PLAK
Dewa menatap kaget campur kesal pada perempuan aneh yang tiba tiba menampar keras pipinya saat keluar dari ruang meeting.
Dia yang buru buru keluar duluan malah dihadiahi tamparan keras dan tatapan garang dari perempuan itu.
"Dasar laki laki genit! Mata keranjang!" makinya sebelum pergi.
Dewa sempat melongo mendengar makian itu. Beberapa staf dan rekan meetingnyaa pun terpaku melihatnya.
Kecuali Seam dan Deva.
"Ngapain dia ada di sini?" tanya Deva sambil melihat ke arah Sean.
"Harusnya kamu, kan, yang dia tampar," tukas Sran tanpa menjawab pertanyaan Deva.
Semoga suka ya... ini lanjutan my angel♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Otw ke rumah Emily
"Aku sudah melakukannya.....," ringis wanita yang masih cantik walau terlihat sudah agak berumur. Wajahnya tampak mengernyit kesakitan, akibat jambakan keras laki kaki itu di rambutnya
Seorang laki laki tampan yang umurnya pun sepertinya ngga jauh beda dengan wanita itu, akhirnya melepaskan jambakannya.
Ada beberapa helai rambut wanita itu di dalam genggaman.
"Pasti sekarang dia meragukan Juhandono sebagai papanya," kekehnya berderai.
Wanita itu kini hanya bisa meringkuk di sudut tempat tidur.
"Terus racuni anak itu agar dia semakin tidak mempercayai Juhandono," tawanya semakin keras. Hatinya terlihat sangat senang.
Sementara wanita itu ngga menjawab. Wajahnya nampak sangat tertekan.
*
*
*
Tante Indri berusaha semaksimal mungkin meminta mua mendandani Emily.
Dia tau malam ini sangat penting bagi sahabatnya Zoya. Dia juga sudah tau garis besar rumitnya keluarga Emily.
Gadis ini harus dipolesnya lebih cantik dari biasanya agar keluarganya ngga bisa merendahkannya. Apalagi Dewa sudah memilih Emily dan direstui oleh Nathan dan Zoya, juga keluarga besarnya.
"Tante, ini ngga terlalu berlebihan?" Emily agak canggung. Pakaian, sepatu, tas yang dia kenakan bermerek limitted edition dari luar yang terkenal sangat mahal
Tapi dandanan dirinya dibuat ala ala artis korea. Tipis tapi sangat glowing.
"Nggak, dong. Wow, kamu cantik banget. Iya, kan, Dewa," puji Tante Indri dengan wajah penuh senyumnya. Dia merasa pu as karrna muanya berhasil mendandani Emily sesuai harapannya.
Mendengar nama Dewa, Emily menoleh, ternyata ada Dewa yang sudah berdiri dalam jarak beberapa langkah di belakangnya.
"Iya, cantik banget, tante," jawab Dewa dengan manik matanya yang tajam menatap Emily.
Dewa yang sudah rapi dengan jasnya, iseng mencari Emily. Dan dia jadi terpana saat melihat pantulan bayangan gadis itu di cermin besar yang ada di sana.
Dewa tersadar saat suara tante Indri menyapanya. Tapi dengan tenang dia menjawab teguran sahabat maminya.
Waktu mereka bertemu dulu, gadis itu hanya berdandan seadanya. Begitu juga tadi saat bersamanya. Mungkin hanya bedak dan lipstik warna pink aja yang dia gunakan.
Tapi sekarang sangat komplit tapi ngga norak.
Malah adem lihatnya, pikir Dewa.
Tante Indri memang paling pintar memaksimalkan kecantikan seseorang, kagumnya dalam hati.
Dewa akui dia sempat terpesona.
Sementara Emily yang mendengar jawaban Dewa merasakan betapa cepatnya jantungnya berdetak.
Tatapan laki laki itu seolah sedang ingin menggali sampai ke dasar.
Tante Indri tertawa renyah.
"Kamu juga sangat tampan, Dewa. Kalian pasangan yang serasi. Sana pergi sekarang sebelum kalian terlambat. Nih, pake kunci mobil tante." Tante Indri mengulurkan kunci mobil kesayangannya pada anak sahabatnya.
Dia menyayangi semua anak anak sahabatnya, baginya anak mereka adalah anaknya juga.
"Makasih, tante," ucap Dewa sambil menerima kunci tersebut.
"Sama sama," senyum Tante Indri sangat lembut, kemudian dia meraih tangan Emily. Menggenggamnya lembut.
"Hati hati, ya, cantik."
"Tante, terimakasih," ucapnya terharu. Jarang mendapat perlakuan lembut membuat hatinya menghangat.
Wanita yang melahirkannya pun ngga pernah dia dapatkan perhatian. Malah kini mengirimkan banyak pesan pesan yang membuatnya gundah.
"Sama sama sayang. Tante tunggu kabar baiknya, ya." Tante Indri mengedipkan sebelah matanya membuat Dewa tersenyum tipis. Sedangkan dada Emily semakin bergemuruh dengan banyak praduga yang semakin membuatnya ngga bisa tenang.
Ngga mungkin dia dijodohkan dengan Dewa.
Nggak mungkin.
Atau dengan Deva?
Hatinya membantah cepat
Nggak. Nggak. Kalo sama laki laki kurang ajar itu, dia akan langsung menolaknya.
Karena sibuk dengan kekhawatirannya, dia jadi terkejut karena merasa ada kejutan listrik menderanya saat tangannya dibawa ke dalam genggaman Dewa oleh tante Indri.
Ini genggaman kesekian kalinya. Terakhir saat mereka berboncengan di motor balap Dewa melintasi hujan.
Sepasang mata saling tatap.
"Kita pamit, tante," ucap Dewa tanpa mengalihkan tatapnya pada Emily.
"Hati hati." Tante Indri masih memperdengarkan tawa renyahnya.
Dengan gugup, Emily mengikuti langkah Dewa.
"Ayo," ucap Dewa sambil terus melangkah.
Dewa berhenti di dekat sebuah mobil sedan mewah milik tante Indri.
Dia membukakan pintu mobil untuk gadis itu.
"Kita masih punya cukup waktu," ucapnya sambil menahan pintu mobil tersebut.
Emily mengangguk kaku, dia masih belum bisa menormalkan detak jantungnya yang terus saja melakukan sprint.
"Kamu cantik banget," puji Dewa saat Emily sudah duduk di jok mobilnya.
Wajah Emily dengan ngga tau malunya merona sangat terang.
Kebun bunga di hatinya langsung bermekaran dan memanggil banyak kupu kupu agar mendekat.
Dia tersipu.
Dewa tersenyum lembut sambil menutup pintu mobilnya.
Saat dia sedang berjalan memutari mobil, Tante Indri melambaikan tangannya dengan senyum jahil di wajahnya.
Dewa tertawa pelan. Sepertinya sahabat maminya mengawasinya sejak tadi.
Saat sudah berada di dalam mobil, ponselnya bergetar.
Daddy? batinnya sambil lagi lagi netra mereka bertabrakan.
"Ada apa, Daddy?"
"Jangan sampai telat," suara Nathan terdengar menyahut.
"Siap, Daddy. Setengah jam lagi nyampe." Tatapan keduanya masih saja bertemu.
"Oke. Daady juga sudah hampir sampai di rumah Emily."
"Oh iya. Oke kalo gitu, daddy."
"Take care."
Dewa menyimpan ponselnya dan mulai menjalankan mobilnya.
Emily menatap laki laki yang kini nampak fokus menatap ke depan.
Apakah kita akan dijodohkan?
Tapi Nagita bagaimana?
Gemuruh di dalam dada Emily bukannya tambah tenang, tapi makin menjadi.
Dari samping saja sudah terlihat rahang kokohnya yang ditumbuhi rambut tipis. Hidung, bibir dan matanya seakan memang diciptakan khusus untuknya.
Begitu juga bentuk alisnya, ngga perlu lagi di tato. Sudah hitam tebal.
Matanya yang selalu menatapnya tajam dan punya daya hipnotis kuat.
Emily rasanya sudah gila karena otaknya malah menganalisa laki laki di sampingnya.
Padahal belum tentu dia akan dijodohkam dengan Dewa. Jangan sampai dia kege-eran.
"Aku memang tampan, kan," senyum Dewa tanpa melihat wajah Emily. Dia yakin kalo gadis di sampingnya ini sedang mengagumi wajahnya.
Idiih, ge-er amat, cela Emily dalam hati.
Ternyata watak kedua kembar ini sama saja, batinnya berdecak.
Emily memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan rona membara di wajahnya.
Bodohnya lagi kenapa dia seperti orang yang sedang meriang....
Emily menghembuskan nafasnya.
Kenapa mobilnya lama sekali tiba di rumahnya, gerutunya dalam hati.
Padahal saat ini pun Emily juga sudah ngga tenang karena membayangkan wajah mama Nagita saat melihatnya nanti. Pasti beliau akan marah karena Emily tidak menuruti permintaannya.
Dia harus bersiap mendengarkan omelan istri papanya yang sudah pasti sangat menyakitkan.
rasakan kau Baron.. sekarang rasakan akibatnya mengusik calon istrinya Dewa... 😫😫
sudah tahu bakal besan juhan orang berkuasa mlh cari masalah muluk baron
kalau mereka ketemu gimana ya...
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
atau nanti Agni juga ikut-ikutan bersandiwara... buat ngetes calon menantu... he he he he ..
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan