Muridku Anak Dari Mantanku

Muridku Anak Dari Mantanku

Bab 1

"Aya .... Bangun! Sudah jam setengah lima." Suara ibu menggelegar di pagi buta.

"Bentar Bu, Aya masih ngantuk," sahut anak gadisnya itu dengan mata yang masih terpejam.

"Kalau kayak gini caranya, mana ada laki yang mau, perempuan tuh subuh bangun, bukan macam seperti ini Nak," cerocos ibu Aya.

"Bentar Bu, lima menit lagi," sahut anak gadisnya lagi.

Anjar pun langsung pergi ke dapur dengan mulut yang masih komat-kamit seperti Mbah dukun, tapi meskipun begitu Anjar termasuk ibu yang sangat peduli apalagi soal makanan, lihat saja wanita paruh baya itu dengan sigap memasak menu kesukaan sang anak setiap harinya, bahkan meskipun usia Aya sudah menginjak 26 tahun gadis itu selalu membawa bekal di sekolah.

"Aya ... Ayo cepat bangun, apa mau aku suruh Mang Karsa untuk melamarmu!" teriak Anjar dari dapur.

"Ogah Ibu, masak anak gadis Ibu yang cantik seperti ini mau di jodohkan sama bujang lapuk sih," tolak Aya yang langsung beranjak dari kasurnya.

"Ya makanya mandi, jangan molor terus entar Ibu datengin Mang Karsa baru tahu rasa Lo," ucap Anjar yang memang jago kalau urusan nakut-nakutin anak gadisnya.

"Iya, iya. Aya sudah bangun nih sudah ada di kamar mandi," kesal perempuan itu sambil menghentakkan kakinya dilantai.

Aya pun sudah selesai melakukan ritual mandinya di Subuh hari, tak lupa anak itu menjalankan ibadah wajibnya yang dua raka'at, setelah itu barulah dia menyiapkan materi yang akan dia ajarkan nanti untuk anak didiknya, di saat dia sedang mengemasi buku-buku kedalam tas tiba-tiba saja netra Aya melihat ke arah kalender yang sudah di lingkari dengan pena merah.

"Tanggal 22 Desember," gumam gadis itu.

Ya tanggal 22 Desember, merupakan hari kebahagiaan Aya, di enam tahun silam. Di mana di hari itu seorang pria berparas tampan dan dewasa telah menyatakan cintanya terhadap gadis yang masih duduk di bangku SMA.

Aya yang memang sudah lama suka dengan pria itu, akhirnya dia memutuskan untuk menerima cintanya, hingga mereka berpacaran selama lima tahun lamanya, tapi sayang kisah cinta Aya harus terhenti di karenakan sang kekasih di jodohkan dengan wanita yang memang setara dengannya.

"Gak nyangka sudah enam tahun saja, rasanya aku tidak percaya, bisa melewati hari-hari tanpa dirimu, ternyata kau memang orang yang susah ya? Susah untuk di lupakan, ha ha," monolog Aya, yang memang selalu menghibur dirinya sendiri dengan cara yang seperti itu.

"Udahlah dari pada mikirin masalalu yang menyakitkan lebih baik aku ganti baju dan dandan yang cantik," ucap Aya terhadap dirinya sendiri.

Pukul sudah memasuki jam enam pagi, ibu guru cantik itu, kini sudah bersiap untuk pergi ke sekolah, semua perlengkapan mengajarnya sudah di bawa tak luput juga bekal dari sang ibu, setelah itu barulah dia berpamitan dengan ibunya.

"Ibu, anak gadisnya mau berangkat ngajar dulu, doain ya Bu semoga Aya bisa menjadi guru yang baik, dan lebih sabar lagi menghadapi para krucil di sekolahan nanti," pinta Aya, terhadap ibunya.

"Iya Nak, ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk dirimu, dan ingat selalu menjadi guru yang baik dan ngemong terhadap anak didikmu yang masih krucil itu," sahut Anjar.

"Baik Bu, ya sudah Aya berangkat dulu," ucapnya sambil mencium tangan ibunya dengan takzim.

Saat ini Aya sedang menaiki sekuter metic-nya dengan kecepatan sedang, karena memang rute dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh sehingga membuatnya melaju dengan santai yang penting nyampek tujuan dengan selamat.

Sesampainya di sekolah Aya pun langsung masuk ke ruang guru dan saling sapa dengan rekan sesama profesinya itu.

"Selamat pagi Ibu Hanna," sapa Aya terhadap wanita yang menjadi kepala sekolah di TK Harapan Bangsa ini.

"Selamat pagi juga Bu Aya, oh iya gimana perkembangan Gista, apa dia masih murung dan tidak mau bersosialisasi dengan temannya?" tanya Hanna.

"Eeemb mungkin masih butuh waktu ya Bu, tidak bisa secara instan, anak itu harus butuh pendekatan agar lebih mudah lagi untuk diarahkan," sahut Aya.

"Oh baguslah Bu Aya, anda terlihat memiliki semangat untuk mendidik anak ini, soalnya dari sekolah sebelumnya gurunya pada mengundurkan diri, karena tidak tahan dengan sikap acuhnya dia," ucap Hanna.

"Seharusnya sebagai seorang guru kita harus siap jika di hadapkan dengan murid seperti Gista, menurutku Gista anak yang baik, hanya saja dirinya seperti anak yang kurang perhatian sehingga dirinya menjadi murung dan terkadang sibuk dengan dunianya sendiri," terang Aya.

"Itu bisa jadi, karena Ibu dari Gista dua tahun lalu telah meninggal dunia, dan keseharian anak itu hanya bersama pengasuhnya, itu sih setahuku, karena memang nenek dari Gista masih kerabat dekat dengan suamiku dan ayah dari Gista merupakan donatur terbanyak di sekolah ini," ucap Hanna yang diangguki oleh Aya.

Waktu mengajar sudah tiba seperti biasa sebelum mengajarkan anak-anak terlebih dahulu melakukan baris-berbaris dan juga bernyanyi setelah itu baru berdoa, hari ini ibu guru cantik itu sudah berdiri di depan anak-anak itu tandanya pelajaran akan segera di mulai.

"Assalamualaikum anak-anak, selamat pagi," sapa Aya kepada murid-muridnya.

"Walaikumsalam Ibu," sahut mereka dengan ceria, tapi tidak dengan murid yang satunya itu.

"Gimana kabar kalian hari ini?" tanya Aya yang di sahut serempak oleh muridnya.

"Alhamdulillah luar biasa Allahhu Akbar," sahut murid-muridnya.

"Pintar sekali! Anak-anak hari ini, kita akan belajar mengenali nama-nama hewan dan mewarnainya dengan warna yang kita sukai," terang Ayana.

"Baik, Ibu guru," sahut muridnya.

Setelah menerangkan kepada murid-muridnya Ayana mulai menggambar dan menulis beberapa nama hewan yang sudah dia cantumkan di papan tulis setelah itu barulah dia langsung berkeliling mendekat kepada anak didiknya agar mereka aktif dalam mengikuti pelajarannya dan tidak mengobrol sebelum tugas mereka selesai.

Cara seperti ini sudah dibiasakan Ayana sejak pertama kali menjadi guru, ketika dirinya sedang berkeliling ke bangku masing-masing murid, di sini netra Aya tertuju oleh satu murid yang hanya diam saja bahkan murid tersebut tidak melakukan apa yang sudah di perintah oleh Aya.

"Sayang, mana buku dan alat tulisnya?" tanya Aya, kepada salah satu muridnya.

Anak itu hanya terdiam sambil memainkan jemarinya, "Sayang, ayo keluarkan buku dan alat tulisnya," perintahnya kembali dengan nada yang lembut.

"Aku tidak bawa buku Bu," sahut anak tersebut sambil menahan air matanya.

"Kenapa Sayang?" tanya Aya, sedang anak kecil itu hanya menggelengkan kepalanya seperti ketakutan.

"Ya sudah kalau begitu ibu pinjamin buku ibu dulu ya," pungkas Ayana sambil melangkah ke arah mejanya.

Saat ini Aya tengah kembali ke meja anak tersebut, sambil menyerahkan bukunya, satu detik dua detik, tidak ada pergerakan apapun dari tangan anak tersebut sehingga membuat Aya harus bisa lebih mendekatkan diri lagi terhadap murid baru pindahan dari sekolah sebelah.

"Gista Sayang, ayo keluarkan pensilnya, Ibu kan sudah pinjamin buku sama Gista, sekarang saatnya Gista menulis," titahnya dengan penuh kesabaran.

Gista pun mulai merespon, anak itu mulai mengeluarkan pensilnya, dan mulai menulis dengan pelan. "Bagus Sayang seperti itu ya, lihat tulisanmu sangat bagus," puji Aya terhadap anak didiknya itu.

Kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan baik hingga jam pulang pun tiba. Anak-anak sekarang sudah keluar dan pulang dengan di jemput orang tuanya masing-masing, tapi tidak dengan Agista.

Sejak pertama masuk ke sekolah ini, Agista selalu di jemput dengan waktu yang terlambat, entah apa yang dikerjakan pengasuhnya itu sehingga sering kali dirinya membuat Gista terlantar seperti ini.

"Sayang, kenapa masih belum pulang?" tanya Aya, yang mencoba mendekat ke arah Gista. "Sayang kalau di tanya itu harus jawab," imbuh Aya.

"A-ku, nunggu jemputan," sahut Gista dengan nada gugupnya.

"Memangnya siapa yang selalu jemput Gista?" tanya Aya.

"Mbak Susi dan Mang Kosim," jawab bocah tersebut.

Aya pun langsung terdiam karena memang dia tahu kalau anak itu sehari-hari hanya diantar dengan sopir dan pengasuhnya saja, bahkan semenjak Gista masuk ke sekolah ini tidak terlihat batang hidung dari orang tuanya ataupun keluarga yang lain sebagai perwakilan.

'Sayang, malang sekali nasibmu Nak, meskipun kau terlahir dari keluarga berada tapi kelihatannya kamu seperti anak yang kurang perhatian,' gumam Aya dalam hati.

Aya masih menunggu menemani anak itu duduk di kursi halaman sekolah, hingga tanpa dia sadari anak kecil itu memberikan perhatian kecil yang berbentuk ucapan.

"Ibu, kenapa tidak pulang?" tanya Gista yang membuat Ayana menjadi senang, dengan perhatian kecil dari anak didiknya itu.

"Ibu sedang menemani Gista, sampai Gista di jemput oleh Mang Kosim dan pulang dengan selamat," sahut Aya.

"Tapi sebentar lagi turun hujan, nanti badan Ibu sakit terkena air hujan," terang Gista.

"Iya sih, tapi kan ibu bawa jas hujan nanti tinggal pakai saja, kalau sedang hujan," sahut Aya.

Tidak lama kemudian akhirnya jemputan Gista pun datang, Aya begitu kaget melihat penampilan dari pengasuh Gista yang terlihat begitu acak-acakan, dan yang lebih membuat Aya heran dia memperlakukan Gista dengan cara yang kasar dan dingin.

"Sudah pulang?" tanya pengasuh tersebut, tanpa basa-basi meskipun di sampingnya ada Aya.

"Sudah Mbak," sahut Gista.

"Ya sudah! sana, masuk ke mobil, jangan ngadu sama orang rumah ya, kalau aku telat menjemputmu," ucap pengasuh tersebut yang masih terdengar oleh telinga Aya.

Saat ini Aya hanya bisa menatap punggung Gista yang semakin jauh dari pandangannya

"Iih dasar pengasuh tidak tahu diri, sudah dikasih pekerjaan enak malah dimanfaatkan begitu saja, beruntung ada Gista kalau tidak pasti sudah ku jitak itu kepalamu," kesal Aya terhadap pengasuh Gista.

Catatan penulis:

Assalamualaikum Kakak. Sudah lama tak pernah nongol semoga saja semua sehat dan mau berkenan di cerita baruku.

Terpopuler

Comments

CintaAfya

CintaAfya

wa'alaikumsalam... kk mampir di sini thor.... awal cerita yg bagus...terus semangat thor utk berkarya dan update nya 🥰

2024-11-24

2

Morna Simanungkalit

Morna Simanungkalit

masih cerita pertama tapi sangat menarik tetap semangat ya thor.

2024-12-12

1

(⁠✿⁠ Eli priwanti^⁠‿⁠^⁠)

(⁠✿⁠ Eli priwanti^⁠‿⁠^⁠)

waalaikumsalam, cie..cie nonggol lagi nih 🤭

2024-11-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!