S 2. "Partner"
Kisah lanjutan dari Novel "Partner"
Alangka baiknya membaca Novel tersebut di atas, sebelum membaca novel ini. Agar bisa mengikuti kisah lanjutannya.
Bagian lanjutan ini mengisahkan Bu Dinna dan kedua anaknya yang sedang ditahan di kantor polisi akibat tindak kejahatan yang dilakukan kepada Alm. Pak Johan. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk lolos diri dari jerat hukum. Semua taktik licik dan kotor digunakan untuk melaksanakan rencana mereka.
Rencana jahat bisa menjadi badai yang menghancurkan kehidupan seseorang. Tapi tidak bagi orang yang teguh, kokoh dan kuat di dalam Tuhan.
¤ Apakah Bu Dinna atau kedua anaknya menjadi badai?
¤ Apakah mereka bisa meloloskan diri dari jerat hukum?
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Menghempaskan Badai"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07. MB 7
...~•Happy Reading•~...
Pak Gustav menarik nafas panjang melihat wajah Gina. Selama ini tidak ada kabar dari anak-anaknya, dikira mereka hidup senang dan berbahagia dengan keluarga baru Mama mereka.
Sekarang melihat kondisi anaknya, Pak Gustav menarik nafas panjang berulang kali dan menghembuskan dengan kuat. Kemudian mengeluarkan ponsel untuk menghubungi kantor, agar tidak dicari.
Rasa tanggung jawab sebagai seorang Papa mengusik hatinya, melihat kehidupan anak-anaknya tidak seperti yang dibayangkannya. Selama ini Pak Gustav berpikir, mereka hanya membutuhkan uang kuliah untuk mempersiapkan masa depan mereka. Ternyata semuanya tidak seperti yang diharapkan.
"Kalau sudah selesai makan, mari pergi lihat tempat kost. Supaya ada tempat tinggal sementara buatmu." Pak Gustav langsung berdiri untuk mengantar Gina cari tempat kost, supaya tidak tinggal di jalanan.
Gina serasa mau bersorak, mendengar permintaan Papanya. Tetapi dia menyadari kondisinya yang harus wajib lapor ke kantor polisi sehingga dia mau bukan saja tempat tinggal, tapi juga perlindungan Papanya.
"Pa, di tempat kost hanya sementara, kan?" Tanya Gina sambil berdiri mengikuti Papanya, berharap Papanya bisa memperhatikan dia.
"Ya, nanti lihat lagi. Ini solusi terbaik saat ini. Ada apa?" Pak Gustav balik bertanya mendengar pertanyaan Gina.
"Gina tetap mau tinggal dengan Papa." Gina kembali membuat wajah sedih untuk menggugah perhatian Papanya.
"Tadi Papa sudah bilang, sekarang tidak mudah. Papa harus bicarakan dengan Mama Felix. Yang penting, saat ini ada tempat untuk kau tinggal." Pak Gustav menegaskan, agar Gina tidak sedih.
Pak Gustav jadi berpikir, mungkin Gina mendapatkan perlakuan buruk dari suami Mamanya, jadi sekarang membutuhkan pendampingan Papa kandungnya.
"Iya, Pa. Tapi jangan lama-lama, ya. Gina mau tinggal dekat Papa saja." Gina kembali dengan nada suara mengiba. Pak Gustav hanya bisa mengangguk, agar pembahasan tidak berlanjut. Mereka segera keluar dari restoran untuk mencari tempat kost terdekat.
...~°°°~...
Setelah Gina dibebaskan, penyidik Bram memerintahkan anggotanya untuk membawa Bu Dinna ke ruangan interogasi. Penyidik Bram segera menindak lanjuti kasus yang ditangani, karena Bu Dinna sudah ada pengacara yang mendampinginya.
Bu Dinna di antar masuk oleh petugas ke ruangan interogasi, kemudian disusul oleh pengacaranya. Walau sudah ada pengacara, jantung Bu Dinna berdetak tidak teratur saat masuk ruang interogasi. Dia berharap dalam hati, semoga bukan penyidik Bram yang akan memeriksanya.
Bu Dinna merasa, ada sesuatu yang mencemaskan dalam ucapan dan tindakan penyidik Bram yang tenang dan terkesan baik. Justru karena tidak terlihat emosi, membuatnya khawatir.
Ketika melihat penyidik Bram kembali hadir di ruangan interogasi, pupus sudah harapannya. Bu Dinna berusaha tenang dan melihat penyidik Bram dengan berani dan percaya diri untuk menutupi rasa was-was nya.
Penyidik Bram duduk di depan Bu Dinna dan pengacaranya lalu menatap mereka bergantian. Ia tersenyum dalam hati melihat rasa percaya diri Bu Dinna yang kosong.
"Anda sudah berkenalan dengan pengacara anda?" Tanya penyidik Bram kepada Bu Dinna.
"Sudah, Pak." Jawab Bu Dinna singkat.
"Kalau begitu, kami persilahkan anda berbicara dengan pengacara anda, sebelum kami baca Berita Acara Pemeriksaan yang belum anda tanda tangani." Setelah berkata demikian, penyidik Bram mengajak anggotanya keluar dari ruangan.
^^^Penyidik Bram ingin memberikan waktu untuk Bu Dinna dan pengacaranya membahas tuntutan yang dilayangkan Pak Johan kepada Bu Dinna dan kedua anaknya.^^^
Selesai waktu yang diberikan untuk pengacara dan Bu Dinna berbicara, anggota penyidik Bram masuk ke kambali ke ruang interogasi disusul oleh penyidik Bram.
"Sekarang anda sudah punya pengacara. Kita akan lanjutkan Berita Acara Pemeriksaan yang tertunda. Anda sudah siap?" Penyidik Bram langsung pada inti pemeriksaan untuk memastikan Bu Dinna tidak mencari alasan atau menunda lagi.
"Siap, Pak." Bu Dinna sudah tidak punya alasan untuk menghindar atau membuat alasan pendampingan.
"Bacakan berita acara pemeriksaan yang sudah dibuatnya." Perintah penyidik Bram kepada anggota yang mendampinginya.
"Siap. Laksanakan." Petugas bersikap sigap, lalu mengeluarkan berita acara pemeriksaan Bu Dinna. Kemudian membacakan berita acara pemeriksaan tersebut kepada Bu Dinna dan pengacaranya.
"Bagaimana, ada yang mau ditambahkan atau mau dirubah?" Tanya penyidik Bram setelah petugas membacakan berita acara pemeriksaan Bu Dinna.
"Tidak ada, Pak." Jawab Bu Dinna cepat.
"Kalau begitu, tanda tangan." Penyidik Bram memberikan instruksi kepada anggotanya untuk berikan berita acara pemeriksaan untuk ditanda tangani dan juga membuka ikatan di tangan Bu Dinna.
^^^Penyidik Bram memberikan isyarat kepada petugas untuk amankan berita acara pemeriksaan dan juga kepada petugas yang sedang mengawasi di balik kaca.^^^
Tidak lama kemudian seorang petugas masuk bersama Oseni ke dalam ruang interogasi. Bu Dinna dan Oseni terkejut melihat mereka diperiksa bersama-sama.
"Ini pengacara anda. Apa ada tambahan atau mau merubah kesaksian anda sebelumnya?" Tanya penyidik Bram setelah Oseni duduk dan tidak memberikan kesempatan bagi Bu Dinna dan Oseni berinteraksi.
"Ti dak, Pak." Jawab Oseni pelan dan agak bingung, sebab sudah tidak bisa mengajukan keberatan dengan alasan belum punya pengacara.
"Kalau begitu, tanda tangan berita acara anda." Penyidik Bram melakukan instruksi yang sama kepada petugas yang mendampingi untuk membuka ikatan dan tanda tangan berita acara pemeriksaan.
"Mengapa Gina tidak ikut bersama di sini?" Bu Dinna heran melihat Oseni sendiri.
"Saudari Gina sudah kami bebaskan." Jawab penyidik Bram tegas dan serius.
"Gina bisa bebas, tapi mengapa saya masih ditahan?" Oseni berpikir dia juga harus bebas bersama Gina, sebagaimana kesaksiannya, hanya mengikuti perintah Mamanya.
"Anda tidak bisa dibebaskan karna punya catatan tindak pidana dan pernah ditahan." Penyidik Bram menjawab tenang.
Namun jawaban penyidik Bram membuat Bu Dinna terkejut. "Dia pernah lakukan tindak pidana?" Bu Dinna bertanya sambil melihat Oseni dengan mata melotot, seakan tidak percaya kepada anaknya. Oseni yang terkejut dan melihat penyidik Bram, tidak menyadari arti tatapan Mamanya.
"Iya. Itu akan ditindak lanjuti kemudian. Sekarang selesaikan tuntutan ini terlebih dulu." Penyidik Bram menjelaskan sambil terus mengawasi gerak-gerik Bu Dinna dan Oseni.
Tiba-tiba Bu Dinna mendorong kursi ke belakang lalu berdiri dan melewati belakang pengacaranya. Dia segera menarik rambut Oseni untuk berdiri lalu memukul kepalanya berulang kali. Semuanya berlangsung begitu cepat.
Ketika petugas hendak melerai mereka berdua, penyidik Bram memberikan isyarat untuk tenang dan membiarkan saja.
Dengan mengatupkan giginya dengan kuat, Bu Dinna memaki Oseni. "Mengapa tidak bilang kau pernah ditahan? Bodoh, benar-benar gob^lok." Bu Dinna sangat emosi dan marah, sebab dia mau korbankan dirinya agar Oseni dan Gina bisa bebas.
Kalau tahu Oseni tidak bisa bebas, dia akan biarkan Oseni yang ditahan. Supaya dia dan Gina bisa bebas.
"Aku sudah lupa. Mama ingin aku membusuk di penjara? Mama sudah tua." Oseni berbalas kata sambil menahan rambutnya dari tarikan Mamanya.
Penyidik Bram tersenyum senang melihat mereka saling bertukar kata. 'Sedikit tekanan memperlihatkan peran masing-masing.' Penyidik Bram berkata dalam hati.
"Berhentiiii..." Teriak pengacara yang mendengar perdebatan mereka.
...~°°°~...
...~●○♡○●~...
sabar lianty kamu ikuti aja permainan mereka kamu juga harus pandai berakting kayak mereka..💟