Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan mertua
Saat Zia kembali kerumahnya, ia sudah melihat mobil suaminya.
"Sudah pulang dia," ucap Zia.
Zia langsung masuk kedalam rumahnya, terlihat sang ibu mertua berada disamping suaminya.
"Dari mana, kenapa pulangnya larut malam sekali?" tanya Rangga.
"Tadi ada teman ke resto, mas" jawab Zia.
"Tapi kamu harus tahu waktu dong, suami pulang kerumah, kamu tidak ada," ujar Rangga.
"Sudah Rangga, jangan mempermasalahkan itu, Zia juga bekerja," sahut bu Minah.
"Dasar tua bangka! Giliran didepanku bisa-bisanya membela, giliran dibelakangku, ngomongin," gumam Zia.
"Ibu terlalu memanjakan menantu ibu tuh," ujar Rangga.
"Zia jugakan anak ibu," jawab bu Minah.
"Cih, benar-benar muak dengan drama mereka," gumam Zia.
"Aku masuk kamar dulu," ucap Zia.
"Tidak ada sopan santun, masak untuk ibu!" titah Rangga.
"Jangan nak, biar ibu saja," jawab bu Minah.
"Tapi, bu.." sahut Rangga.
"Biarkan Zia istirahat, dia sudah lelah bekerja seharian," jawab bu Minah.
"Kamu harus bersyukur, mempunyai mertua seperti ibuku," ucap Zia.
"Sudah seharusnya, karena kalian juga hidup dari uangku," sahut Zia.
"Zia..." teriak Rangga.
"Kenapa, mas?" tanya Zia.
"Memang kenyataankan, selama ini kamu memang numpang hidup, bekerja diperusahaan keluargaku, jadi sudah seharusnya kalian bersikap baik," sambung Zia.
"Tarik ucapanmu, Zia" titah Rangga.
"Ucapan mana yang harus aku tarik? Seharusnya kamu memang sadar diri, jadi sangat disayangkan, kalo kamu melakukan kesalahan yang fatal, dibelakang aku. Hidup kamu dan juga keluargamu, akan hancur," ucap Zia.
Zia langsung berlari kekamarnya, karena tidak mau mendengar ucapan suaminya.
Selepas kepergian Zia.
"Kenapa sekarang istrimu, jadi berani?" tanya bu Minah.
"Entahlah bu," jawab Rangga.
"Mungkin dia sedang cape, makanya kalo dia baru pulang, jangan banyak ditanya," ucap bu Minah.
"Sebenarnya aku sudah muak, hidup dengan dia, karena aku tidak mencintainya, bu" ucap Rangga.
"Bertahan sebentar lagi, kita belum mendapatkan apa-apa," ujar bu Minah.
"Memangnya, ibu masih sanggup, berpura-pura baik dengan dia?" tanya Rangga.
"Ibu juga sudah muak, karena ibu tidak menyukainya, dia wanita sombong dan juga arogan," jawab bu Minah.
"Tapi setidaknya, kita harus mendapatkan apa yang kita inginkan, merebut semua harta milik istrimu," sambung bu Minah.
"Aku akan berusaha, dan akan memaksa Zia memberikan semuanya, termasuk jabatan di perusahaannya," ucap Rangga.
"Bagus Rangga, kuras harta istrimu, biar kita bisa hidup enak," ujar bu Minah.
Dua manusia, anak dengan ibunya. Memiliki niat akan merebut hak orang lain, tanpa mereka sadari, mereka benar-benar menghancurkan harga dirinya.
"Pastikan, istrimu selalu minum pil KB nya," ucap bu Minah.
"Setiap kali akan melakukan itu, aku selalu menyuruh dia minun pil KB nya, lagian kami jarang sekali melakukan itu, aku tidak memiliki hasrat dengannya, mungkin karena aku tidak mencintainya," jawab Rangga.
"Bagus, ingat kamu sudah memiliki anak dengan Lena," ucap bu Minah.
"Aku akan selalu mengingatnya, bu. Lena wanita yang sangat aku cintai," jawab Rangga.
Pembicaraan mereka, tidak sengaja Zia dengar, niat ingin keluar untuk makan, tapi dikejutkan dengan pembicaraan keduanya.
Zia kembali kedalam kamarnya, menutup pintu kamar miliknya, sungguh Zia tak menyangka nasib nya akan tragis.
"Dari semua wanita dibumi ini, kenapa harus aku, yang tidak bisa dicintai, apa aku seburuk itu?" ucap Zia.
Zia menganggap dirinya seburuk itu, karena tidak bisa dicintai oleh suaminya.
"Apa tidak ada ruang dihatimu, untuk mencintai aku, mas" ucap Zia, tersenyum getir.
"Apa yang sudah aku lakukan, kenapa kamu tidak bisa mencintaiku, apa selama satu tahun pernikahan, dan satu tahun menjalani hubungan, kamu benar-benar tidak pernah mencintai aku?" ucap Zia.
Zia benar-benar tidak menyangka, kalo suami yang sangat ia cintai selama ini, tidak pernah mencintainya.
Zia selalu merasa beruntung, karena memiliki suami yang sederhana seperti Rangga, tidak pernah menuntut apapun dengan Zia.
Namun saat Zia mengetahui semuanya, rasa beruntung itu menjadi sebuah bencana, ketika mendengar suaminya tak pernah mencintai dirinya.
"Pantas selama ini kamu tidak pernah menuntut aku ini itu, mas. Ternyata kebenarannya, karena kamu tidak pernah mencintai aku," ucap Zia.
"Pantas, kamu selalu mengatakan belum siap memiliki anak, karena umur kita masih terlalu muda, dan katamu. Ingin menikmati masa pernikahan kita, tapi nyatanya, kamu memiliki anak dengan perempuan lain," kata Zia.
Saat Zia sedang merenungi, setiap kejadian dalam hidupnya, perlakuan suami dibelakang nya, tiba-tiba pintu diketuk.
Tok..
Tok..
Zia langsung membuka pintu kamarnya, terlihat sang suami tersenyum melihat kearahnya.
Lalu Rangga masuk kedalam kamar.
"Aku minta maaf, tadi membentakmu," ucap Rangga.
Zia tidak menjawab.
"Zia, kamu masih marah denganku?" tanya Rangga.
Zia menghela nafas.
"Tidak apa-apa, mas" jawab Zia.
"Kenapa?" tanya Rangga.
"Tidak apa-apa, hanya sedikit lelah," jawab Zia.
"Mau aku pijitin?" tanya Rangga.
"Tidak usah," jawab Zia.
"Kamu yakin?" tanya Rangga.
"Aku yakin," jawab Zia.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Rangga, menatap aneh kearah Zia.
"Istri mana yang baik-baik saja, saat tahu, suaminya tidak pernah mencintainya, dan juga sudah mengkhianati dirinya," gumam Zia.
"Ah, aku baik-baik saja," jawab Zia tersenyum.
"Syukurlah, kalo lelah, sudah jangan bekerja dulu," ucap Rangga.
"Resto tidak ada yang menjaga, aku harus bertanggung jawab," jawab Zia.
"Tapi kamu memiliki banyak karyawan, serahkan semuanya dengan mereka," ujar Rangga.
"Mas, tidak semua orang dapat dipercaya, bahkan orang-orang yang sudah dekat dengan kita, bisa saja mengkhianati kita, jadi aku tidak mau terjadi seperti itu," jawab Zia.
Rangga langsung terdiam, kala mendengar ucapan istrinya.
"Kamu kenapa, mas?" tanya Zia.
"Ah t-tidak," jawab Rangga, gugup.
"Kamu tidak mengkhianati aku kan, mas?" tanya Zia.
"Jangan ngaco kalo bicara," ucap Rangga.
"Jawab aku!" kata Zia.
"Aku tidak akan mengkhianati kamu, mana berani. Aku mencintai kamu," ucap Rangga.
"Kalo dulu, aku merasa bahagia mendengar kata cinta darimu, tapi sekarang rasanya muak sekali mendengarnya," gumam Zia.
"Kamu tidak percaya, dengan suami kamu?" tanya Rangga.
"Percaya kok mas, mana mungkin kamu menduakan aku, sedangkan kamu hidup menumpang denganku, bekerja diperusahaan keluargku," jawab Zia, sengaja ia mengatakan hal itu, Zia mau melihat bagaimana reaksi suaminya.
Rangga mencekal tanganya, tidak terima dengan ucapan Zia.
Namun Rangga, mengingat perkataan sang ibu, kalo ia harus sabar menghadapi Zia.
"Kenapa, mas?" tanya Zia.
"Ayo tidur, sudah malam," ucap Rangga.
Zia menghela nafas.
"Aku tahu, kamu bersikap seperti itu, agar aku tidak curiga dengan kebusukanmu," gumam Zia.
Zia tak banyak bicara, ia memutuskan tidur, karena esok hari akan ke restoran nya.
***
bakal berusaha trs mengganggu hdp zia trs
cepat sembuh zia