Shakila Anara Ainur adalah gadis yang sedang dalam proses hijrah.
Demi memenuhi permintaan wanita yang sedang berjuang melawan penyakitnya, Shakila terpaksa menjadi istri kedua dai muda bernama Abian Devan Sanjaya.
Bagaimana kehidupan Shakila setelah menikahi Abian? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
Abian tidak pernah melupakan Khansa dan Zahra meskipun Ia sering mengunjungi Shakila di rumah orang tuanya. Saat membeli brownies untuk Shakila, Ia juga membelikan satu untuk Khansa dan membeli roti gandum untuk Zahra.
"Assalamu'alaikum," Abian mengucapkan salam memasuki rumahnya sambil membawa brownies dan roti gandum.
Zahra tersenyum melihat Abian pulang dan membalas salam suaminya itu, "waalaikumsalam, mas."
"Khansa dimana, sayang?" tanya Abian saat tidak melihat putri kecilnya disana.
"Sedang main bersama neneknya di kamar," jawab Zahra, "oh ya, mas bawa apa itu?"
"Mas bawa brownies untuk Khansa dan roti gandum untuk kamu," Abian meletakkan barang belanjaannya di meja ruang makan tempat mereka berada saat ini.
Abian tidak membelikan apa-apa untuk mertuanya karena setiap kali Abian membawa sesuatu untuk mereka, pasti Nyai Aisyah akan menolaknya.
"Makasih, mas," Zahra mengambil roti gandum yang biasa Ia makan dan mencium wanginya.
Sejak Zahra sakit, banyak makanan yang tidak boleh Zahra makan. Salah satu makanan yang bisa Zahra makan dan Zahra suka adalah roti gandum itu.
"Sama-sama, sayang," Abian melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya dan membuka satu kancing bagian atasnya.
Setelah dari rumah orang tuanya melepas rindu dengan Shakila, Abian langsung pulang dan tidak sempat untuk mandi. Sekarang rasanya badannya lengket karena berkeringat.
"Mas mau langsung mandi? mau aku siapkan air hangat untuk mandi?" tawar Zahra.
Meskipun sedang sakit, Zahra masih tetap ingin melayani suaminya. Karena melayani suami adalah bentuk jihad kepada Allah SWT dan yang melakukannya akan mendapatkan pahala seperti pahala jihad.
Zahra yang merasa usianya tidak lama lagi tentu ingin sekali mengumpulkan pahala untuk bekalnya saat meninggal nanti.
"Tidak usah, mas bisa menyiapkan air hangat sendiri, kamu istirahat saja," Abian mendekati Zahra kemudian mencium kening istrinya itu.
"Jangan terlalu kelelahan dan jangan banyak pikiran, mas tidak mau penyakit kamu kambuh lagi," Abian memiliki alasan mengatakan itu. Ia tahu istrinya tertekan dan banyak pikiran sejak mertuanya datang.
Abian beberapa kali memergoki Zahra berdebat dengan Nyai Aisyah. Bahkan berkali-kali juga Nyai Aisyah mengatakan keputusan Zahra menikah dengan Abian adalah sebuah kesalahan.
Kadang Abian ingin menegur mertuanya, tapi itu hanya akan membuat masalah menjadi runyam. Sehingga Abian memiliki untuk diam dan membiarkan mertuanya mengatakan apapun yang diinginkannya.
"Iya, mas. Maaf ya, karena orang tuaku menginap lama disini, semuanya jadi berantakan," Zahra bicara sambil melihat situasi karena takut orang tuanya tersinggung jika sampai mendengar itu.
Bukan hanya Nyai Aisyah yang tinggal di rumah mereka, Kyai Ihsan —ayah Zahra juga ikut menginap. Tapi, Kyai Ihsan tidak banyak bicara dan tidak banyak berkomentar sehingga kehadirannya tidak terlihat.
Saat di rumah sakit dan saat Nyai Aisyah menuduh Abian berzina, Kyai Ihsan mendengar dan menyaksikan tanpa memberikan komentar apapun.
"Jangan bicara seperti itu, mas tidak keberatan orang tua kamu menginap disini," Abian mengusap puncak kepala Zahra untuk menunjukkan kasih sayangnya pada istri pertamanya itu.
Sekarang hati Abian tidak hanya untuk Zahra, tapi Abian masih sangat mencintai Zahra. Bahkan, hatinya untuk Zahra tidak berubah sedikitpun. Abian hanya menambah seseorang masuk ke dalam hatinya.
"Oh ya, lusa mas ada kajian diluar kota, kamu mau ikut?" tawar Abian karena sudah lama Zahra tidak ikut saat Abian mengisi kajian.
Dulu sebelum menikah dan sebelum Zahra sakit, Zahra selalu menemani Abian setiap kali Abian mengisi kajian, tidak peduli dimanapun tempatnya.
Abian rindu masa-masa itu dan berniat untuk mengajak Zahra menemaninya mengisi kajian kali ini.
"Boleh, kemana?"
"Ke Jakarta, nanti kita menginap satu malam disana sambil jalan-jalan."
"Apa Shakila ikut?" pertanyaan itu membuat Abian terdiam untuk beberapa saat.
"Mas tidak mungkin mengajak Shakila, sayang. Kita bertiga saja bersama Khansa."
-
-
Shakila dan Adam membeku di tempat mereka masing-masing. Alasannya karena Adam tanpa sengaja melihat Shakila tidak memakai burqa. Adam melihat dengan jelas wajah perempuan yang pernah menjadi pujaan hatinya itu.
Karena sudah malam dan Shakila pikir sudah tidak ada orang yang bangun, Shakila keluar kamar hanya dengan memakai kerudung instan panjangnya. Tidak disangka sekarang Shakila malah bertemu Adam di dapur dan saling bertatap muka.
"Kak Adam," suara laki-laki yang memanggil nama Adam membuat keduanya panik.
Laki-laki yang memanggil Adam adalah Andy —adik sepupu Adam. Dari langkah kakinya terdengar bahwa Andy sedang berjalan ke tempat mereka.
Masalahnya, mereka sedang berada di dapur dan mereka tidak akan bisa pergi dari sana kecuali bertemu dengan Andy.
"Kak Adam," suara Andy kembali terdengar memanggil nama Adam dan suaranya terdengar semakin dekat.
Dalam situasi mendesak Adam akhirnya membuka jaketnya dan langsung meletakkan jaketnya keatas kepala Shakila sehingga wajah Shakila tidak akan bisa dilihat oleh Andy.
Hanya itu yang bisa Adam lakukan untuk melindungi Shakila supaya wajah Shakila tidak terlihat oleh laki-laki lain selain Abian.
Adam sekarang hanya memakai baju kaos putih polos karena jaketnya ada pada Shakila.
"Kembalilah ke kamarmu, mba," ucap Adam pada Shakila saat Andy hampir saja memasuki dapur.
"Iya, terimakasih," Shakila bergegas pergi ke kamarnya dengan menutup wajahnya menggunakan jaket Adam yang diberikan padanya.
"Eh?" Andy terkejut saat ada orang yang melewatinya begitu saja dengan kepalanya tertutup jaket.
"Ada apa, Andy?" tanya Adam sengaja supaya Andy berhenti menatap Shakila.
Adam tidak suka dengan cara Andy menatap Shakila meskipun dirinya bukan siapa-siapa Shakila.
Bukannya menjawab Andy malah bertanya siapa orang yang menutup kepalanya dengan jaket yang tadi Ia lihat, "siapa tadi, kak?"
"Mba Shakila, istri mas Abian," jawab Adam kemudian berjalan kearah kulkas karena tujuannya ke dapur adalah untuk mengambil minum.
"Ada apa? kenapa kamu memanggil kakak?"
"Oh, istri mas Abian? tapi kenapa kepalanya ditutup?" Andy malah kembali bertanya bukannya menjawab pertanyaan Adam padanya.
"Tidak usah kepo dengan orang lain! ada apa kamu memanggil kakak?"
"Astaghfirullah, kak. Apa salahnya aku menanyakan kakak iparku sendiri?"
-
-
Shakila menurunkan jaket Adam yang ada diatas kepalanya setelah memasuki kamar. Ternyata selain wajah Adam yang mirip Abian, selera parfum mereka juga sama. Jaket Adam memiliki wangi yang hampir sama seperti aroma tubuh Abian.
Tidak sama persis, tapi Shakila langsung teringat wangi tubuh Abian saat mencium wangi jaket Adam. Atau, mungkin Shakila saja yang hati dan pikirannya hanya dipenuhi Abian sampai merasa wangi jaket Adam sama seperti aroma tubuh Abian.
"Huh, seharusnya tadi aku tidak sembarangan keluar dari kamar," gumamnya menyesal karena dirinya harus menunjukkan wajahnya kepada Adam.
Shakila menatap jaket Adam yang Ia letakan diatas kasurnya, "aku harus segera mengembalikan jaket Adam besok, mas Abian bisa salah paham jika melihat jaket Adam ada padaku."
Shakila tidak tahu kenapa suaminya begitu cemburuan, tapi Ia tetap harus menjaga perasaan suaminya.
trus lanjutan sugar mommy knp gk lanjut kk