Anggista Anggraini, yang lebih akrab di sapa dengan nama Gista, mencoba menghubungi sahabatnya Renata Setiawan untuk meminjam uang ketika rentenir datang ke rumahnya. Menagih hutang sang ayah sebesar 150 juta rupiah. Namun, ketika ia mengetahui sahabatnya sedang ada masalah rumah tangga, Gista mengurungkan niatnya. Ia terpaksa menemui sang atasan, Dirgantara Wijaya sebagai pilihan terakhirnya. Tidak ada pilihan lain. Gadis berusia 22 tahun itu pun terjebak dengan pria berstatus duda yang merupakan adik ipar dari sahabatnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Dia Pacar Kamu, Ta?
“Apa kabar, nak?” Tanya mama Shopia pada Dianna, yang pagi ini datang untuk sarapan bersama, memenuhi undangan wanita paruh baya itu.
“Aku baik, tante. Oh ya, ini aku beli sesuatu untuk tante.” Wanita muda berusia tiga puluh dua tahun itu menyerahkan sebuah paper bag kepada mama Shopia.
“Terima kasih, nak.” Mama Shopia meletakkan kantong itu di atas meja.
Papa Dianna adalah sepupu dari mama Shopia. Sejak dulu, mereka ingin Dianna dan Dirga menjadi sepasang kekasih, namun keduanya tidak pernah setuju. Dan para orang tua pun tidak memaksakan hal itu.
Tetapi, semenjak Dirga bercerai dengan Ellena, mereka menjadi lebih dekat dan sering pergi bersama. Seperti memberi harapan baru kepada mama Shopia.
Suara derap kaki menginterupsi, membuat Dianna dan mama Shopia menoleh.
“Om.” Sapa Dianna pada papa Jordan yang datang mendekati mereka.
“Apa kabar, nak?” Tanya papa Jordan saat mereka saling memeluk sejenak.
“Aku baik - baik saja, om.” Balas Dianna.
“Syukurlah. Lalu apa kabar mama dan papa kamu?” Tanya pria paruh baya itu lagi.
“Mama dan papa juga baik. Nanti mereka pulang untuk liburan akhir tahun.” Jawab Dianna.
Kedua orang tua Dianna menetap di London, Inggris sejak lima tahun silam. Sementara, wanita muda itu mengunjungi mereka sebulan yang lalu, dan baru kembali dua hari yang belakangan.
Tak berselang lama, Dirga pun bergabung bersama mereka. Sudah rapi dengan setelan kerja.
“Kalau tidak bisa memasang dasi, lebih baik jangan memakainya, Dirga.” Ucap Dianna sembari membenarkan simpulan dasi pada leher Dirga.
Pria itu mencebik. Namun tidak menolak perlakuan Dianna. Ia memang tidak suka memakai dasi. Jika bukan untuk menggantikan Richard sementara, Dirga memilih hanya menggunakan kemeja saja.
Melihat interaksi keduanya, membuat mama Shopia tersenyum senang.
“Sudah, sebaiknya kita pergi ke ruang makan.” Ucap papa Jordan sembari mendorong kursi roda sang istri.
Dirga dan Dianna pun mengikuti.
“Apa kamu hari ini sibuk, Dia?” Tanya mama Shopia saat mereka sudah berada di meja makan.
Dianna yang sedang membantu asisten rumah menyiapkan sarapan di atas piring pun menatap wanita paruh baya itu.
“Sepertinya tidak, Tan. Aku baru kembali, dan belum banyak mengambil pekerjaan.” Ia meletakkan piring berisi telur dadar sayur dan roti gandum panggang, di hadapan papa Jordan.
Kemudian menyusun buah potong di atas piring, dan meletakkan di hadapan mama Shopia.
“Biar aku saja.” Ucap Dirga saat Dianna mengambil alih piring di hadapan pria itu.
Dianna mengangguk, kemudian duduk di samping Dirga. Pria itu memilih sarapan dengan nasi goreng. Dan Dianna pun mengikutinya.
“Senang, ya. Bisa bekerja bebas dan darimana saja seperti itu.” Ucap mama Shopia lagi.
Dianna menanggapi dengan senyum tipis. Saat berusia tiga puluh tahun, ia memilih berhenti dari pekerjaannya. Kemudian beralih menjadi seorang Influenser.
“Jadi kalau menikah nanti, kamu bisa sepenuhnya mengurus suami.” Imbuh mama Shopia sembari melihat ke arah Dianna dan Dirga secara bergantian.
Kedua muda mudi itu mengerti kemana arah perkataan mama Shopia. Mereka pun memilih tidak menanggapi dengan serius.
“Aku belum berpikir ke arah sana, Tan.” Ucap Dianna.
“Tidak apa - apa. Hanya sebagai bayangan. Apalagi, kalau calonnya sudah ada.” Imbuh mama Shopia.
Papa Jordan hanya diam menyimak. Ia memilih tidak ikut campur. Toh sang putra sudah berusia tiga puluh lima tahun. Bukan remaja usia belasan yang hidupnya bisa di atur oleh orang tua.
Setelah selesai sarapan, Dirga pamit pergi ke kantor. Dan Dianna ikut dengan pria itu.
Mama Shopia tersenyum lebar melihat kedekatan sang putra dengan keponakan jauhnya itu.
“Sudahlah, ma. Jangan terlalu mencampuri urusan pribadi Dirga.” Ucap papa Jordan.
Mama Shopia kemudian mendengus kesal. Semenjak perceraian Dirga dan Ellena, sang suami menjadi lebih sensitif, dan mudah marah.
\~\~\~
Karena minggu ini memasuki libur tengah semester, Gista pun memutuskan untuk bekerja di kafe dengan jadwal normal seperti pekerja lainnya.
Jika sebelumnya ia hanya bekerja di sore hari, saat libur kuliah seperti ini, Gista pun mengambil jam kerja pagi. Toh juga Dirga menyuruhnya membersihkan apartemen setiap dua hari sekali. Jadi, ia memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Bekerja full time, maka gaji yang ia dapatkan juga akan lebih banyak. Bukannya serakah, meski Dirga sudah memberikan kartu ATM tanpa batas, tetapi Gista ingin mengumpulkan uang hasil bekerja di kafe untuk bekalnya nanti setelah lulus kuliah.
“Sedang menonton apa, kak Mitha?” Tanya Gista pada rekan kerjanya yang sedang menonton sesuatu pada layar ponselnya.
Pukul tujuh pagi, kafe belum di buka. Namun para pekerja sudah disana untuk mempersiapkan segala sesuatunya.
“Ini. Vlog nya Dianna Dewi di London.” Rekan kerja Gista menunjukkan layar ponselnya pada gadis itu.
Gista yang sedang menyusun tisu di dalam kotak, pun menoleh ke arah layar ponsel itu.
Dahi gadis itu berkerut halus, ketika melihat wanita di dalam tayangan video itu.
“Bukannya dia yang datang bersama pak Dirga kemarin?” Tanpa sadar Gista mengucapkan kalimat itu.
“Iya. Karena itu aku menonton vlognya. Aku penasaran dengan wanita yang datang bersama pak bos kemarin.” Ucap Mitha kemudian.
“Cantik ya, Ta. Cocok sekali dengan pak Dirga, ‘kan?” Imbuhnya lagi.
Gerakan tangan Gista memelan. Ia mengamati layar ponsel itu.
Ya. Wanita bernama Dianna Dewi itu memang sangat cantik. Dan tentu serasi dengan Dirga. Ternyata ia seorang Influeser dan sering menjadi bintang iklan. Pantas saja Gista merasa tidak asing saat melihatnya lebih lama tempo hari.
“Ta.” Mitha melambaikan tangan di hadapan wajah Gista. Membuat gadis itu tersentak dari lamunannya.
“Iya, kak. Kenapa?”
Mitha berdecak pelan. “Tadi aku nanya. Dia cocok ‘kan dengan pak bos?”
Gista memaksakan senyumnya. “Ia kak. Sangat cocok sekali.” Ucapnya pelan.
Setelah mengetahui tentang Dianna Dewi, membuat hari Gista menjadi tidak bersemangat.
Entahlah.
Bukan karena rasa cemburu. Tetapi merasa tidak percaya diri berada di dekat Dirga. Pantas saja di luar apartemen pria itu menyuruh untuk bersikap seperti atasan dan bawahan, mungkin karena Gista tidak sebanding dengannya.
“Jangan bengong, neng. Nanti kesambet.”
Gista tersentak ketika seseorang membisikinya.
“Bobby.” Ia mendelik saat melihat pemuda itu melewatinya, kemudian duduk di salah satu meja.
“Apa yang kamu lakukan sepagi ini disini?” Tanya Gista sembari meletakkan buku menu.
Tak heran Gista bertanya seperti itu, karena waktu saat ini menunjukkan pukul sepuluh pagi.
“Mengambil orderan makanan di kafe ini. Kamu tau sendiri aku ini rakyat jelata. Berpikir dua kali, untuk sarapan di tempat seperti ini.” Ucap pemuda itu.
Gista menyunggingkan sudut bibirnya. Ia lupa jika pemuda itu berprofesi sebagai ojek online. Sudah pasti ia juga mendapatkan order mengantar makanan.
“Ya, kamu duduknya disini. Aku kira mau order pribadi.” Tukas Gista. Sebab, ada jalur khusus ojek online untuk mengambil pesanan.
“Kan masih sepi ini, neng. Boleh dong numpang ngadem sebentar.” Ucap Bobby mengedikan bahu. Namun ia pun beranjak tempat yang di maksud gadis itu.
Gista kemudian pergi ke meja bar untuk mengambilkan minuman dingin, yang di peruntukan untuk sopir ojek online ketika sedang menunggu orderan siap.
“Minum dulu.” Ucap Gista sembari meletakkan satu botol jus jeruk di atas meja.
“Terima kasih, Ta.” Ucap Bobby.
Gista pamit untuk melanjutkan pekerjaannya.
“Dia pacar kamu, Ta?” Tanya Agus yang bekerja sebagai barista. Pria itu menatap Bobby di luar sana.
“Bukan, kak.” Jawab Gista dengan cepat.
“Aku kira pacar kamu. Kemarin di antar jemput.” Imbuh Agus lagi.
“Dia teman aku, kak. Dan kebetulan kerja ojek online.” Jelas Gista agar tidak menimbulkan opini lain di kemudian hari.
...****************...