Nina Mahesa permpuan Solehah terpaksa menikah dengan laki-laki bernama Aldi Kurniawan.
laki-laki yang tampan kaya namun jauh dari agama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sumi hulwah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 31
"Wah...wah....wah..."
Pak putra bertepuk tangan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya ia merasa takjub dengan anak lelaki yang telah lama di tinggalkan kini begitu berani meluapkan emosinya.
" Begitukah cara kamu menyambut kedatangan kami?
Mana bentuk baktimu terhadap kami, apakah wanita itu yang telah sukses mencuci otak mu agar melakukan pemberontakan terhadap kami!"
Pak putra terus berbicara dengan sinis
Aldi hanya diam, tangannya masih mengepal kuat di bawah meja ia menunduk, hatinya tidak henti-hentinya melantunkan istighfar.
" Nak kita sudah tau semua seputar pernikahan kalian dari awal sampai akhir.
Bahkan mengenai perjanjian konyol mu yang meminta waktu dua bulan untuk mendalami agama hanya demi dirinya!"
Kini Bu Maya yang berbicara beliau mendekati sang anak
Tatapan matanya sendu melihat anak lelakinya yang dulu di banggakan bahkan di gadang-gadang menjadi penerus perusahaan keluarganya kini seolah kandas hanya karena kehadiran seorang perempuan hina di mata mereka.
" Jangan kau rendahkan harga dirimu hanya untuk seorang wanita kampungan yang tidak bermartabat, di luar sana masih banyak wanita yang-
" Cukup pah !" Aldi menggeser kursi dengan kasar sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras
Brak...
Dengan nafas yang masih naik turun tak beraturan Aldi memandang kedua orang tua nya dengan penuh amarah
" Istriku memang perempuan kampung dia hanya orang miskin, tapi hanya miskin harta namun kaya akan hati."
" Apa pun alasannya papa dan mama tidak akan pernah merestui pernikahan kalian, kami akan tetap memaksa kamu untuk menerima perjodohan yang sudah kami buat." Setelah mengucapkan kata-kata itu pak putra dan Bu Maya pergi meninggalkan Aldi sendiri.
" Kalian egois...!!
Kalian tidak berhak ikut campur kehidupan rumah tangga ku!" Teriak aldi
Prangg....
Kembali lelaki itu melampiaskan emosinya dengan membanting piring dan gelas yang masih tersisa di meja.
" Istighfar mas, tenangkan dirimu!" Seru Nina sambil menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa
" Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah Aldi terus melantunkan kalimat itu dengan pelan tangan terulur merengkuh sang istri saat sudah di dekatnya
" Maafkan aku " Aldi bergumam lirih
Ia meneteskan air mata di dalam dekapan sang istri
" Aku juga minta maaf mas, karena kehadiran aku di sini hubungan kamu dengan kedua orang tua kamu jadi bermasalah!" Ucap Nina dengan penuh sesal.
"Kamu tidak salah sayang, mereka lah yang terlalu egois, mereka tidak pernah sekalipun memikirkan perasaan anak-anaknya.
Dari dulu sampai sekarang mereka masih sama, mereka hanya mementingkan dan mengutamakan bisnis-bisnis nya.
Kami tidak di anggap oleh mereka sebagai anak, tapi kami hanya di anggap sebagai alat untuk mencapai kesuksesan mereka hingga saat ini.
Aldi meluapkan uneg-uneg nya.
Ia terus-menerus bercerita tentang kehidupan sehari-hari nya dulu yang pernah ia lalui saat berjuang membesarkan Vika seorang diri.
Nina menepuk-nepuk punggung sang suami dengan lembut, ia turut merasakan kepedihan mendalam mendengar kisah hidup laki-laki yang kini telah menjadi suaminya.
" Yang sabar yah mas, Allah ciptakan kesedihan pasti Allah juga ciptakan kebahagiaan."
" Betul sayang, awal perjumpaan dengan mu lah kebahagiaan itu datang"
Aldi mengurai pelukannya dengan sang istri, kini laki-laki itu beralih menggenggam tangan mungil sang istri.
" Maukah kau berjuang bersama dengan ku untuk mempertahankan rumah tangga ini?"
Aldi mencium tangan Nina dengan lembut
Pandangannya tidak beralih sedikitpun dari wajah sang istri yang juga sedang menatapnya.
" Pasti mas... Aku mau!" Dengan derai air mata Nina memeluk Aldi dengan sangat erat.
Sejenak pasutri itu pun saling berpelukan, dan saling menguatkan.
Mudah-mudahan ini tanda bahwa kau sudah membuka hatimu untukku Nin monog Aldi dalam hati
" Udahan Yuh pelukannya sekarang beresin kekacauan yang sudah kamu buat!"
Ucap Nina menahan kesal
Gimana nggak kesal coba ruang makan yang tadinya bersih dan rapi kini dalam sekejap berubah menjadi kapal pecah.
Piring dan gelas yang tadinya di meja tertata cantik kini mereka berserakan di bawah sudah tidak berbentuk lagi.
" Ck, merusak momen, padahal jarang loh kita pelukan kaya gini, apa lagi kamu duluan yang memulai!" Aldi melepaskan pelukannya dengan tidak ikhlas, mukanya ia tekuk
Nina memutar bola matanya dengan malas
" Lagian aneh-aneh sih, marah yang jadi pelampiasan piring sama gelas!"
Nina mengomel sambil melangkah pergi mengambil sapu dan serokan.
Aldi terpekur
Ia melihat sikap Nina yang berubah-ubah
Sejujurnya rasa bahagia itu tadi sempat menghampiri hatinya dengan pelukan Nina yang begitu erat.
Tapi sekarang, secara bersamaan ia juga di tampar oleh kenyataan, bahwa sikap sang istri kini belum menunjukkan tanda-tanda...
Adanya rasa.
Apakah tadi yang kamu lakukan hanyalah bentuk kasihan kamu terhadap aku Nin?
" Woi.... Jangan berprasangka buruk!!!"
Teriak author
Di sisi lain
Setelah keributan terjadi kedua orang tua Aldi masuk kedalam kamar, mereka menutup pintu dengan rapat.
Kini mereka masih merasa kesal dengan perlakuan sang anak
" Pah, kita terlalu kejam ngga sih dengan Aldi?
Dia terlihat sangat mencintai Nina!"
" Persetan dengan semua itu, papa akan tetap menjodohkan Aldi dengan anak pak Abdullah yang bernama Hafsah.
Perempuan itu lebih pantas dengan anak kita selain cantik dan berpendidikan ia juga sudah jelas bibit, bebet, dan bobotnya."
Pak putra menggulir nomor telepon di ponsel miliknya, sambil berjalan mondar-mandir ia menghubungi seseorang.
Bu Maya hanya menatap sang suami dengan bingung.
Wanita paruh baya itu merebahkan badannya di ranjang empuknya.
Ia merasa delima dengan masalah yang dihadapi saat ini.
Sebelum bertemu dengan Nina ia merasa yakin dengan keputusan nya untuk memisahkan Aldi dengan sang istri.
Namun setelah bertemu langsung ia begitu takjub, hatinya tenang melihat wajah teduh itu.
Kamu jangan tergoda dengan tampilan perempuan hina itu Maya, ingat, Nina tidak mencintai anakmu sama sekali.
Dia hanya menjadikan anak mu alat supaya ia merasakan nikmatnya jadi orang kaya.
Bisikan-bisikan jahat itu terus terdengar oleh Bu Maya yang sedang termenung.
" Mah, sore ini Hafsah akan datang. Hafsah papa suruh untuk menginap di sini untuk sementara waktu!"
Pak putra menghampiri sang istri yang masih termenung.
Ia turut merebahkan tubuh lelahnya di samping Bu Maya.
" Mah!"
Lelaki paruh baya itu menyenggol lengan sang istri dengan lembut
Reflek Bu Maya langsung menoleh menghadap sang suami
" Ada apa pah?"
" Ck, tadi papa ngomong ngga di dengerin?"
" Maaf pah!"
" Sore ini papa suruh Hafsah ke sini, ia juga papa suruh tinggal di sini untuk sementara!"
Mata Bu Maya membola mendengar pembicaraan sang suami.
Bu Maya tidak menyangka sang suami akan secepat itu bertidak.
"Papa ngga salah?"
" Ya nggak lah mah, dengan begini papa juga pengin lihat sejauh mana istri kesayangan Aldi itu berjuang mempertahankan rumah tangga nya."
Bersambung
Segini dulu yah, maaf bab ini pendek
Jangan lupa like dan komentar'y
Di tunggu....