Pedang Pusaka menceritakan tentang seorang manusia pelarian yang di anggap manusia dewa berasal dari Tiongkok yang tiba di Nusantara untuk mencari kedamaian dan kehidupan yang baru bagi keturunannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perbuatan Terkutuk
Losian yang sudah bangun pagi pagi sekali terlihat sedang duduk berdua saja dengan Xiansu.
Mereka membicarakan desas desus tentang penyerangan hartawan Ki yang ingin menggulingkan kerajaan.
Setelah selesai membicarakan hal itu, Losian pun berkata,
"Adik, tempatmu ini sangat luas, murid murid mu sudah belajar banyak. Apa kau tidak terpikirkan untuk membuat tempat ini menjadi sebuah perguruan silat?"
"Untuk apa membuat perguruan kak, kelima murid ku saja awalnya tidak ada niat untuk ku ajarkan. Apalagi menambah murid lainnya".
"Coba pikirkan, jika muridmu banyak, maka akan mudah ketika terjadi masalah seperti ini. Perang besar yang akan merenggut kebahagiaan rakyat. Lebih banyak pendekar tentu lebih baik".
"Bagaimana maksud mu kak?" tanya Xiansu pura pura tak tau.
"Ilmu kakek buyut kita sudah ada yang mewarisinya. Kita perlu mewarisi juga ilmu yang kita punya dan mendidik banyak pendekar. Selama perantauan ku, aku melihat banyak sekali penjahat dimana mana".
Mendapatkan beberapa masukan dari Losian, akhirnya Xiansu tergerak juga untuk membuat sebuah perguruan silat beladiri di tempatnya itu.
Lagian, tak jauh dari tempat mereka kini banyak terdapat dusun dan perkampungan yang selama beberapa tahun ini dibangun oleh para perantau dari berbagai pelosok negeri.
Keesokan harinya, dengan bantuan semua orang yang ada disitu, Xiansu membuat papan nama bertuliskan 'Perguruan Tangan Sakti' dan menempelkannya di gaba gaba depan pagarnya.
Hanya perlu waktu seminggu sampai orang orang mendengar hal itu, banyak sekali anak yang diantarkan kesitu.
Apalagi Xiansu dan murid muridnya, mantan panglima Bu dan Rambala bersama Durgha sering sekali menolong orang lain dengan kemampuan mereka.
Maka hanya beberapa bulan saja puluhan orang kecil besar, anak anak dan pemuda memenuhi tempat itu di didik secara disiplin oleh Xiansu dan Losian di bantu murid murid nya.
***~###~***
Sekelompok orang kembali tiba di puncak bukit dimana Siaw Jin di sekap.
Begitu melihat orang yang paling depan, Siaw Jin segera mengenali orang orang itu.
Mereka adalah hartawan Ki yang dulu pernah meracuni dan menyekap Siaw Jin bahkan memfitnah Xiansu kepada kaisar.
Dibelakang nya merupakan datuk sesat yang dulu pernah bentrok dengannya saat dia membantu kerajaan menumpas pemberontak.
"Gadis ini putri tuan Shu yang telah tewas kemarin malam ketua. Gara gara pemuda itu kami gagal menculik keduanya". Seru Twaba sembari menunjuk ke arah Mengyao dan Siaw Jin.
"Jaga kedua tawanan ini jangan sampai lolos". Seru tuan Ki yang kini dipanggil ketua oleh pengikutnya.
Ternyata Twaba dan Jiba dari dulu merupakan orang orangnya hartawan Ki. Hal yang baru saja diketahui oleh Siaw Jin.
Mereka semua kini keluar dari rumah darurat itu menuju ke selatan bukit dimana pasukan Khitan banyak yang secara diam diam telah disusupkan ke daerah itu.
Siaw Jin yang duduk setelah diberi makan minum kini pura pura tertidur. Penjaga yang mengira pemuda hebat itu sudah terbius ikut keluar.
Hanya 10 orang yang tinggal menjaga di dalam, sedangkan yang lainnya menjaga diluar rumah bambu.
Sekembalinya hartawan Ki ke tempat itu, mereka segera mengatur siasat untuk bisa menyelundupkan ribuan tentara Khitan lebih dekat dengan kota raja.
Rencana mereka didengar oleh Siaw Jin yang memutuskan untuk tetap berpura pura pingsan agar lebih banyak rencana yang di dengarnya.
Tiba tiba, Mengyao di angkat oleh beberapa orang dibawa kebelakang rumah bambu itu.
Siaw Jin yang mengira gadis itu hanya dipisahkan saja dengan nya tetap memilih berpura pura pingsan.
Dibelakang bangunan darurat itu tanpa sepengetahuan Siaw Jin, gadis manis tersebut di perkosa oleh Tuan Ki yang entah apa maksud nya itu.
Setelah melampiaskan hasrat binatang nya, hartawan Ki segera masuk kembali dan tidur meninggalkan Mengyao yang di gilir oleh Twaba, Jiba dan sebagian besar bawahan mereka.
Setelah puas melakukan perbuatan terkutuk itu, Twaba mendekati Siaw Jin dengan kecepatan kilat dia menotok jalan darah Siaw Jin yang kini tak dapat bergerak sama sekali.
Siaw Jin yang kini benar benar tak dapat bergerak, diangkat oleh tiga orang ke belakang bangunan itu dan ditindih ke atas tubuh Mengyau yang menangis tanpa bisa bergerak.
Setelah melakukan hal tersebut, semua orang yang ada di situ pergi meninggalkan bangunan dan kedua orang itu begitu saja.
Hampir setengah jam mereka dalam keadaan seperti itu hingga Siaw Jin perlahan bisa kembali bergerak meski tubuhnya masih lemas.
Mengyau yang daya tahannya lebih lemah masih saja dalam keadaan kaku tak mampu menggerakkan tubuhnya.
Suara derap kaki kuda dan banyak sepatu mengejutkan mereka.
Puluhan prajurit kerajaan telah berkumpul di dalam bangunan itu dan beberapa orang yang menemukan Mengyau, segera berteriak kepada jenderal Shu Min yang segera berlarian ke arah mereka.
Jenderal Shu yang melihat keadaan keponakannya seperti itu, langsung memberi perintah kepada prajurit untuk membunuh Siaw Jin.
Dua orang prajurit mencabut senjata dan memenggal leher Siaw Jin.
Dengan lemas Siaw Jin mengelak dan tebasan dua orang prajurit itu hanya mengenai pundaknya dan memotong rambut panjang nya yang di kuncir.
Dalam keadaan genting itu, dengan memaksakan diri, Mengyau mampu berteriak,
"Jangan paman! Bukan dia yang melakukan ini padaku". Di selingi suara isak tangis, Mengyao berusaha bangkit namun kembali rebah ke atas dipan.
Jenderal Shu segera menolong Mengyau dan melihat keadaan nya. Sedangkan Siaw Jin yang terluka parah di pundaknya kini di bantu prajurit atas perintah jenderal membalut lukanya itu.
Jika saja Tuhan tidak berkehendak lain, tentu saja rencana hartawan Ki mengadu domba Siaw Jin dengan jenderal setia itu sudah terlaksana.
Namun karena salah perhitungan, hartawan Ki dan para pembantunya dapat dikelabui oleh Siaw Jin yang pura pura terbius sehingga mereka hanya menotok dua jalan darahnya saja yang kakunya tidak bertahan lama.
Setelah Siaw Jin dibalut bahunya, dia segera membebaskan totokan pada Mengyau.
"Bagaimana kalian bisa sampai seperti ini?" tanya sang jenderal dengan muka tegang dan pucat.
Siaw Jin segera menceritakan dari awal dia makan di samping Twaba dan Jiba hingga kejadian dia menjaga penginapan tuan Shu yang ternyata adalah kakak lelaki jenderal itu.
Sampai Siaw Jin mengejar mereka yang menculik Mengyau hingga kejadian dia oura pura terbius dan akhirnya di letakkan di atas Mengyau dan dibuat seolah olah dia yang melecehkan gadis itu.
"Begitulah jenderal, entah apa maksud mereka melakukan semua ini. Entah ada hubungan nya dengan rencana penyerangan mereka ke kota raja?" Tutup Siaw Jin yang meringis memegangi bahunya yang kini terasa pedih akibat reaksi obat luka prajurit tadi.
"Nanti kita bicarakan hal ini. Sekarang kau harus pura pura kami bunuh, pasti itu yang mereka kehendaki. Kita lihat perkembangan nya nanti". Seru jenderal Shu yang menyuruh prajuritnya membuat tandu untuk menggotong 'mayat' Siaw Jin.
Mereka semua pun kembali ke benteng prajurit di kota Cin An. Sepanjang jalan, para prajurit bergantian menggotong mayat Siaw Jin yang pura pura mati itu hingga sampai ke benteng.
Setibanya mereka disana, Siaw Jin yang memang sudah sangat lapar dan haus di berikan hidangan lezat sebagai permintaan maaf sang jenderal yang salah paham hingga dia terluka.
Setelah mengantar Mengyau ke dalam, jenderal Shu kembali kemeja makan untuk bercakap cakap dengan Siaw Jin yang masih makan minum sepuasnya.
BERSAMBUNG. . .