Laila, seorang gadis muda yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu, tiba-tiba terjebak dalam misteri yang tak terduga. Saat menemukan sebuah perangkat yang berisi kode-kode misterius, ia mulai mengikuti petunjuk-petunjuk yang tampaknya mengarah ke sebuah konspirasi besar. Bersama teman-temannya, Keysha dan Rio, Laila menjelajahi dunia yang penuh teka-teki dan ancaman yang tidak terlihat. Setiap kode yang ditemukan semakin mengungkap rahasia gelap yang disembunyikan oleh orang-orang terdekatnya. Laila harus mencari tahu siapa yang mengendalikan permainan ini dan apa yang sebenarnya mereka inginkan, sebelum dirinya dan orang-orang yang ia cintai terjerat dalam bahaya yang lebih besar.
Cerita ini penuh dengan ketegangan, misteri, dan permainan kode yang membawa pembaca masuk ke dalam dunia yang penuh rahasia dan teka-teki yang harus dipecahkan. Apakah Laila akan berhasil mengungkap semuanya sebelum terlambat? Atau akankah ia terjebak dalam jebakan yang tak terduga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faila Shofa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jejak di dalam bayangan
Ketiga sahabat itu kembali ke rumah masing-masing dengan kepala penuh teka-teki. Malam itu, Laila duduk di meja belajarnya, menatap kertas bertulisan kode yang mereka temukan di ruang komputer. Cahaya lampu belajar menyoroti wajahnya yang lelah, tapi pikirannya terus berputar.
"Keputusanmu telah membawa kamu lebih dekat, tapi hati-hati, tidak semua orang bisa dipercaya." Kalimat itu bergema di pikirannya, menciptakan perasaan waspada. Siapa yang menulisnya, dan apa motif mereka?
Esok harinya, di sekolah, Keysha dan Rio sudah menunggu Laila di bangku taman belakang. Ketika Laila tiba, Keysha segera membuka percakapan.
“Aku nggak bisa tidur semalaman. Rasanya kayak ada yang ngawasin aku,” kata Keysha dengan nada serius.
“Aku juga,” tambah Rio. “Tapi aku lebih kepikiran soal kertas itu. Apa kita harus lanjut nyari?”
Laila mengeluarkan kertas itu dari tasnya dan meletakkannya di atas meja. “Aku pikir kita nggak bisa mundur sekarang. Tapi kita harus lebih hati-hati.”
Keysha menunjuk tulisan kecil di sudut kertas yang sebelumnya tidak mereka perhatikan. “Kalian lihat ini? Ada angka samar-samar di sini.”
Laila memerhatikan angka itu. “12-45-31. Apa ini koordinat lain?”
“Mungkin,” jawab Rio. “Atau bisa jadi kombinasi kunci.”
Mereka memutuskan untuk kembali ke ruang komputer saat istirahat, tetapi ketika mereka sampai di sana, ruangan itu sudah disegel dengan pita kuning bertuliskan "Dilarang Masuk."
“Ada apa ini?” bisik Keysha.
Rio mencoba melihat ke dalam melalui jendela, tapi tidak ada tanda-tanda apa pun yang aneh di dalam. “Mereka pasti tahu ada yang masuk semalam.”
“Tunggu, itu Pak Haris!” seru Laila pelan, menunjuk seorang pria tua, penjaga sekolah, yang berjalan mendekat.
Mereka berpura-pura berbincang santai, tetapi Laila memperhatikan sesuatu di tangan Pak Haris—sebuah buku catatan usang. Ketika pria itu masuk ke ruang komputer, pintu tertutup dengan bunyi klik pelan.
“Kalian lihat itu?” tanya Laila dengan mata membelalak. “Dia bawa buku catatan!”
Keysha mengangguk. “Kamu pikir itu ada hubungannya sama kertas ini?”
“Mungkin,” jawab Laila. “Kita harus cari tahu.”
Setelah jam pelajaran selesai, ketiganya memutuskan untuk mengikuti Pak Haris. Mereka melihat pria itu berjalan menuju ruang penyimpanan tua di belakang sekolah. Rio memberikan isyarat agar mereka menjaga jarak.
Ketika Pak Haris masuk ke ruang penyimpanan, Rio dengan hati-hati mengintip melalui celah pintu. Ia melihat pria itu menyelipkan buku catatan di bawah meja kayu yang sudah tua, lalu pergi tanpa menyadari kehadiran mereka.
“Sekarang atau nggak sama sekali,” kata Rio.
Mereka menyelinap masuk dan menemukan buku catatan itu. Halaman pertama berisi catatan acak dengan tulisan tangan yang hampir tidak terbaca. Namun, ada satu kalimat yang menarik perhatian Laila: “Kunci semua jawaban ada di dalam bayangan.”
“Apa maksudnya ini?” tanya Keysha.
“Mungkin bayangan itu bukan arti sebenarnya,” kata Laila sambil memikirkan kemungkinan. “Tapi kita harus membawa ini ke tempat aman.”
Saat mereka keluar dari ruang penyimpanan, seseorang berdiri di ujung lorong. Sosok itu mengenakan hoodie hitam dengan kepala tertunduk, sehingga wajahnya tidak terlihat.
“Siapa itu?” bisik Keysha, suaranya gemetar.
Orang itu melangkah maju tanpa berkata apa-apa. Rio segera berdiri di depan Laila dan Keysha, bersiap melindungi mereka. Namun, sosok itu berhenti di jarak yang cukup aman dan melemparkan sebuah kertas ke arah mereka.
Laila mengambil kertas itu dengan hati-hati. Isinya hanya sebuah pesan singkat: “Bukan kalian saja yang mencari jawaban. Hati-hati, langkah kalian diawasi.”
Ketika mereka kembali menatap ke arah sosok itu, dia sudah menghilang.
Setelah kembali ke rumah, Laila memutuskan untuk memeriksa lebih jauh isi buku catatan itu. Halaman-halaman berikutnya berisi diagram aneh, seperti peta sekolah dengan beberapa tanda X di tempat tertentu.
“Kita harus lihat ini lebih dekat,” gumam Laila. Ia mengirim foto halaman itu ke Keysha dan Rio, meminta mereka untuk mempersiapkan diri menghadapi misi berikutnya.
Namun, di tengah malam, Laila terbangun oleh suara gedoran keras di jendela kamarnya. Ketika ia membuka tirai, tidak ada siapa-siapa di luar, hanya sebuah kertas kecil yang tertempel di kaca. Isinya hanya satu kalimat: “Kamu harus berhenti, atau semuanya akan berakhir buruk.”
Laila mulai merasa bahwa mereka telah masuk ke dalam sesuatu yang jauh lebih berbahaya dari yang mereka bayangkan. Namun, dia tahu satu hal—tidak ada jalan untuk kembali.
Pagi itu, Laila terbangun dengan perasaan berat. Peringatan di kertas yang ditempel di jendela masih terbayang di benaknya. Namun, ia tahu satu hal—ketakutan tidak akan membawanya pada jawaban.
Di sekolah, Rio dan Keysha sudah menunggunya di kantin. Mereka langsung mengeluarkan foto peta dari buku catatan yang dikirim Laila semalam.
“Jadi, apa ini?” tanya Keysha sambil menunjuk tanda X di beberapa titik di peta. “Menurutmu, ini petunjuk?”
Laila mengangguk. “Mungkin ini tempat yang harus kita periksa. Tapi kita harus hati-hati. Orang yang ngirim pesan semalam jelas nggak mau kita terusin.”
Rio memandang Laila dengan serius. “Kamu yakin mau terusin ini? Kalau ada bahaya, gimana?”
“Kita sudah terlalu jauh, Rio,” jawab Laila tegas. “Aku nggak bisa berhenti sekarang.”
Titik pertama di peta membawa mereka ke gudang olahraga. Tempat itu sepi, hanya terdengar suara angin yang meniup tirai-tirai tua. Rio membuka pintu dengan hati-hati, dan mereka masuk satu per satu.
Di dalam, mereka menemukan kotak kayu tua yang tersembunyi di belakang rak bola. Laila membuka kotak itu dengan tangan gemetar, menemukan kertas kecil bertuliskan:
"Masa lalu adalah kunci. Cari di tempat yang pernah menjadi saksi kesedihan."
“Apa maksudnya ini?” tanya Keysha sambil membaca pesan itu.
“Mungkin tempat lain di peta bisa kasih jawaban lebih jelas,” kata Rio.
Mereka menuju titik berikutnya, perpustakaan sekolah. Ketika mereka tiba, suasana di sana terasa berbeda. Seolah-olah ada sesuatu yang mengintai mereka dari balik rak buku.
“Laila, lihat itu,” bisik Keysha sambil menunjuk sebuah buku tua yang diletakkan mencolok di meja baca. Judulnya Jejak yang Terlupakan.
Laila membuka buku itu dan menemukan halaman yang ditandai. Ada tulisan tangan di sana:
"Masa depan hanya akan berubah jika kamu menemukan kebenaran yang tersembunyi. Namun, hati-hati, kebenaran bisa menjadi pedang bermata dua."
Rio mengerutkan kening. “Apa ini ada hubungannya sama peta?”
“Mungkin,” jawab Laila. “Tapi aku yakin, siapa pun yang meninggalkan petunjuk ini ingin kita menemukan sesuatu.”
Ketika mereka keluar dari perpustakaan, Laila merasa seperti diawasi. Ia menoleh ke belakang, dan benar saja, seorang pria mengenakan hoodie hitam berdiri di ujung koridor, menatap mereka.
“Kita harus pergi,” bisik Laila, menarik Keysha dan Rio untuk berlari ke arah lain. Pria itu tidak mengejar, tetapi keberadaannya cukup untuk membuat mereka waspada.
Di rumah, Laila merenungkan semua yang terjadi. Ia tahu bahwa petunjuk-petunjuk ini mengarah pada sesuatu yang besar, tetapi ia juga sadar bahwa bahaya semakin mendekat.
Ketika malam tiba, ia memutuskan untuk menghubungi Keysha dan Rio untuk melanjutkan pencarian. Mereka tahu bahwa langkah berikutnya bisa membawa mereka lebih dekat ke jawaban—atau malah ke bahaya yang lebih besar.
Namun, satu hal yang pasti: mereka tidak akan berhenti sampai semua misteri ini terungkap.
apa rahasianya bisa nulis banyak novel?