Era Kekacauan dimulai setelah seorang pengembara misterius datang membawa sebuah pusaka suci. Pusaka yang dikatakan memiliki kekuatan bahkan dapat membelah dunia, siapa yang bisa mendapatkannya maka dia akan berdiri di atas puncak.
Dunia dimana seni beladiri adalah segalanya, semua orang berlomba untuk mendapatkan pusaka tersebut. Seorang pemuda bernama Zhen Liang muncul sebagai orang yang tidak pernah disangka di dunia persilatan.
Kultivator muda itu membuat para orang tua dan sesepuh di dunia persilatan tercengang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Raja Obat(2)
Desa Huoyun.
Orang-orang sedang berkumpul dan memberikan pujian kepada para pahlawannya. Mereka bersorak-sorai bersuka cita menyebutkan nama ketiga pahlawannya.
"Dewi Xue Hua! Dewi Xue Hua!"
"Pemburu Bayangan Qian Mei!"
"Sang Maestro Zhen Liang!"
Menerima pujian dan sorak sorai dari para penduduk keduanya hanya menunduk dan melambaikan tangannya, sedangkan Zhen Liang terlihat biasa saja sampai seseorang mendekati mereka bertiga.
"Terimakasih, berkat kalian semua Desa Huoyun terselamatkan oleh para kelompok bandit kejam."
Pria tua tersebut kemudian mengenalkan dirinya sebagai kepala desa di Desa Huoyun.
"Salam kepala desa, mereka semua bukanlah masalah yang besar di depan mata Guruku. Jika mau Guruku bisa saja memusnahkan mereka, dengan satu sentuhan jari saja."
"Oh!" Mata kepala desa dan Qian Mei yang mendengarnya terbelalak.
Pernyataan yang tak terduga dari Zhen Liang membuat hati kepala desa bergejolak. Untuk Qian Mei, dia tidak menyangka bahwa Xue Hua bisa sekuat itu.
"Semua orang di desa bisa tenang, serahkan urusan kelompok bandit ini kepada kami. Itu yang ingin dikatakan oleh Guruku sekarang." Zhen Liang memberikan hormat pada kepala desa.
Kepala desa menganggukkan kepalanya, dia berbalik dan ingin segera menceritakan kabar menggembirakan ini pada semua orang.
Xue Hua yang sedari awal mendengarkan mengernyitkan kening, sejak kapan dirinya memiliki seorang juru bicara sendiri.
Dia ingin menyanggah penyataan Zhen Liang, tetapi rasanya tidak tepat setelah dirinya tiba-tiba menerima banyak sekali pandangan penuh harapan dari orang-orang di sekitar.
Xue Hua hanya berjanji akan memberikan beberapa nasihat nanti kepada muridnya itu.
"Memang yang diharapkan dari darah dagingku, meskipun kau selalu nakal dan tidak pernah menurut. Tapi, aku memujimu, sungguh tidak disangka kau bisa mendapat Guru yang hebat dan cantik sekaligus seorang keka--"
Mulut Qian Mei disumpal oleh tangan Zhen Liang, dia tahu apa yang selanjutnya akan dikatakan.
"Muridku kau tidak boleh berbuat tidak sopan seperti itu pada orang tua, apalagi orang yang sudah kau tutup mulutnya itu adalah Ibumu."
Untuk pertama kali, Xue Hua tidak bisa lagi membiarkan tingkah muridnya. Dia harus tegas dengan memberikan contoh yang benar.
"Seseorang harus memberikan hormat dan bersikap baik pada para senior dan orang tuanya."
Sesi ceramah terjadi, Zhen Liang yang mendapat nasihat Xue Hua menganggukkan kepalanya berulang kali sebelum memindahkan matanya malas.
"Anak nakal, kau sungguh akan pergi ke Gunung Shan Zhi dan Gunung Qing Long?"
Zhen Liang berbalik kearah Ibunya, Qian Mei yang memberikan tatapan khawatir.
"Ibu benar, kita akan ke sana, Xue Hua sungguh tidak bisa membiarkan kejahatan berlalu begitu saja. Mereka semua sudah sangat keterlaluan."
"Tunggu, tapi aku tidak mengatakan apapun!" Teriak Xue Hua dalam pikirannya, tiba-tiba dia berbalik kearah Zhen Liang dan Qian Mei, ingin menjelaskan yang sebenarnya.
"Ibu kembali saja ke kediaman klan, hanya dengan kemampuan Guru saja semuanya bisa rata dengan tanah."
Zhen Liang mengepalkan tangannya. Tapi tiba-tiba seseorang berteriak, pernyataannya tersebut didengar oleh seseorang dan orang itu sekarang berlari kearahnya.
"Apa itu benar?! Apakah yang kau katakan itu sungguh akan terjadi? Setelah sekian lama, apa aku akan bisa bertemu dengan Feng'er?"
Zhen Liang berbalik dan memutar kepalanya, dia bertanya siapa orang yang meraih ujung pakaiannya.
Seseorang pria tua berusia sekitar setengah abad sedang menarik-narik pakaiannya. Dia terlihat bertanya padanya, tetapi karena suaranya yang terlalu besar hal itu seperti dirinya sedang mengumpat kepadanya.
Zhen Liang menghela napas, "Tenangkan diri anda tuan, Guruku tidak akan kalah pada siapapun di dunia ini."
Zhen Liang lalu memutar kepalanya, di belakang Pak Tua itu ia bisa merasakan energi samar dari tiga orang ahli praktisi.
"Syukurlah, syukurlah..." Pak Tua tersebut menangis.
Xue Hua yang melihatnya berjalan mendekat dan membantu menenangkannya.
"Kumohon selamatkan anakku, aku akan memberikan apapun untukmu. Tidak! Itu saja saja tidak akan cukup, aku bersumpah atas nama leluhurku. Namaku, Hu Tian, akan mengabdikan diri padamu selamanya!"
Zhen Liang terbelalak, bukan karena tersentuh atas sumpah tersebut, melainkan karena nama yang disebutkan Pak Tua itu bukan nama yang sembarangan di masa depan.
Apalagi Zhen Liang bisa mencium aroma obat dari tubuh Pak Tua tersebut.
"Sepuluh tahun dari sekarang, orang yang dijuluki Raja Obat Kelas Sepuluh, adalah orang yang bernama Hu Tian. Apakah ini adalah sebuah kebetulan?" Zhen Liang memberikan senyuman lebar.
"Apa-apaan ini Pak Tua, kami adalah orang yang kau sewa apakah kau ingin menarik kembali uangmu yang sudah kau bayar?"
Seseorang berdiri dihadapan Zhen Liang, orang itu memberikan tatapan dingin padanya.
Zhen Liang bisa membaca nama Sekte Naga Yin di pakaiannya, "Mereka mungkin adalah orang-orang yang dibayar Hu Tian untuk membantunya."
Xue Hue masih terdiam dan tidak mengambil tindakan setelah melihat semuanya, dia hanya berdiri di sisi Hu Tian.
"Tuan Shi Qian, tidak itu tidak benar sama sekali, kalian bisa menyimpan seluruh uangnya. Aku hanya meminta tambahan bala bantuan agar memudahkan penyelamatan kita."
Zhen Liang yang melihat Shi Qian kemudian mendengus, seseorang yang berdiri di hadapannya itu hanya ahli praktisi Tahap Master.
Dia melihat ke belakang kemudian menemukan dua orang lainnya juga seorang praktisi Tahap Master. Bisa apa mereka bila melawan Mu Zong, pemimpin Setan Gunung.
"Kemungkinan mereka ingin melawan pemimpin bandit itu dengan jumlah, tiga orang praktisi Tahap Master melawan satu orang praktisi Tahap Puncak. Tapi hanya dengan itu, sama sekali tidak merubah apapun."
Zhen Liang menggelengkan kepalanya, "Kultivator memang hanya sampah yang berpikiran dangkal."
Suara Zhen Liang kali ini ia utarakan, bukan hanya di dalam pikirannya. Shi Qian menoleh dan menemukan Zhen Liang sebelum dirinya mulai tertawa.
"Pfft. Apa yang dikatakan praktisi Tahap Ahli ini?"
"Sana pergi saja latih kembali kultivasimu. Semua ini masih sepuluh tahun lebih cepat untukmu."
"Senior Wu Meng benar, ini bukan buat bocah sepertimu. Kau masih sangat muda." Li Na mendengus di samping Wu Meng. Melihat itu Shi Qian ikut tertawa.
Melihat muridnya direndahkan, Xue Hua berdiri diantara ketiganya. Sontak mereka bertiga menjaga jarak darinya, mereka tidak bisa merasakan tingkatan dari tahap kultivasi perempuan itu sehingga membuat mereka berhati-hati.
"Siapa perempuan ini?" Shi Qian bertanya, dia melihat seragam dari Sekte Pedang Ilahi.
"Saudari, kalau boleh tahu siapa kau?"
"Namaku Dewi Pedang Ilahi Xue Hua, Tetua Sekte Pedang Ilahi sekaligus masternya." Xue Hua berbalik pada Zhen Liang.
"Kalian tidak bertanya padaku?" Qian Mei ikut berdiri di samping Xue Hua.
"Namaku adalah Pemburu Bayangan Qian Mei sekaligus Ibunya."
Qian Mei kemudian memberikan sedikit energi kearah ketiga orang itu membuat mereka terjungkal di tanah.