NovelToon NovelToon
QUENN OFF ASSASINS

QUENN OFF ASSASINS

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

Ariella, seorang wanita muda yang dipilih untuk menjadi pemimpin organisasi pembunuh terkemuka setelah kematian sang mentor. Kejadian tersebut memaksanya untuk mengambil alih tahta yang penuh darah dan kekuasaan.

Sebagai seorang wanita di dunia yang dipenuhi pria-pria berbahaya, Ariella harus berjuang mempertahankan kekuasaannya sambil menghadapi persaingan internal, pengkhianatan, dan ancaman dari musuh luar yang berusaha merebut takhta darinya. Dikenal sebagai "Queen of Assassins," ia memiliki reputasi sebagai sosok yang tak terkalahkan, namun dalam dirinya tersembunyi keraguan tentang apakah ia masih bisa mempertahankan kemanusiaannya di tengah dunia yang penuh manipulasi dan kekerasan.

Dalam perjalanannya, Ariella dipaksa untuk membuat pilihan sulit—antara kekuasaan yang sudah dipegangnya dan kesempatan untuk mencari kehidupan yang lebih baik, jauh dari bayang-bayang dunia pembunuh bayaran. Di saat yang sama, sebuah konspirasi besar mulai terungkap, yang mengancam tidak hanya ker

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32: Pertempuran dalam Bayangan

Malam itu seperti tidak ada akhirnya. Langit yang gelap seolah menjadi panggung bagi kekacauan yang tak kunjung selesai. Ariella dan timnya bergerak cepat di bawah bayang-bayang malam, menyusuri jalan-jalan sepi yang penuh dengan reruntuhan kota. Tubuh mereka lelah, luka-luka di tubuh mereka masih terasa nyeri, tetapi tidak ada waktu untuk beristirahat. Mereka tahu, pertempuran belum selesai.

Setelah kematian Kaito, mereka berhasil mencuri peta digital yang menunjukkan markas utama The Obsidian Circle. Lokasi itu berada di tempat yang tak terduga: sebuah kompleks industri tua yang tersembunyi di bawah kota. Markas itu adalah jantung dari operasi mereka, tempat semua rencana jahat dirancang dan dipimpin oleh sosok yang dikenal hanya sebagai The Shadow King.

Namun, peta itu juga mengungkapkan kebenaran yang lebih mengerikan: markas tersebut dilindungi oleh lapisan keamanan canggih dan tim pembunuh yang lebih mematikan dari yang pernah mereka hadapi. Ariella tahu, untuk menyerang tempat itu, mereka tidak hanya membutuhkan kekuatan, tetapi juga rencana yang sempurna.

Rencana Gila

Di sebuah ruangan kecil yang tersembunyi di bawah reruntuhan, tim Ariella berkumpul untuk menyusun strategi. Meja di depan mereka dipenuhi peta, sketsa, dan catatan yang mereka kumpulkan selama ini. Lampu redup yang menggantung di atas kepala mereka memberikan suasana yang tegang.

“Kita hanya punya satu kesempatan,” kata Ariella dengan suara tegas. Dia menunjuk ke salah satu titik di peta, tempat pintu masuk utama markas berada. “Jika kita tidak bisa masuk dengan cepat dan diam-diam, mereka akan menghancurkan kita sebelum kita sampai ke The Shadow King.”

Alex menggeleng, terlihat khawatir. “Pintu masuk utama itu bunuh diri. Mereka pasti sudah menyiapkan jebakan di sana. Kita harus menemukan rute alternatif.”

Rael, yang selama ini diam, akhirnya angkat bicara. “Ada jalan lain. Peta ini menunjukkan terowongan pembuangan di bagian utara kompleks. Itu bisa membawa kita langsung ke ruang kendali, tetapi terowongan itu kemungkinan dipenuhi perangkap.”

Ariella merenung sejenak, lalu mengangguk. “Kita tidak punya pilihan lain. Terowongan itu adalah peluang terbaik kita. Tapi kita harus bergerak cepat dan hati-hati.”

Liana, yang sedang membalut luka di lengannya, menatap Ariella. “Dan kalaupun kita berhasil masuk, bagaimana caranya kita bisa menghadapi semua pasukan mereka? Kita hanya empat orang.”

“Kita tidak perlu menghadapi semuanya,” jawab Ariella dengan dingin. “Kita hanya perlu sampai ke The Shadow King. Jika dia jatuh, mereka akan kehilangan pemimpin, dan organisasi ini akan runtuh.”

Semua orang terdiam. Mereka tahu apa yang mereka hadapi. Rencana ini adalah misi bunuh diri, tetapi mereka juga tahu bahwa tidak ada jalan kembali.

Terowongan Kematian

Malam itu, mereka bergerak menuju terowongan yang dimaksud. Terowongan itu gelap, sempit, dan udara di dalamnya begitu pengap hingga hampir membuat mereka sulit bernapas. Dinding-dindingnya dipenuhi lumut dan genangan air kotor yang menimbulkan bau menyengat.

“Jangan lengah,” bisik Ariella saat mereka berjalan perlahan. “Mereka mungkin sudah memasang perangkap di sini.”

Langkah mereka terhenti ketika Rael menemukan sesuatu yang mencurigakan di lantai. Dia berlutut dan menyalakan lampu kecil untuk memeriksa lebih dekat. “Ada sensor gerak di sini,” katanya dengan suara rendah. “Jika kita melewatinya, itu akan memicu ledakan.”

Alex mengerutkan kening. “Hebat. Mereka bahkan melindungi saluran pembuangan dengan bom.”

“Aku bisa menonaktifkannya, tapi butuh waktu,” kata Rael sambil mengeluarkan alat-alatnya.

Sementara Rael bekerja, Ariella dan Liana berjaga di belakang, memastikan tidak ada musuh yang mengikuti mereka. Namun, tidak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar dari kejauhan.

“Mereka datang,” bisik Liana, mengangkat senjatanya.

Ariella memandang Rael. “Cepat selesaikan itu!”

“Aku hampir selesai!” jawab Rael dengan nada panik.

Saat langkah kaki semakin dekat, beberapa bayangan muncul di ujung terowongan. Mereka adalah anggota pasukan The Obsidian Circle, lengkap dengan senjata otomatis. Tanpa ragu, mereka langsung melepaskan tembakan.

“Berlindung!” teriak Ariella.

Liana dan Alex membalas tembakan, mencoba menahan musuh sementara Rael terus bekerja. Terowongan itu segera dipenuhi suara tembakan dan percikan peluru yang memantul di dinding.

“Aku butuh lima detik lagi!” teriak Rael.

“Tidak ada lima detik!” balas Alex, menembakkan senjatanya ke arah musuh.

Namun, tepat ketika salah satu musuh hampir mencapai mereka, Rael berhasil mematikan sensor. “Sudah selesai! Ayo pergi!”

Mereka segera berlari melewati sensor yang sudah dinonaktifkan, meninggalkan musuh di belakang. Namun, saat mereka masuk lebih dalam ke terowongan, mereka menemukan diri mereka dihadapkan pada tantangan baru: dinding baja yang menghalangi jalan mereka.

“Pintu ini terkunci dari dalam,” kata Rael sambil memeriksa kunci elektronik di dinding.

“Bisakah kau membukanya?” tanya Ariella.

“Berikan aku waktu. Tapi kita harus berjaga-jaga. Mereka mungkin sudah tahu kita ada di sini.”

Pertempuran Akhir

Sementara Rael mencoba membuka pintu, pasukan musuh yang mengejar mereka akhirnya berhasil mencapai lokasi itu. Namun, kali ini mereka membawa sesuatu yang lebih mematikan: peluncur granat.

“Semua berlindung!” teriak Ariella saat sebuah granat menghantam dinding di dekat mereka, menyebabkan ledakan besar yang hampir meruntuhkan terowongan.

Alex membalas serangan dengan melemparkan granat ke arah musuh, menciptakan ledakan besar yang menghalangi jalan mereka untuk sementara waktu. Namun, Ariella tahu bahwa itu hanya memberi mereka sedikit waktu.

“Aku butuh satu menit lagi!” teriak Rael, jari-jarinya bekerja cepat di atas panel elektronik.

“Cepatlah, Rael!” balas Ariella.

Liana, yang terus menembak musuh, akhirnya kehabisan peluru. “Aku habis!” teriaknya.

“Ambil senjataku!” kata Alex, melemparkan pistol cadangannya ke arah Liana.

Saat pertempuran semakin memanas, pintu baja akhirnya terbuka dengan suara berdenting keras. “Ayo masuk!” teriak Rael.

Mereka segera masuk ke ruangan di balik pintu itu, yang ternyata adalah ruang kendali utama. Namun, di dalamnya, mereka dihadapkan pada sesuatu yang tidak mereka duga: The Shadow King sudah menunggu, duduk di sebuah kursi besar dengan senyum dingin di wajahnya.

“Akhirnya,” kata The Shadow King. “Kalian sampai di sini. Aku sudah menunggu.”

Ariella menggenggam pedangnya erat, matanya penuh dengan tekad. “Ini adalah akhir untukmu.”

Namun, The Shadow King hanya tertawa kecil, lalu menjentikkan jarinya. Dalam sekejap, lantai di bawah mereka mulai bergerak, dan ruangan itu berubah menjadi arena pertempuran yang penuh dengan jebakan mematikan.

“Selamat datang di permainan terakhirku,” kata The Shadow King. “Mari kita lihat apakah kalian bisa bertahan.”

Pertempuran terakhir pun dimulai, dengan Ariella dan timnya harus menghadapi bukan hanya pemimpin The Obsidian Circle, tetapi juga jebakan-jebakan maut yang ada di ruangan itu. Mereka tahu, ini adalah ujian terakhir mereka. Dan hanya satu hal yang pasti: tidak semua orang akan keluar dari tempat ini hidup-hidup.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!