Hubungan yang dijalin oleh Yuana dan Farhan selama tujuh tahun harus kandas begitu saja
Yuana melihat Farhan yang berselingkuh dengan sahabat karibnya yang bernama Intan
Dan akhirnya Yuana langsung memutuskan untuk pergi
Disaat sedang menata hatinya, ia tidak sengaja bertemu dengan seorang yang tak lain adalah suami dari mendiang kakaknya yang bernama Haris
Apakah Yuana akan menikah dengan Haris atau ia akan kembali lagi dengan Farhan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Keesokan harinya dimana Haris membuka matanya dan merasakan kepalanya pusing sekali. Ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan pagi.
Ia pun langsung bangkit dan segera menuju ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Haris memutuskan untuk kerumah orang tuanya untuk menjenguk Divan yang kemarin ijin kepadanya untuk pergi ke dokter.
Sesampainya di sana, Haris mencium kedua tangan Papa dan Mama yang sedang duduk di ruang keluarga.
"Baru berangkat ke kantor?" tanya Papa.
"Iya Pa, semalam Haris pulang jam dua," jawab Haris yang mengatakan kalau ada meeting diluar kota.
Mama meminta Haris untuk duduk dahulu karena mama akan membuat sari kacang hijau untuk Haris.
"Dimana Divan, Ma? Sakit apa dia?" tanya Haris.
"Adikmu terkena flu, barusan Divan menghubungi Mama dan mengatakan kalau dirinya sedang ke pernikahan temannya" jawab Mama.
Mama juga mengatakan kalau Divan ke pernikahan temannya yang ada di Jepang.
"Ini ada titipan dari Divan" Mama memberikan surat yang ada di meja Divan dan ditujukan untuk Haris kakaknya.
Haris memutuskan untuk membukanya nanti di perusahaan dan sekarang ia ingin sarapan dulu di rumah Mamanya.
Papa meminta agar Haris menjaga kesehatannya dan jangan kebanyakan pulang larut malam.
Setelah selesai sarapan, Haris berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk berangkat ke perusahaan.
Ia pun langsung melajukan mobilnya menuju ke perusahaan.
Tak butuh waktu lama untuk Haris sampai disana dan setelah masuk ke ruangannya ia membuka surat dari Divan.
Haris langsung membelalakkan matanya saat membaca surat pengunduran diri Divan.
Divan mengatakan kalau ia akan bekerja di Jepang bersama bersama temannya yang mempunyai perusahaan disana.
Ia pun langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Divan.
"Kenapa ponselnya tidak aktif? Ada apa sebenarnya? Kenapa tiba-tiba Divan mengundurkan diri? Apakah dia tahu soal Yuana?" Banyak sekali pertanyaan yang muncul dari benak Haris.
Haris menggelengkan kepalanya dan ia yakin kalau Divan pasti tidak tahu kalau Yuana yang sudah meninggal dunia. Ia pun kembali duduk dan melanjutkan pekerjaannya.
Sementara itu di tempat lain dimana Divan sudah sampai di rumah yang baru saja ia beli.
Perawat lekas menaruh Yuana ke atas tempat tidur yang sudah disiapkan oleh Divan.
"Istirahatlah dulu, kamarmu ada disebelah sana" ucap Divan.
Perawat itu mengaggukkan kepalanya dan segera masuk kedalam kamarnya.
Divan duduk disamping Yuana yang masih belum sadarkan diri.
"Mulai saat ini ijinkan aku yang akan menjagamu Yuana" ucap Divan sambil membelai pipi Yuana.
Yuana merasakan ada tangan yang sedang membelai pipinya dan ia membuka matanya perlahan-lahan.
"D-divan..." Yuana melihat Divan yang duduk disampingnya.
Divan langsung menoleh ke arah suara Yuana yang sudah sadarkan diri.
Yuana menangis dan ia mengucapkan terima kasih kepada Divan yang sudah menolongnya.
"Jangan menangis, sekarang kamu aman disini. Aku akan menjagamu" ucap Divan.
Yuana merasa berhutang Budi kepada Divan yang menolongnya dari siksaan Haris dan ia berjanji akan membalas kebaikan yang diberikan oleh Divan.
"Jangan pikirkan itu dulu, yang terpenting sekarang kamu sudah aman disini" ucap Divan.
Kemudian Divan memanggil perawat dan memberitahukan kalau Yuana sudah sadarkan diri.
Perawat meminta Divan untuk keluar sebentar karena perawat akan memeriksa dan mengganti perban Yuana yang ada di punggungnya.
Disaat sedang menunggu perawat yang sedang memeriksa Yuana, Divan meminta pelayan untuk membuatkan bubur dan susu kedelai kesukaan Yuana.
"Nanti kalau sudah matang langsung antarkan ke kamar" pinta Divan
Pelayan lekas. membuat bubur dan susu kedelai permintaan Divan.
Divan melihat perawat yang sudah keluar dari kamar Yuana.
"Bagaimana keadaannya? Apakah semuanya ba
ik-baik saja?" tanya Divan.
Perawat mengangguk dan mengatakan kalau kondisi Yuana dalam keadaan baik-baik saja.
Divan pun kembali masuk dan tidak sengaja melihat Yuana yang kesusahan mengikat rambutnya yang panjang itu.
"Mana karetnya biar aku yang mengikat rambutmu" Divan mengambil karet yang diberikan oleh Yuana dan setelah itu ia mengikat rambut Yuana.
Divan tersenyum tipis dan melihat wajah Yuana yang masih agak pucat.
"Aku akan memanggilmu Yuana saja mulai saat ini" ucap Divan.
"I-iya Mas, terserah Mas Divan saja" jawab Yuana.
"Apakah aku boleh tahu tentang apa yang terjadi pada kamu?"
Yuana menatap wajah Divan yang ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya.Divan tidak memaksa Yuana untuk menceritakan semuanya.
"Aku akan menceritakannya Mas"
Kemudian Yuana menceritakan dimana saat itu suaminya mengajaknya ke tempat yang ia kira akan ke pantai atau gunung.
Yuana tidak menyangka jika suaminya akan mengajaknya ke tempat yang seperti neraka. Di tempat itu Haris mengikat dan kemudian menghajarnya sampai seperti ini.
"Aku takut, aku tidak mau bertemu dengan Mas Haris lagi" ucap Yuana dengan air mata yang semakin deras.
Divan langsung menenangkan Yuana yang menangis dan ia meminta Yuana untuk percaya kepada dirinya kalau ia yang akan melindunginya dari Haris atau lelaki lainnya yang mengganggu Yuana.
Tok
Tok
Tok
Suara ketukan pintu dari pelayan yang sudah selesai memasak bubur dan membuat susu kedelai permintaan Divan.
Yuana menghapus air matanya saat Divan membuka pintu dan meminta pelayan untuk menaruh nampan itu di meja.
Setelah meletakkan nampan itu, pelayan kembali keluar kamar.
"Sekarang waktunya untuk makan dulu, aku suapin ya" Divan mengambil mangkuk bubur dan menyuapi Yuana.
Yuana memakannya perlahan-lahan sambil menatap wajah Divan.
Entah apa yang akan terjadi jika malam itu Divan tidak datang menolongnya.
Yuana kembali meneteskan air matanya jika mengingat apa yang dilakukan oleh suaminya.
"Jangan menangis lagi, aku tidak mau melihatmu menangis terus" pinta Divan sambil mengusap air mata Yuana.
Divan menyuapi sampai buburnya habis dan ia Yuana untuk menghabiskan susu kedelainya.
Setelah selesai Divan membawa nampan itu ke dapur.
"Tuan, ini obat dan vitamin Nona Yuana" ucap perawat itu.
"Iya suster, terima kasih"
Divan membawanya dan tak lupa ia juga mengambil air putih.
"Ayo minum obat dan vitaminnya" Divan menyodorkan gelas ke Yuana.
Yuana lekas meminum obat dan vitaminnya, setelah itu Divan meminta Yuana untuk kembali beristirahat.
"Kalau ada apa-apa panggil Mas ya" ucap Divan.
Yuana menganggukkan kepalanya dan setelah itu Divan keluar dari kamar Yuana.
Ia kembali memejamkan matanya dan mencoba untuk tidur.
Disaat matanya terpejam tiba-tiba bayangan itu muncul lagi sampai membuat Yuana berteriak ketakutan.
Divan yang baru masuk ke dalam kamarnya langsung berlari menuju ke kamar Yuana.
"Ada apa?" tanya Divan melihat tubuh Yuana yang gemetar ketakutan.
Divan menghampiri Yuana yang kemudian langsung memeluknya.
"Jangan tinggalkan aku sendirian, aku takut. Bayangan itu muncul lagi,"
Divan meminta Yuana untuk menarik nafas dalam-dalam dan tidak takut dengan bayangan itu.
Kemudian Divan naik ke atas tempat tidur dan memeluk tubuh Yuana agar bisa tidur kembali.
Ia tidak mau jika Yuana bisa tidur karena bantuan obat penenang.