Sebuah kecelakaan merenggut pengelihatannya. Dia merupakan dokter berbakat yang memiliki kecerdasan tinggi, tampan dan ramah menjadi pemarah.
Beberapa perawat yang dipekerjakan selalu menyerah setiap satu pekan bekerja.
Gistara, gadis yang baru lulus dari akademi keperawatan melamar, dengan gaji tinggi yang ditawarkan dia begitu bersemangat. Hampir menyerah karena tempramen si dokter, namun Gista maju terus pantang mundur.
" Pergi, adanya kamu nggak akan buatku bisa melihat lagi!"
" Haah, ya ya ya terserah saja. Yang penting saya kerja dapet gaji. Jadi terserah Anda mau bilang apa."
Bagaimna sabarnya Gista menghadapi pasien pertamanya ini?
Apakah si dokter akan bisa kembali melihat?
Lalu, sebenarnya teka-teki apa dibalik kecelakaan yang dialami si dokter?
Baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter dan Perawat 22
" Haaah capeknya, ternyata beneran capek ya begitu," keluhnya.
Seorang wanita melemparkan tas lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Dia tertawa kecil sambil menutup matanya dengan lengan. Tampaknya dia benar-benar menikmati kesehariannya itu. Atau bisa dibilang dia saat ini sedang berada di masa paling menyenangkan dalam hidupnya.
Lalu apakah dia merasa khawatir akan sesuatu hal? Lumrahnya sih begitu, tapi agaknya wanita itu tidak atau lebih tepatnya mengacuhkan perasaan khawatirnya itu. Apalagi saat ini dia mengetahui bahwa semuanya baik-baik saja sesuai apa yang dia inginkan.
" Ughhh rasanya beneran bebas. Tapi sumpah ya, mulut gue kaku harus senyam senyum, ihaak ihiiik. Pura-pura, hmmm ternyata nggak buruk juga, meskipun capek tapi lumayan nyenengin karena bisa lihat dia begitu.
Drtzzz
Suara ponsel miliknya jelas terdengar. Wanita itu meraih tasnya tanpa bangun dari posisi tidurnya. Ia mengambilnya dan melihat kira-kita siapa yang telah menghubunginya.
" Tck, ngapain sih telpon? Kan uangnya udah gue kasih. Double lagi, jadi stop ngehubungin gue. Lo bener-bener nggak bisa bikin gue tenang."
" Tck tck tck, galak amat sih. Gue cuma kangen tahu sama lo. Ya kali lo nggak kangen sama gue. Jangan habis manis sepah dibuang dong. Jadi aku, aku boleh ke tempatmu nggak. Kalau nggak berarti kamu yang ke tempatku, malam ini."
Wanita itu membuang nafasnya kasar. Jika panggilan dari lo gue menjadi aku kamu, maka berarti pria di seberang sana saat ini sedang mengancamnya.
" Haaah, ya udah lo aja yang ke sini. Gue capek banget hari ini banyak pasien yang harus operasi. Bisa pulang aja udah sukur."
" Okee, tunggu aku Eida sayang, aku akan melepaskan semua rasa lelah mu itu."
Tuuuut
Telpon ditutup dan Eida langsung melemparkan ponselnya ke arah yang lain sisi tempat tidurnya. Senyum yang tadi menghiasi bibir kini lenyap sudah dan berganti dengan rasa kesal.
Malam ini Eida berencana tidur lebih awal karena pekerjaannya yang begitu banyak semenjak Haneul mengalami kecelakaan. Akan tetapi sepertinya malam ini tidak begtu, dia pasti tidak akan bisa mewujudkan keinginannya tersebut. Orang yang tadi menghubunginya pasti akan sangat mengganggunya.
Ting tong
Suara bel pintu apartemen terdengar nyaring. Eida dengan sangat enggan melenggang ke arah pintu untuk membukanya.
" Hay babe?"
" Masuk, jangan kebanyakan ulah lo Frans. Bab beb bab beb, gue bukan bebeb lo." Eida menyahut dengan sangat kesal. Harinya sudah sangat lelah, dan pria yang bernama Frans semakin menambah rasa lelahnya.
" Tck tck tck, jangan galak-galak apa sayang. Kayaknya hidupmu tambah enak aja ya. Hmmm pasti lah secara gitu lho," sindir Frans. Sebenarnya bukan menyindir tapi Frans secara terang-terangan memang bicara demikian.
Frans, pria yang menghubungi Eida dan memanggilnya sayang mungkin merupakan rekan Eida. Frans memang sering bertemu dengan Eida karena sebuah urusan. Tepatnya sesuatu yang membuat mereka harus dekat seperti ini.
Sebenarnya Eida sudah enggan untuk bertemu dengan Frans. Tapi dia terpaksa. Pasalnya Fran selalu mengancamnya atas sesuatu.
" Jadi bolehkah?" ucap Frans semabri mengulurkan tangan. Dia ingin membelai wajah Eida.
" Jangan ngaco lo, hubungan kita nggak seperti itu sampai lo mau nyentuh gue. Perjanjian kita, lo gue kasih duit. Jadi jangan nglunjak."
" Hahai, it's oke gue ngerti kok. Gue kan cuma bercanda. Lagian gue juga punya cewek. Nah gue butuh duit sekarang."
Eida sudah tahu kalau ujung-ujungnya begini. Dia tahu kalau Frans hanya membutuhkan uang. Meski dia sudah memberikan bayaran tapi ternyata pria iyu tidak cukup puas.
" Lo udah nyalahin perjanjian kita Frans. Gila lo ya, udah berapa yang lo minta dari gue."
" Gue janji, ini yang terakhir. Gue beneran butuh. Setelah ini gue beneran nggak bakalan nyari lo lagi."
Eida tidak langsung percaya, dia memicingkan mata terhadap perkataan Frans. Tapi kali ini wajah Frans sungguh serius. Dia terus memohon dan berkata bahwa ini adalah untuk yang terakhir kalinya.
" Oke kalau gitu. Tapi bener lo ya, ini terakhir. Kalau lo masih ganggu gue lagi, asli gue bakalan bikin lo kapok. Gue juga bisa ngelakuin sesuatu biar lo mingkem selamanya."
Gluph
Frans menelan saliva nya dengan susah payah. Selama ini yanh doa tahu Eida begitu mudah ditekan dan dipojokkan. Tapi ekspresi wajah dari Eida kali ini penuh dengan penekanan dan membuat Frans merinding.
Sebuah hal yang baru Frans sadari, bahwa Eida adalah wanita yang benar-benar tidak bisa diprediksi. Dia bisa melakukan hal yang menakutkan.
Tapi kalau dipikir-pikir itu adalah sesuatu yang pasti. Jika tidak menakutkan, Eida tidak mungkin meminta Frans melakukan sesuatu yang tidak pernah ia duga sama sekali.
" Nih, sekarang lo pergi deh. Gue beneran capek banget."
" Hmmm, thanks babe. Senang berbisnis dengan Anda."
Tak tak tak
Cekleeek
Braaak
Eida langsung menutup pintu apartemennya dengan sangat keras. Ia sangat lelah dan juga kesal. Rasanya ia ingin sekali memaki dan memukul Frans. Namun tentu dia tidak bisa melakukan itu.
Eida masih memiliki rasa takut. Lebih tepatnya rasa takut itu muncul setiap kali Frans datang atau menghubunginya. Ia takut kalau apa yang ia sembunyikan selama ini dibongkar oleh Frans.
" Haah, sudahlah. Ayo tidur, besok pekerjaan banyak sudah menanti. Tapi itu akan jadi menyenangkan bukan?"
TBC
Lanjuut