Shakila Anara Ainur adalah gadis yang sedang dalam proses hijrah.
Demi memenuhi permintaan wanita yang sedang berjuang melawan penyakitnya, Shakila terpaksa menjadi istri kedua dai muda bernama Abian Devan Sanjaya.
Bagaimana kehidupan Shakila setelah menikahi Abian? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
Shakila akhirnya merasakan salat berjamaah dengan laki-laki yang sekarang menjadi suaminya. Biasanya Ia salat sendiri di dalam kamar, tapi salat Isya hari ini ada Abian dan Zahra yang menemaninya salat.
"Assalamu'alaikum wa rahmatullah, Assalamu'alaikum wa rahmatullah," satu imam dengan dua makmumnya itu mengakhiri salat mereka dengan mengucap salam.
Mereka salat di mushola kecil yang memang sengaja disediakan di rumah itu. Meskipun ruangannya kecil, tapi cukup untuk mereka bertiga salat.
Setelah selesai berdzikir dan berdoa, Abian membalikkan badannya menghadap kedua istrinya. Ia membiarkan Zahra mencium tangannya, lalu membalas dengan mencium kening istri tercintanya itu.
"Kamu juga Shakila," Abian menyodorkan tangannya pada Shakila supaya Shakila melakukan hal yang sama seperti yang Zahra lakukan terhadapnya.
"Oh?" Shakila menatap wajah Abian dan tangan Abian yang terulur kearahnya secara berganti.
Shakila ragu untuk mencium tangan Abian di hadapan Zahra karena mungkin itu akan menyakiti hatinya.
"Mas Abian ingin kamu mencium tangannya, Shakila," bisik Zahra di telinga Shakila saat melihat Shakila tidak kunjung mencium tangan suami mereka.
"Oh iya, mba," Shakila akhirnya meraih tangan Abian dan mencium tangan itu.
Shakila sebenarnya mengerti maksud Abian, Ia hanya kaget Abian akan memintanya mencium tangan di depan Zahra.
Shakila pikir Abian hanya memintanya mencium tangan, tapi ternyata Abian juga mencium keningnya persis seperti yang Abian lakukan pada Zahra.
Untuk pertama kalinya Shakila merasakan dicium kening oleh laki-laki dan laki-laki itu adalah pasangan halalnya.
Meskipun berstatus istri kedua, setidaknya Shakila tidak menikahi suami orang dengan jalan yang salah dimata Tuhannya.
"Hari ini mas tidur di kamar Shakila," belum selesai dengan keterkejutannya dicium Abian, sekarang Abian mengatakan sesuatu yang lebih mengejutkan.
Setelah malam pertama mereka yang terlewatkan karena Abian harus membawa Zahra ke rumah sakit, sekarang tiba-tiba Abian mau tidur dengannya.
"Kalau begitu aku ke kamar duluan ya, kasihan Khansa sendirian di kamar," Zahra duluan pergi ke kamar meninggalkan Abian dan Shakila disana.
Ada perasaan tidak enak dalam hati Shakila saat Zahra pamit pergi ke kamarnya. Entah apa yang istri pertama suaminya itu rasakan saat mengatakan suami mereka ingin tidur dengannya.
Setelah Zahra pergi, Abian dan Shakila tidak langsung pergi ke kamar. Mereka terdiam cukup lama di mushola kecil mereka.
"Mas, kamu tidur di kamar mba Zahra saja," ucap Shakila setelah sekian lama terdiam.
"Malam ini mas tidur di kamar kamu," tegas Abian. Ia heran kenapa istri-istrinya tidak ada yang mau tidur dengannya.
Sebelum melaksakan salat, Abian terlibat pembicaraan dengan istri pertamanya. Zahra memintanya tidur di kamar Shakila dan mengingatkan apapun yang Abian lakukan terhadapnya, Abian juga harus melakukan hal yang sama terhadap Shakila.
Abian melakukan apa yang Zahra minta, tapi didasari dengan kemauan dalam hatinya. Ia mengetahui dan memahami apa yang sepatutnya dilakukan suami dengan dua istri, apalagi mereka tinggal bersama.
"Yaudah," Shakila mengatakan hal yang membuat kening Abian berkerut.
"Kamu tidak mau tidur dengan mas?" tanya Abian spontan.
Melihat bagaimana Shakila mengatakan 'yaudah' membuat Abian merasa istri keduanya itu 'terpaksa' mau tidur dengannya.
"Bukan tidak mau," Shakila dengan cepat menyangkalnya supaya suaminya tidak salah paham, "ayo, ke kamar."
Shakila beranjak lebih dulu kemudian mengulurkan tangannya pada Abian untuk membantunya berdiri. Ia tidak ingin Abian benar-benar berpikir bahwa dirinya tidak mau tidur dengan Abian.
Shakila dan Abian tidak saling mencintai, tapi ada Allah SWT di dalam hati mereka yang membuat mereka bersikap layaknya suami istri.
"Kamu tidak akan kuat," Abian beranjak sendiri kemudian menggandeng Shakila menuju kamar.
Jika Shakila bukan istrinya, Abian tidak akan mau melakukan itu, tapi Abian melakukannya karena Shakila istri yang sepatutnya mendapat cinta darinya. Begitulah peraturan Tuhan.
-
-
Shakila dan Abian berada dalam satu selimut yang sama. Belum ada yang mengantuk diantara mereka, baik Shakila maupun Abian hanya menatap langit-langit kamar dalam keheningan.
Tidak berselang lama, Abian menoleh melihat Shakila yang masih menatap langit-langit kamar. Wajah istri keduanya itu nampak tegang padahal mereka hanya tidur di ranjang yang sama.
"Shakila, kemarilah," ucap Abian memecah keheningan.
Abian meminta Shakila mendekat karena Shakila yang sengaja memberi jarak seakan tidak mau berdekatan dengan suaminya.
"Iya, mas," Shakila bergeser sedikit demi sedikit ke dekat suaminya, tapi tetap memberikan jarak yang membuat Abian gregetan.
"Lebih dekat lagi, kamu bisa jatuh kalau tidur diujung kasur," ucap Abian.
Posisinya sekarang Abian berbaring ditengah kasur sementara Shakila berada dekat sekali dengan ujung ranjang. Geser pun tidak membuat Shakila berubah posisi, hanya sedikit lebih dekat dengan Abian.
"Iya," Shakila kembali bergeser tapi masih belum dekat Abian.
Alhasil, karena Abian sudah sangat gregetan melihat Shakila yang tidak kunjung mendekat, Abian akhirnya menarik tubuh Shakila kemudian memeluknya.
"Tidurlah," ucap Abian masih dengan posisi memeluk Shakila.
Shakila boro-boro bisa tidur, tubuhnya yang kaku sekarang terasa semakin kaku. Pertama kali dipeluk diatas ranjang oleh laki-laki membuat jantungnya berdecak tidak seperti biasanya.
"Besok pagi tolong bangunkan mas jika saat adzan subuh mas belum bangun," pintanya.
"Iya, mas."
-
-
Di sepertiga malam terakhir, Adam dan Shakila melaksanakan salat tahajud di waktu yang sama dan di tempat yang berbeda.
Adam mengganti doanya kepada Allah SWT, sekarang Ia tidak meminta Shakila menjadi miliknya, tapi meminta supaya Allah SWT selalu melindungi Shakila.
"Ya Allah, aku tahu cintaku tidak gagal. Aku berhasil mencintai dengan aturan engkau, aku hanya gagal memiliknya dalam hidupku. Maka dari itu ya Allah, tolong engkau lindungi dia dan cintailah dia. Aku sudah tidak bisa lagi mencintainya karena dia sudah menjadi istri orang lain," itulah doa yang Adam panjatkan pada Allah SWT.
Sementara itu,
Shakila kembali menangis dalam doanya karena mengingat dosa-dosanya. Sebelum hatinya dipenuhi cinta kepada Allah, Shakila pernah memenuhi hatinya dengan kebencian terhadap dunia dan manusia. Shakila tidak tahu sudah sebanyak apa dosanya sekarang.
Abian yang saat itu terbangun terdiam melihat Shakila menangis. Entah apa yang sebenarnya sedang istrinya itu tangisi, tapi suaranya menyakiti hatinya.
"Mas, kamu sudah bangun?" cicit Shakila setelah selesai dengan permohonan ampun atas dosanya dan melihat suaminya duduk di ranjang.
"Kemarilah," Abian menepuk kasur di sampingnya supaya Shakila duduk disana.
Shakila menuruti Abian tanpa banyak bicara dan duduk di tempat yang Abian minta.
"Kenapa, mas?" tanya Shakila setelah duduk di samping Abian.
Tanpa bicara, Abian menghapus air mata yang tersisa di wajah Shakila. Betapa hebatnya istrinya ini bisa menghapus air matanya sendiri setelah berdoa dan menangis di hadapan Tuhannya.
"Suara tangisanmu menyakiti hati mas, Shakila. Apa yang sebenarnya sedang kamu hadapi, wahai istriku?"
trus lanjutan sugar mommy knp gk lanjut kk