NovelToon NovelToon
Akankah

Akankah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Pendekar Cahaya

Silva, Marco dan Alex menjalin persahabatan sejak kelas 10. Namun, saat Silva dan Marco jadian, semuanya berubah. Termasuk Alex yang berubah dan selalu berusaha merusak hubungan keduanya.
Seiring berjalannya waktu, Alex perlahan melupakan sejenak perasaan yang tidak terbalaskan pada Silva dan fokus untuk kuliah, lalu meniti karir, sampai nanti dia sukses dan berharap Silva akan jatuh ke pelukannya.
Akankah Silva tetap bersama Marco kelak? Atau justru akan berpaling pada Alex? Simak selengkapnya disini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pendekar Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 22 (Latihan)

Marco sudah siap dibelakang kemudi. Zea juga sudah memasukkan semua peralatan tennis di bagasi, lalu duduk di kursi depan, disamping Marco. Sementara Silva mengemudikan mobilnya sendiri, sekalian setelah dari lapangan tennis dia langsung pulang ke rumahnya.

Mobil Zea jalan lebih dulu, lalu disusul mobil Silva dibelakangnya. Mereka menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam, karena jarak yang cukup jauh dari rumah Zea.

"Oh iya, Ze, pacarmu gak kamu kabari, yah... Biar ada yang nyemangatin gitu pas latihan" kata Marco yang tetap fokus menyetir.

"Kan tadi dia bilang gak bisa pas kita ketemu dia di mall, mau temani omnya kan" jawab Zea.

"Oh iya yah, aku lupa" Marco baru teringat. Namun, tak jauh dari lampu merah, tempat mobil Zea berhenti saat ini, dari arah berlawanan, terlihat sosok seorang pria yang cukup familiar sedang berbonceng dengan seorang wanita. Zea mencoba menajamkan pandangannya dan mencoba mencari tahu, apakah benar dengan dugaannya ataukah hanya sekedar prasangkanya saja.

Saat lampu sudah hijau, para pengendara kembali melajukan kendaraannya perlahan. Saat motor itu melintas disamping mobilnya, Zea melihat dengan jelas wajah pria yang dia curigai itu. Zea sangat terkejut saat melihatnya dan benar saja seperti yang dia sangka. Pria itu adalah kekasihnya.

"Hardi! Katanya mau temani omnya yang dari Singapura untuk jalan-jalan, tapi, malah boncengan sama perempuan lain, dasar pembohong!" Zea kesal karena kekasihnya itu berbohong padanya.

"Co, kejar motor itu sekarang, aku pengen labrak dia" pinta Zea.

"Tapi, Ze, kalau kita putar balik, kamu bisa-bisa telat untuk latihan, sekarang aja udah jam 3 lewat 15 menit, sementara kamu latihannya jam 4, apalagi hari ini kamu bilang ini penentu siapa yang mewakili sekolahmu untuk turnamen itu, masa kamu mau relakan itu cuma buat ngejar pacar kamu, setelah latihan kan bisa temui dia dan minta penjelasan dari dia, kamu harus ingat dengan impian kamu untuk jadi atlet tennis profesional, inilah batu loncatannya" Marco mengingatkan Zea.

"Sekarang kamu fokus dulu latihannya, oke" lanjut Marco. Zea pun menuruti perkataan Marco dan melanjutkan perjalanan menuju ke tempatnya latihan.

Zea terus saja memikirkan tentang identitas wanita yang dibonceng oleh kekasihnya itu. Marco terus mengingatkan Zea, agar fokus pada latihannya hari ini dan tidak memikirkan hal yang lain dulu.

Mobil Zea sudah memasuki area parkiran. Zea dan Marco turun dari mobil. Tak lupa menurunkan peralatan tennis dari mobil.

Saat Zea berjalan masuk ke lapangan, secara tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya dan menumpahkan minuman ke kaos yang dipakai oleh Zea untuk latihan hari ini.

"Ups! Sorry, gak sengaja" katanya dengan santai.

"Kamu kenapa sih, Je, tiap berpapasan selalu saja seperti ini, kamu ada masalah apa sama aku?" Zea menatap lawan bicaranya itu dengan tajam.

"Aku kan udah bilang sorry, kok kamu malah kayak gitu sih, gimana sih" katanya dengan raut wajah kesal.

"Udahlah, malas aku kelamaan disini, bye" wanita itu pun berlalu begitu saja.

"Ngeselin banget sih itu cewek, rasanya pengen aku jambak rambutnya, mana ini kaos yang mau aku pake lagi untuk latihan, gimana ini" gerutu Zea.

"Kamu gak bawa baju ganti?" Tanya Marco.

"Untungnya aku selalu bawa baju ganti, buat antisipasi hal-hal yang tidak terduga seperti barusan" kata Zea.

"Ya udah, kamu tolong pegang ini dulu yah, aku mau ke toilet buat ganti baju" Zea menyerahkan tasnya yang berisi raket pada Marco.

"Iya, aku tunggu disini kalau gitu" Marco menerimanya. Zea pun segera berlalu menuju toilet, karena kurang dari setengah jam latihan akan dimulai.

"Yang, kamu ngapain disini? Trus Zea mana?" Tanya Silva yang tidak melihat keberadaan Zea.

"Zea ke toilet, mau ganti baju, soalnya baju yang dia pakai tadi kotor abis ketabrak sama seseorang terus minumannya tumpah di bajunya Zea" terang Marco. Silva hanya mengangguk saja.

"Maaf, kalian siapa yah? Terus ini nenteng tas milik Zea" seseorang datang dan menghampiri Silva dan Marco.

"Iya, pak, ini memang tasnya Zea, Zea lagi ganti baju di toilet, paling bentar lagi kembali" jawab Marco.

"Ya udah kalau gitu, tasnya Zea biar aku aja yang bawa yah, nanti kalau dia udah kembali bilang ke dia langsung kedalam aja, bilang juga kalau tasnya udah dibawain sama pak Miko pelatih disini" katanya dan mengambil tas milik Zea dari tangan Marco. Marco pun menyerahkannya dan percaya saja dengan ucapan pria itu.

Sekitar 10 menit kemudian, Zea kembali dari toilet dan kembali menghampiri Marco serta Silva, setelah sebelumnya menyimpan pakaian kotornya didalam mobil.

"Yuk, kita masuk" ajak Zea.

"Oh iya, tas aku mana?" Tanya Zea memperhatikan tangan Marco yang tidak menenteng apapun.

"Tadi udah dibawain sama pak Miko, katanya pelatih disini, tadi dia ngelihat kita disini, jadinya dia yang bawain tas kamu, dia juga udah nungguin kamu didalam" terang Marco.

"Oh... Gitu" jawab Zea singkat. Terlihat raut wajah Zea berubah seketika saat tahu kalau tasnya yang dia titipkan pada Marco dibawa oleh Miko, pelatih yang selalu saja berusaha cari perhatian Zea. Zea tahu kalau pelatihnya melakukan itu karena dia suka padanya. Tapi, Zea tidak pernah menggubrisnya sedikitpun.

"Kamu kenapa, kok kayak gak suka gitu saat aku sebut nama pak Miko?" Tanya Marco yang menyadari perubahan sikap Zea.

"Gak, gak apa-apa, ya udah yah, aku kedalam dulu, kalau mau nonton, kamu sama Silva bisa langsung ke tribun penonton, bebas kok nonton disitu" kata Zea dan berlalu masuk, karena latihannya akan segera dimulai.

Zea dan beberapa pemain beserta pelatih mereka sudah berada di lapangan. Hari ini diadakan latihan terakhir sekaligus penentuan siapa yang akan mewakili SMA CB di turnamen tennis antar SMA.

"Untuk kalian berlima, mohon keseriusannya yah, karena ini penentuan siapa yang akan mewakili sekolah kita dan berharap sekolah kita kembali merebut gelar juara lagi setelah terakhir kali 7 tahun yang lalu juara, jadi, saya harap kalian melakukan yang terbaik" kata Miko, selaku pelatih untuk atlet tennis putri.

Zea dan keempat orang lainnya mulai melakukan pemanasan dan bersiap untuk memulai latihan sekaligus penentuan siapa yang mewakili sekolah mereka.

Selama kurang lebih 2 jam latihan berlangsung. Miko memperhatikan semua atletnya dan tampak sudah menentukan pilihannya pada satu orang. Kelima atletnya itu berkumpul di pinggir lapangan.

"Oke, saya sebagai pelatih kalian, saya bangga sama kalian semua dan saya sudah menentukan nama yang akan jadi wakil sekolah kita" Miko menatap para atletnya.

"Saya mohon maaf untuk yang belum terpilih hari ini, jangan berkecil hati, siapa tahu nanti ada turnamen yang lain atau ada seleksi untuk jadi atlet nasional, saya bisa rekomendasikan kalian, yang terpenting kalian jangan lelah untuk terus berlatih dan meningkatkan skill kalian" Miko menambahkan.

"Baik, langsung saja saya umumkan, yang terpilih adalah....." Miko menghentikan perkataannya, yang membuat Zea dan yang lainnya berdebar-debar.

1
Raska Dipsy
itu tergantung dri feeling sih sbnrnya 😁
NT.RM
kadang suka ketebak sih curi curi orang naksir kita. tp, kadang gak bisa yakin 100% 😁😁
NT.RM
Hah?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!