Pata hati terbesar seorang Ayana, ketika dirinya masih pertama kali mengenal cinta dengan seorang pria dewasa yang begitu membuatnya bahagia dan berasa menjadi wanita yang paling dicintai. Tapi sayang kisah cinta yang sudah berjalan lama harus berhenti karena sang kekasih yang merupakan anak dari keluarga berada, harus menerima perjodohan dengan wanita yang setara dengannya. Hal itulah yang membuat Ayana menjadi pata hati dan sulit membuka hati untuk pria lain. Tapi? Enam tahun setelah kejadian itu Ayana yang berprofesi sebagai seorang guru, harus dihadapkan dengan seorang murid yang pendiam dan murung tidak seperti murid lainnya, sejak saat itu pula Ayana mulai mendekati anak tersebut dan tanpa di sadari anak perempuan itu merupakan anak dari sang mantan. Apakah kisah cinta mereka akan bersemi kembali??? Temukan jawabannya hanya Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Jonathan mulai bergerak cepat ketika mendapatkan tugas dari atasannya itu, pria butuh tegap itu langsung saja mendatangi perusahaan Santosa group, untuk mempertahankan masalah ini.
Kali ini Jo langsung mendatangi ruangan direktur utama untuk memastikan apa benar klien nya ini ingin merubah kesepakatan yang sudah di sepakati bersama.
"Tok ... Tok ... Tok."
"Selamat siang Bapak Dermawan Sentosa," ucap Jo dengan ramah.
"Selamat siang juga," jawabnya dengan ekspresi wajah yang begitu heran.
"Maaf mengganggu waktu luang anda, kedatangan saya ke sini ingin menanyakan perihal yang terkait dengan proyek yang sudah kita sepakati bersama kemarin," ucap Jo.
"Perihal apa, bukannya pihak anda sudah menyepakati?" tanya Darma dengan begitu heran.
"Iya Memang pihak kami sudah menyepakati, tapi yang jadi pertanyaan, pihak anda kemarin meminta di percepat waktunya menjadi satu bulan," tandas Jo.
"Omong kosong macam apa ini! Saya tidak ingin kalau sampai proyek ini di kerjakan dengan terburu-buru," tolaknya yang membuat Jo heran.
"Ini surat permohonannya," ucap Jo sambil menyodorkan berkas yang dibuat oleh Nadia kemarin.
"Apa! Itu anak memang egois, dia pikir segampang itu mempercepat proses pembangunan, begini saja Pak Jo, saya memutuskan kembali ke kontrak awal yang sudah kita sepakati dan masalah Nadia biar menjadi urusan saya," pinta Darma, dengan ekspresi wajah yang begitu marah dengan ulah adik bungsunya itu.
"Baiklah kalau begitu akan saya sampaikan kabar ini, dengan Tuan Andreas," ucap Jo.
"Sampaikan permohonan maaf atas kegaduhan ini," sahut Darma.
"Baik, Pak Darma, ya sudah saya ijin pergi," Pamit Jo.
"Silahkan, dan terima kasih banyak untuk semua," ucap Darma.
*****
Masalah Nadia sudah beres pria itu langsung meluncur kembali ke perusahaan Wiratama group untuk menyampaikan kabar baik ini kepada atasannya.
"Jo bagaimana sudah kau bereskan?" tanya Andreas ketika melihat Jo masuk ke dalam ruangannya.
"Sudah Tuan, rupanya Nadia ingin bermain-main dengan anda, dia berani mengambil keputusan sepihak, dan tadi terlihat jelas Pak Darma begitu marah, dan mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas kegaduhan ini," ucap Jo dengan detail.
"Memang itu anak dari dulu selalu egois, baiklah apa kau sudah menyuruh orang untuk mengikuti gerak-gerik Nadia," papar Andre.
"Sudah Tuan."
"Bagaimana perkembangannya?" tanya Andre.
"Sejauh ini masih aman," sahutnya singkat.
"Ya sudah suruh anakmu mengawasi Nadia 24 jam, agar tidak bisa lagi itu anak mendatangi Ayana ataupun Mama," ucap Andre yang di angguki oleh Jo.
******
Bel pulang sudah berbunyi, saatnya anak-anak mulai keluar dari kelasnya dengan perasaan gembira, begitu juga dengan Gista, Ayana pun mulai mengantar para anak-anak sampai ke depan pintu jelas agar supaya dirinya bisa menyaksikan anak didiknya sudah benar-benar berada dalam dekapan orang tuanya masing-masing.
"Ibu, aku pamit pulang dulu ya," ucap Gista dengan semangat.
"Iya Sayang hati-hati ya di jalan," sahut Aya, sambil melambaikan tangannya ke arah Gista.
Saat ini, Aya sudah mulai menghidupkan mesin motornya, kali ini dia mengarahkan motornya ke warung kopi milik temannya itu, mungkin sudah agak lama dia tidak ngopi ke sini lagi.
"He! Yang sudah lamaran, sombong amat lu, kagak pernah main di mari," ucap Naya.
"Iya begitulah Mpok, lagi sibuk nyiapin acara nikahan," jawab Aya dengan nada candaannya.
"Cie, rupanya ada yang CLBK nie, makanya ditawari yang lain kagak doyan, ternyata itu hati masih terpikat dengan cinta pertama," celetuk Naya, seketika membuat Aya tertegun sendiri.
'Ah, kau tidak tahu kenapa aku menerima semua ini, baiklah lebih baik tidak usah tahu mungkin sudah jalanku seperti ini,' ucap Aya di dalam hatinya.
"Ya, begitulah yang namanya jodoh kan tidak ada yang tahu," sahut Aya dengan enteng.
"Oh ya! Ngomong-ngomong masalah Yusuf itu gimana? Maaf ya aku baru denger kabar, maklum lah kau tahu sendiri kesibukan ku di warung jadi tidak sempat dengerin kabar yang seperti itu," ucap Naya.
"Ya baguslah, emang elu seharusnya tidak dengar apa-apa biar tidak kepo," godanya begitu menyebalkan.
"Ih, awas ya! Gak usah kau kasih tahu biar aku sendiri yang cari tahu," kesal Naya sambil menyodorkan kopi di meja temannya itu.
"He he, ya sudah cari tahu sendiri, aku mah sudah gak pusingin mereka lagi," sahut Aya.
"Siapa yang kau sebut itu, perempuan sialan," ucap suara itu tiba-tiba.
"Pak, Dani," sahut Aya.
"Iya! Saya, kenapa? Memang kau kaget melihat saya tiba-tiba ada di sini," ucapnya kembali.
Sedang Aya dan Naya, mulai terkejut tiba-tiba saja melihat Dani, ada di sini kedua wanita itu tidak menyangka kalau Ayah dari Yusuf itu akan nongol begitu saja di hadapannya.
"Begini Pak, kita gak ada maksud apa-apa, aku hanya ingin menanyakan kabar Aya dan Yusuf yang harus berakhir di jeruji besi," kata Naya, begitu berani.
"Kau sengaja mengejek anakku, apa kau ingin warung kecilmu ini aku hancurkan!" gertak Dani.
"Bukan seperti itu Pak, aku hanya berbicara apa adanya, jadi orang jangan gampang tersebut seperti itu dong! Yang aku tanyakan suatu kenyataan, jadi Bapak harus terima siapapun orangnya berhak bertanya karena memang saya tidak tahu dengan kabar itu," sahut Naya yang tidak kalah sengitnya.
"Apanya yang di tanyakan anakku di penjara sudah jelas kamu! Dan itu semua karena ulah licik temanmu itu yang memutar balikkan fakta dengan uang yang diberi oleh kekasih tuanya itu untuk menyogok aparat," tuduh Dani sambil menunjuk-nunjuk wajah Aya.
"Bapak, jangan sembarangan ya! nuduh orang tanpa bukti, sudah jelas-jelas bukti menyulut ke anak Bapak, jadi tidak usah mengelak lagi, cukup diam dan jangan pernah mencari perkara lagi!" tekan Ayana.
"Dasar kau memang perempuan sialan, kau bersikap seolah kau ini korban agar semua orang peduli padamu, untuk kali ini aku tidak akan melepaskan mu, lihat saja nanti!" ancam Dani.
"Aku tidak takut dengan ancaman anda, sekali lagi saya tegaskan! Saya sudah cukup diam agar masalah ini tidak melebar kemana-mana, tapi jika anda mau berteriak agar semua orang tahu? Teriak saja, dan tanpa anda sadari, anda sudah menyuarakan aib anak anda sendiri," balas Aya tak kalah sengitnya.
"Kau! Sekali lagi kau berani berbicara seperti itu, tangan ingin yang akan melayang!" geram Dani.
"Silahkan Bapak pukul, di sini ada banyak saksi biar mereka nanti yang akan menjadi saksinya," tekan Ayana.
"Kau belum pernah merasakan pelajaran dariku anak muda, dari kemarin kau sudah membuat ulah dengan istri saya dan sekarang kau membuat ulah lagi dengan saya," ucapnya seakan menyudutkan Ayana.
"Loh, siapa yang membuat ulah, istri Bapak sendiri yang membuat kesalahan," sahut Ayana.
Dani pun memilih untuk pergi dengan dendam yang di bawanya, dia merasa kalau Ayana begitu sangat berani berbicara dengannya, bahkan orang-orang di sekelilingnya saja tidak ada yang berani melawan perkataanya.
"Kurang ngajar kau perempuan tengil tunggu saja nanti," ancamannya dengan penuh dendam.
Setelah kepergian Dani tadi Aya mulai, berpamitan dengan Naya, karena memang sudah berlangsung di sini takut Sang Ibu bingung dan mencari-cari dirinya.
"Ya sudah Nay, aku pamit dulu takut di cariin ibu," ucap yang di angguki oleh sahabatnya itu.
"Ya sudah hati-hati di jalan."
Aya mulai menghidupkan kembali mesin motornya, sekilas seperti tidak terjadi apa-apa dengan motornya, hingga di pertengahan jalanan sepi motornya mulai bergoyang-goyang hingga dirinya mulai memutuskan berhenti, untuk melihat di bawah sana.
"Ah, ini Ban kenapa bisa kempes," ucapnya dengan perasaan yang tidak enak.
Aya tidak tahu harus menghubungi siapa, tiba-tiba saja pikirannya menuju ke Andre padahal dia pun bisa menghubungi ibunya, untuk menjemput dirinya, namun tidak tahu kenapa jarinya menekan nomor Andre.
"Halo Mas, bisa gak kesini di jalan Anggrek, Ban motorku kempes," adu Ayana, di dalam panggilan teleponnya.
"Oh begitu baiklah sekarang aku suruh orang untuk menjemputmu," sahut Andre yang memang saat ini sedang meeting, tapi belum apa-apa Andre sempat mendengar suara pria sedang mendekati Ayana.
"Heh! Perempuan sialan sedang menghubungi siapa kau," ucap seorang tersebut lalu mulai merampas handphone Aya dan membuangnya ke segala arah.
Catatan penulis:
Selamat pagi, keadaan lagi tegang nie semoga yang baca gak tegang ya!❤️❤️❤️🙏🙏🙏
siapa ya yg coba memeras Bu Retno