ia juga di sekolahkan disini ia jadi mengerti betapa mengerikannya jika laki laki tidak menjaga pandangannya.

"jadi kalian mau ngapain?"

Kini Maria fokus kepada Simon dan Rafi.

"aku ada perlu sama Lucky, boleh pinjem dia sebentar?"

"engga. Lucky sibuk"

"Mar, ayolahh.."

"kak. Tolong aku lagi seleksi mereka buat OSN. Mereka harus fokus ngerjain soal sampai beres baru boleh keluar."

"Pak Guntur udah minta nama namanya sedangkan merea sama sekali ga da yang kompeten huft"

"yaudah nanti kalo udah selesai bisa hubungi kaka?"

Maria mengangguk.

Lalu sebelum Simon beranjak Lucky datang dan menyerahkan kertasnya,

"lo sengaja ya bikin soal kaya gini? Nih, hasilnya. Moga sesuai sama ekspetasi lo yang ketinggian itu.

"thank!"

"Mar, ayolahh,, disini kita semua ga ada yang pernah ikut OSN kaya lo. Kita tau kita ga sepinter lo, jadi turunin ekspetasi lo. Jangan maksain kita harus sesuai dengan apa yang lo mau. Kita cape dan tertekan.." Lucky menyampaikan unek unek semua teman temannya.

"kalo ga kuat yaudah mundur aja, biar diganti sama yang lain." Balas Maria cuek..

Ia menang harus keras agar anak anak tidak ada yang meremehkannya.

Selama ini mereka selalu berfikir Maria yang memanfaatkan kecantikannya untuk menarik perhatian guru dan kaka kelas.

"bukan gitu maksud kita Mar, tapi cobalah lebih ramah lagi. Gue tau lo orang baik kok, kalo lo jutek gini terus nanti ga ada cowok yang naksir lohh"

Maria menatap Lucky Garang.

"Lo!!"

"canda Mariaaa.."

Lucky hendak menyentuh kepala maria yang dibalut kerudung putih namun tangannya dihalau oleh Simon,

"lo mau ketahuan sama dewan disiplin?"

Ucapnya setengah cemburu.

Tentunya melihat Maria mengobrol dengan lawan jenis yang secara terang terangan menyukai Maria membuat hatinya bergejolak. Namun ini Lucky, temannya di ekskul badminton yang cukup menjadi tokoh diangkatan Maria sebagai cowok terkeren. Makanya ia ingin memanfaatkan hal tersebut untuk meraih suara diangkatan Maria.

"eh Kak Mon, dikit doang kak, masa ga boleh hihi"

"jangan lupa ada CCTV"

Ucap Rafi menakut nakuti.

"ky, kak Mon ada Perlu sama lo, gih ngobrol diluar."

...----------------...

Bantu suport like nya,

Dont be a silent reader!

1
Muslimah 123
🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Muslimah 123
🌷🌷🌹🌹
Nakayn _2007
Saya terhibur dengan ceritanya, semangat terus!
Arjuna Cakra
Makin penasaran! 🤔
Roxy-chan gacha club uwu
Cepat update dong, seru banget ni ceritanya! 🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!