WARNING *** BIJAKLAH DALAM MEMBACA⚠️ ⚠️
Emile adalah seorang mahasiswi yang terpaksa harus menyudahi kuliahnya karena alasan ekonomi dan juga adik kesayangannya yang tengah sakit. Dia menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja dan membiayai pengobatan adiknya yang tak ramah di kantong. Dalam pertemuan yang tak di sengaja dengan bosnya di sebuah bar membuat hidupnya berubah drastis. Ia terjebak dalam sebuah perjanjian kontrak dengan Harry Andreson.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Club
Malam harinya, seperti yang sudah di katakan Harry pagi tadi, kini Emile sampai di depan sebuah club. rasanya sudah sangat lama sekali dia tidak pergi kesana. Ia juga mengajak Ana di club itu.
Saat ini Emile memakai dress selutut bewarna biru dengan Heels bewarna putih. Rambut yang ia tata menjadi ikal membuat ia terlihat seperti wanita yang sudah matang. perutnya yang sedikit membuncit pun sudah mulai ketara karena dress yang ia pakai lumayan ketat. bagian sensitifnya pun juga berubah ketika ia hamil. Ada rasa tidak percaya diri ketika melihat dadanya yang tiba-tiba membesar.
Sedari tadi, Harry sudah sangat kesal menunggu kedatangan Emile. Sepasang mata yang tak berpaling darinya pun selalu menatapnya dengan senyum kecil. Harry sebenarnya menyadari hal itu tapi ia berusaha mengabaikannya.
"Kau sebenarnya sedang menunggu siapa?" tanya Elssad yang terlihat heran dengan sikap Harry.
"Seseorang. Daniel, coba kau cari dimana wanita itu. Seret dia kesini jika perlu." kata Harry membuat Daniel mengangguk paham.
Di sisi lain, nampak Emile dan Anna yang tengah tertawa lepas tanpa beban. Daniel yang melihatnya pun langsung menghampiri Emile dan menyuruhnya untuk ikut dengannya.
"Ah iya aku lupa, kau tunggu disini sebentar ya, janji tidak akan lama." kata Emile pada Anna.
"Pasti dia akan marah-marah denganku huh." gerutu Emile yang di dengar oleh Daniel samar-samar.
Harry yang melihat kedatangan Daniel bersama Emile pun, secara tidak sabar langsung menghampiri mereka dan menyeret Emile begitu saja dan membawanya pergi. Tentu saja Emile terkejut bukan main tapi dia berusaha untuk menutupinya.
Mereka masuk ke dalam salah satu ruangan VVIP, dimana saat mereka sampai di dalam sudah ada sekitar 5 orang pasangan yang tengah minum dan bercumbu layaknya suami istri.
Melihat hal itu, tentu membuat Emile merasa canggung dan berbisik pada Harry agar dia keluar saja. Tapi bukan Harry namanya jika langsung mengiyakan permintaan Emile. pria itu justru langsung ikut bergabung bersama mereka.
"Diam dan duduk. Hanya jawab, iya, Apa kau mengerti." kata Harry pada Emile membuatnya bingung dengan apa yang sebenarnya Harry lakukan.
Kini, tepat di depan mereka ada Elkan yang tatapannya sedari tadi tidak pernah lepas dari sosok Emile. Jika di bilang pria itu tertarik pada Emile, memang benar adanya. Bahkan jauh sebelum Emile bersama dengan Harry, keduanya sudah sering mengobrol ringan di club tersebut.
"Mau ku tuangkan?" tanya Elkan pada Emile dengan tersenyum.
"Tidak, terimakasih." jawab Emile dengan tersenyum.
"Meylin, ku lihat kau nampak berubah." kata Elkan lagi.
"Tidak ada yang berubah, tuan. Aku memang seperti ini." kata Emile.
"Bukan itu yang aku maksud, apa kau melakukan operasi pada itu mu agar terlihat besar. Aku ingat betul, waktu itu tidak sebesar itu. Aku hanya bertanya saja, kau berhak menjawabnya dan tidak menjawabnya." kata Elkan yang membuat Emile hanya tersenyum canggung saja karena jujur saja pertanyaan dari Elkan membuatnya sangat tidak nyaman.
"Tentu saja itu hal biasa, lihat saja dia bisa menaklukkan seorang tuan muda Anderson. Pasti kau sangat menikmatinya bukan, secara kau menyukai hal seperti itu." celetuk salah satunya lagi di iringi beberapa gelak tawa dari yang lainnya.
"Benar sekali. Tentu saja dia akan melakukan segala cara untuk memperindah tubuhnya. Karena itu kan kau tertarik, Harry. Jika tidak, mana mungkin kau akan mengajaknya."
Tidak ada jawaban dari Harry. justru pria itu hanya diam saja, namun menampilkan seulas senyum kecil yang terlihat jelas di mata Emile. Seketika perasaan yang berbeda pun di rasakan oleh Emile. Keadaan semakin membuatnya terpojok.
Ia tidak bisa menjawab atau mengelak pembicaraan mereka semua di ruangan itu. Yang harusnya dan yang ia harapan Harry bisa menyudahi percakapan tak senonoh yang melukai harga dirinya itu, justru pria itu malah tidak merespon sama sekali.
Apakah itu adalah bagian dari rencana brengseknya untuk mempermalukan Emile dan membuat Emile seolah-olah hanya wanita bodoh yang bisa di peralat sesuka mereka.
"Hei, kau mau kemana?" tanya salah seorang tak kala Emile beranjak dari duduknya.
"Aku harus pergi, karena ada urusan yang mendesak." kata Emile
"Aku bilang duduk." kata Harry dengan menekankan kata-katanya yang membuat Emile benar-benar merasa sakit hati.
Ia tetap seperti pendiriannya dan pergi dari sana serta menghiraukan ucapan Harry. Ia berjalan menuju ke toilet dengan menahan sesak di dadanya. Ia menyalakan kran air dengan kencang dan ia menangis sejadi-jadinya sambil memukul-mukul dadanya yang terasa semakin sesak.
Ia merasa di rendahkan harga dirinya dan di lecehkan dengan perkataan-perkataan tak senonoh dari semua orang yang ada di ruangan tadi. Seharusnya memang ia tidak datang dan menuruti perkataan Harry. Harusnya ia tahu bagaimana akal brengsek Harry dari awal. Harusnya ia menyadarkan diri bagaimana posisinya saat itu.
"Dasar bodoh!! bodoh!!!!" maki Emile pada dirinya sendiri.
Setelah merasa dirinya sedikit lebih tenang dan merasakan lega karena sudah meluapkan segala rasa sakit hatinya, kini ia pun membasuh wajahnya. Ia menatap dirinya dalam pantulan kaca yang terlihat begitu menyedihkan. Senyum kecut pun terbit di bibir mungilnya. setelah ia merapikan pakaiannya, ia memutuskan untuk meninggalkan club saat itu juga.
Baru saja ia keluar dari toilet, ia malah di kejutkan dengan keberadaan Elkan yang tiba-tiba saja sudah berada di sana. Ya, ternyata diam-diam pria itu mengikuti Emile ke toilet. Rasa menyesal karena telah memberikan pertanyaan yang tidak wajar pada Emile dan membuat Emile terluka karena perkataan orang-orang. Ia juga mendengarkan umpatan serapah dan isak tangis Emile. Hal itu membuat ia semakin merasa bersalah.
Ia memberikan sapu tangan pada Emile dan di terima oleh Emile senyum kecil. Elkan meminta maaf pada Emile karena pertanyaannya membuat Emile tidak nyaman dan sakit hati.
"Tidak apa-apa, tuan Elkan. Aku tau kau tidak bermaksud melakukannya. Aku pergi dulu." ujar Emile.
Elkan menatap punggung Emile yang semakin menjauh itu dengan helaan nafas saja. Ia pun juga pergi dari sana dan kembali ke ruangan tadi dengan perasaan bersalah pada Emile.
Tak lupa Emile juga menghubungi Anna jika ia akan pulang sendirian. Anna yang saat itu tengah bersama Daniel tentu di buat terkejut dan ya merasa sedikit kesal karena Emile meninggalkannya sendirian di club.
Berbeda dengan Anna, justru Daniel merasa ada sesuatu yang telah terjadi pada Emile.
Kebetulan Daniel melihat keberadaan Elkan yang saat itu terlihat dari luar club. Ia pun menghampiri pria itu dan berdiri depannya.
"Apa uang terjadi?" tanya Daniel.
"Kenapa kau tanya padaku? Tanyakan saja pada si brengsek itu." jawab Elkan yang membuat Daniel terdiam
Ia sudah menduganya pasti itu semua karena perbuatan Harry. Entah apa lagi yang di lakukan pria itu benar-benar membuatnya hanya bisa menghela nafasnya saja dengan kasar.