Menikah secara tiba-tiba dengan Dean membuat Ara memasuki babak baru kehidupannya.
Pernikahan yang awalnya ia kira akan membawanya keluar dari neraka penderitaan, namun, tak disangka ia malah memasuki neraka baru. Neraka yang diciptakan oleh Dean, suaminya yang ternyata sangat membencinya.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? apakah Ara dapat menyelamatkan pernikahannya atau menyerah dengan perlakuan Dean?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalu Unaiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26
"APA?!"
Dean tercengang, ia memandang Ara dengan tatapan tidak percaya, apa maksud perkataan Ara barusan.
"bukankah kau memang ingin aku mati?" lirih Arah, perempuan itu menunduk sambil meremas tangannya.
Dean semakin terkejut, laki-laki itu kemudian duduk di pinggir kasur berhadapan dengan Ara, Ara menarik kakinya yang sebelumnya berselonjor.
"ku akui aku memang marah padamu tapi aku tidak pernah ada fikiran untuk membunuhmu, dari mana kau punya asumsi seperti itu?"
Dean berusaha mengontrol nada suaranya, laki-laki itu tidak ingin membuat perempuan di depannya semakin menciut karna takut.
"dengar Ara, hidupku mungkin sedikit berantakan, tapi dapat kupastikan kepadamu bahwa aku bukan seseorang yang mampu membunuh orang lain, apa lagi kau," ucap Dean sembari mengangkat dagu Ara agar tidak menunduk.
Ara menatap Dean dengan mata berkaca-kaca, ia memang gampang menangis.
"lalu kenapa kau mendorongku ke kolam renang?"
Dean terdiam, tangannya yang hendak menyeka air mata Ara kini menggantung diudara. Laki-laki itu berusaha mencerna kalimat Ara, Bola matanya bergerak ke atas seperti berusaha mengingat sesuatu.
Beberapa detik kemudian laki-laki itu menepuk jidatnya sendiri kemudian meremas ubun-ubunnya.
"sepertinya kau salah paham,"
Flashback On
Hari Ara jatuh di kolam renang.
Setelah minum beberapa gelas dengan Bimo dan Egi, Dean merasa sudah mulai mabuk, ia kemudian beranjak dari kursinya lalu berjalan keluar melalui ruang makan, ia ingin menghirup udara segar di luar.
Dean kemudian duduk di kursi malas di dekat kolam, kepalanya sedikit pening, mungkin karna ia minum dengan perut kosong, Ia memang belum makan siang, karna sedikit marah kepada Ara tentang sesuatu hal jadi masakan perempuan itu ia buang ke tempat sampah.
Beberapa saat setelah memejamkan matanya Dean merasakan seseorang menyentuh bahunya. Ia lalu membuka mata, Ara menatapnya khawatir.
"kamu kenapa tidur di sini?" ucap Ara, perempuan itu membungkuk.
Dean yng merasa terganggu pun menutup wajahnya dengan lengan, kepalanya semakin pening.
"aku udah nyiapin makan malam." ucap Ara.
Dean semakin merasa pening di kepalanya, laki-laki itu mengabaikan ucapan Ara.
"sepertinya teman-temanmu juga ketiduran, sebaiknya kamu suruh mereka bangun dan berbaring di sofa atau di kamar, aku khawatir mereka jatuh." kata Ara mengungkapkan kekhawatirannya.
"ck, berisik!"
kata Dean sambil bangkit, namun karna bangun tiba-tiba rasa pening di kepalanya semakin parah, tubuhnya sedikit oleng ia memijat pelipisnya.
Ia berusaha melangkah namun karna rasa pening di kepalanya ia sedikit terhuyung di pinggir kolam.
Melihat itu Ara langsung sigap mendekat di samping Dean lalu berusaha memapah laki-laki bertubuh tinggi itu. Tangan Ara terulur memegang tangan Dean.
Dean yang tangannya disentuh secara tiba-tiba oleh Ara pun menghempaskan tangannya, yang secara tidak sengaja membuat Ara terlempar ke dalam kolam.
Telinga Dean mendegung akibat rasa pening yang semakin menusuk kepalanya, ia kemudian memejamkan mata dan mencoba berjalan, ia tidak menyadari Ara yang terjatuh ke dalam kolam renang.
Ia terhuyung lagi di samping kolam, saat berjalan, setela beberapa langkah kemudian ia berhasil mencapai tembok lalu bersandar sebentar.
Byurr..
Suara benda jatuh ke dalam kolam mengisi indra pendengaran Dean, ia kemudian membuka mata.
*Betapa terkejutnya ia saat me*lihat Ara yang berusah dinaikkan oleh Bimo ke pinggir kolam, seketika rasa pening dikepalanya menghilang, Bimo terlihat mencoba membangunkan Ara, laki-laki itu memberikan pertolongan pertama dengan melakukan RJP.
Dean hendak mendekat, namun langkahnya urung saat melihat Bimo memberikan nafas buatan kepada Ara. Bibir Bimo dan Ara menempel, Dean merasa kepalanya berdenyut karna amarah, Ia kembali mundur, bersandar di dinding, sepertinya Bimo tidak menyadi keberadaannya di sana.
Tak lama Ara pun terlihat terbatuk, ada sedikit rasa lega menyelimuti Dean. Namun seketika perasaan itu berubah menjadi amarah kembali ketika melihat dua orang di depannya berpelukan. Dean mengepalkan tangannya, ia menatap tajam ke arah dua orang yang terlihat seperti sudah memiliki hubungan yang begitu dekat.
Flashback Off
***
Ara menatap Dean dengan merasa bersalah, Dean menjelaskan kejadian dari sudut pandangnya kepada Ara, tentu saja tanpa menjelaskan lebih dalam tentang perasaan marahnya saat itu.
Setelah mendengar penjelasan dari Dean, Ara baru mengerti. Ternyata ia hanya salah paham, hal-hal seperti itu memang kerap terjadi jika kita hanya melihat dari sudut pandang kita saja tanpa mengetahui sudut pandang orang lain.
"Maaf, aku menuduhmu," ucap Ara lemah.
Dean mengangguk, wajar saja jika Ara salah paham.
"tidurlah, ini sudah larut," kata Dean hendak beranjak namun seketika urung.
"apa kau juga mengetahui tentang hotel yang diberikan kepada orang tuaku?" tanya Ara.
Ia memandang Dean yang sudah berdiri di hadapannya.
Dean menunduk melihat Ara yang juga menatapnya.
"sama sepertimu, aku juga baru tau. Lagi pula itu bukan urusan kita, itu urusan orang tua. Jadi aku tidak terlalu perduli." Dean membalas dengan santai, seolah hal itu memang benar-benar tidak mengganggunya sama sekali.
"lalu kenapa kau membenciku?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Ara.
Jika bukan karna masalah hotel lalu hal apa yang membuat Dean membencinya. Ia sudah lelah menduga-duga, lebih baik ia dengar secara langsung dari mulut Dean.
Dean bergeming, ia bingung harus menjawab apa, haruskah ia mengatakan segala kecurigaannya selama ini atau tidak.
Dean kembali menatap Ara, perempuan itu terlihat menunggu jawabannya.
"mungkin karna kau datang secara tiba-tiba ke dalam kehidupanku," ucap Dean, ia merasa jawaban itu yang paling masuk akal.
Ia masih belum mengetahui hubungan Ara dengan Ayana, jadi Ia harus tetap menutupi kecurigaannya.
Ara terlihat tersenyum getir, perempuan itu kembali menunduk dalam.
"sudahlah, sebaiknya kita tidur," ucap Dean sambil mematikan lampu kamar menyisakan lampu tidur, setelahnya ia kembali melangkah menuju sisi lain ranjang dan membaringkan tubuhnya.
Dean menoleh ke samping, memperhatikan Ara yang memunggunginya, keinginan untuk mendekat dan kembali merengkuh tubuh yang terlihat mungil itu muncul begitu saja.
Dean tidak munafik, ia mengakui di dalam hati bahwa Ara sedikit demi sedikit memasuki rung gelap di dalam hatinya . Untuk itulah ia merasa begitu gelisah saat ini. Sifatnya yang berubah-ubah kepada Ara dilatarbelakangi oleh perasaannya yang terombang-ambing.
Ia takut perasaannya berkembang menjadi sesuatu yang ia sesali. Ada banyak tanda tanya di dalam benaknya, kecurigaan-kecurigaan yang semakin lama semakin mengganggunya.
Tentang apa sebenarnya tujuan Ayana dengan menikahkannya dengan Ara, sampai ibu tirinya itu rela memberikan sebuah hotel hanya agar Ara menjadi istrinya.
Dan fakta tentang Ara yang ternyata bukan anak sabrina ibu mertuanya semakin menambah kecurigaan Dean. Namun ia masih menduga-duga saat ini, ia tidak ingin gegabah, atau ia akan salah langkah. Tapi jika kecurigaannya kali ini benar, maka ia harus siap jika Ara memang harus ia singkirkan dari hidupnya.
gak membosankan.
kita penasaran samapi akhir.
keren...