Cantik, kaya, muda, sopan, baik hati, cerdas, itulah Soraya Syifa Dewiana. Gadis berjilbab ini amat diminati banyak orang, khususnya laki-laki. Bahkan gangster pria terkenal di kota saja, The Bloodhound dan White Fangs, bersaing ketat untuk mendapatkan gadis yatim-piatu agamis ini.
Namun siapa sangka, dibalik semua itu, ia harus menikahi pemimpin gangster dari White Fangs, Justin, yang telah menggigitnya dengan ganas di malam Jum'at Kliwon bulan purnama. Satu-satunya cara agar Soraya tidak jadi manusia serigala seperti Justin adalah dengan menikahinya.
Hingga membuat Boss mafia sekaligus CEO untuk Soraya, Hugh, terkadang cemburu buta padanya. Belum lagi asistennya Hugh, Carson, yang juga menaruh hati padanya. Selain itu, ada rahasia lain dari gadis cantik yang suka warna hijau ini. Cukup psikopat pada 2 geng siluman serigala itu dan tangguh.
Lantas, siapa sesungguhnya yang akan Soraya pilih jadi suami sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soraya Shifa Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22 : Sentuh Aku Sedetik Saja!
Kembali ke kamar, Soraya segera menutup pintu kamar dengan sedikit bantingan.
*BRAK!*
Nafasnya tersengal-sengal serasa seperti sudah lari dari kota Bandung ke Surabaya sana. Keringat dingin bercucuran deras. Sungguh sangat melelahkan. Padahal, ia begitu karena di peluk Justin.
"Aku ini sebenarnya bagaimana!? Aku sudah jatuh cinta padanyakah?! Atau apa?! Atau...akunya sudah mulai gila?!" bertubi-tubi ucapan bertanya-tanya di dalam dirinya muncul.
"Ya Allah! Ini...rasanya ini penjara...bagiku..." gumamnya kemudian.
...***...
Keesokan harinya...
Di kantor, Soraya mencatat dan mengetik. Tangan dan matanya sibuk di kursi itu untuk menulis apa yang ia pahami, dan apa yang tidak ia pahami. Yang ia pahami dihafalkan, yang tidak dipahami akan ia tanyakan.
*TOK-TOK-TOK!*
"Masuk!" ucapnya pada pengetuk pintu ruangannya. Sudah tahu kalau itu suara orang yang mengetuk pintu. Jadi tak perlu tanya dulu ia suara apa.
*CEKLEK!*
*KRIEEET!*
Pintu terbuka lebar. Dan ternyata yang masuk adalah Hugh. Pria itu melihat apa yang sekretarisnya lakukan. Lalu tersenyum bangga melihat orang yang ia cintai bekerja dengan rajin dan ulet. Teliti. Tekun. Benar-benar berniat baik untuk belajar dan bekerja.
Namun tanpa melihat, Soraya malah sudah bisa menebak siapa yang datang dengan langsung bertanya, "Ada apa, Hugh?"
Matanya yang terhalang kacamata minusnya itu tetap fokus pada layar monitor komputer dan buku. Tangannya sibuk menulis dan mengetik.
Hugh tersenyum dengan ulah sekretaris barunya. Hingga ia bertahan, "Boleh kita bicara sebentar? Di ruanganku?"
Soraya berhenti mengetik dan menulis. Ia melirik ke wajah Hugh, yang diatasnya. Ragu tapi juga penasaran, akhirnya ia mengangguk mau.
Di ruangan pribadinya Hugh, keduanya tiba-tiba saja saling dekat. Itupun karena Hugh yang menarik tubuh Soraya. Jari-jemari tangan kanannya berjalan di tubuhnya. Lebih tepatnya dari bagian dada belakang dada hingga ke punggungnya.
"Kau memang istrinya musuhku. Namun, kau tahu bukan, aku dan Justin pernah satu grup mafia, yang di pimpin oleh The Don?" tanya Hugh. Dengan wajah dingin, tapi bergairah pada Soraya.
Soraya merasa sedikit jijik dan geli. Namun, ia mengangguk dan menjawab, "I...iya. Dan...malah ayahku...pernah ada hubungan bisnis dengan kalian. Dengan tim mafia kalian maksudku."
"Tepat! Dan karena aku yang terpilih untuk menggantikannya, jadi aku punya satu permintaan untukmu. Bisa kau kabulkan untukku?!"
"Permintaan? Permintaan apa maksudmu?!"
Soraya makin heran, tak mengerti. Dan tidak begitu percaya bahwa Hugh akan memberlakukannya semena-mena. Tapi meskipun agak ragu dan canggung, namun ia penasaran juga.
"Baik. Tapi hanya satu saja. Apa permintaanmu?" Soraya bertanya kembali dengan kalimat tanya yang sama.
"Mudah. Yaitu, tolong kau sentuh aku! Satu detik saja!" jawab Hugh santai.
*BLAAAR!!!*
Soraya serasa kena ledakan yang ada dalam dirinya. Mendengar keinginan Hugh yang menurutnya gila ini membuatnya diibaratkan menjatuhkannya ke jurang. Atau dunianya roboh.
"Hugh! Tidak mungkin! Aku sudah..." Soraya menolak. Namun Hugh mengangguk dan membalas dengan senyuman.
"Aku tahu. Tapi, ini hanya satu detik saja. Atau aku yang menyentuhmu."
"Namun, kau tidak akan melakukan apapun yang...kau tahulah maksudku."
"Tentu tidak. Lagipula, sentuhan dariku bukan sentuhan yang vulgar seperti manusia sekarang yang brutal pada wanita. Tapi, ini berupa..."
"Berupa apa?"
Hugh mendekat ke telinga kanannya Soraya. Dan menjawab, "Cakaran tiga jariku..."
"Cakaran?!" Soraya terkejut.
Hugh mengangguk dan menjawab, "Iya. Ini hanya untuk...titip anakku di rahimmu."
Gadis itu mulai ketakutan. Namun, Hugh sudah terlanjur bertransformasi menjadi manusia serigala. Cakarnya sudah ia siapkan di jari tangannya. Setajam pisau. Amat runcing.
*SRING!*
"AAAKH!!!" jerit Soraya kesakitan.
Dan darah mengalir dari lehernya lagi. Cakaran itu tepat berada di luka bekas gigitan taringnya Justin. Namun, segera saja Soraya di obati oleh Hugh.
"Boss-ku ikut gila begini. Aku serasa dalam dua penjara!" seru Soraya kesal dalam hatinya.