Mencintainya adalah sebuah keputusan..
Sifat perhatian padaku menutupi pengalihannya...
Yang dia kira...dia yang paling disayang, menjadi prioritas utama, dan menjadi wanita paling beruntung didunia.
Ternyata semua hanya kebohongan. Bukan, bukan kebohongan tapi hanya sebuah tanggung jawab
.
.
.
Semua tak akan terjadi andai saja Arthur tetap pada pendiriannya, cukup hanya dengan satu wanita, istrinya.
langkah yang dia ambil membawanya dalam penyesalan seumur hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lupy_Art, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
Villa...
sekarang Arthur dan istrinya berada didalam kamar mereka. Livia duduk ditepi ranjang dengan Arthur yang sudah berlutut didepannya,
Arthur mensejajarkan wajahnya diperut Livia, tangannya melingkari pinggang istrinya.
"Maafkan Daddy sayang, Daddy payah menjaga mommy dan kamu.. Daddy berusaha melakukan yang terbaik untuk kalian" ucapnya lalu mengecup perut istrinya yang terhalang kain itu.
Kini Arthur beralih pada ibu dari anaknya, "kamu menginginkan sesuatu?.." Livia menggeleng menatap lurus kedepan
Arthur meraih telapak tangan istrinya lalu menaruh dipipinya sesekali mengecupnya
"kamu sudah memaafkanku?..." namun Livia tetap diam. "apa yang harus ku lakukan agar kamu mau bicara padaku?"
"Aku ingin ketaman belakang" ucap Livia berusaha melepaskan tangan Arthur yang melingkar dipinggangnya
"tidak akan ku lepaskan sampai kamu mau memaafkanku"
"wanita itu bukanlah siapa², dia hanya rekan kerjaku sayang"
"aku tidak ingin membahasnya, lepaskan"
"kamu akan terus mendiamkanku jika kita tidak menyelesaikan persoalan ini"
"Aku tidak mempermasalahkannya" elak Livia
"sungguh? Kalau begitu cium aku jika itu benar" seringai Arthur menatap wajah garang istrinya tapi terlihat lucu dimatanya
Livia mau tidak mau mencium Arthur
Cup...
"aku tidak mau dipipi, aku ingin dibibir" Livia memutar bola matanya malas
Livia menunduk mencium bibir suaminya... bagitu mau menjauhkan wajahnya Arthur malah menahan tengkuknya melumatnya lebih dalam
Arthur tersenyum dalam ciumannya, akhirnya rencana mengerjai istrinya berhasil... Arthur sudah sangat merindukan bibir manis istrinya, bibir itu menjadi candu untuk Arthur
Perlahan Arthur membaringkan istrinya, sekarang posisinya Livia berada dibawah kungkungan suaminya
mengecup seluruh wajah Livia, Arthur menyatukan kedua kening mereka. "kenapa membuatmu percaya sangat sulit, Hm?"
Drrt...Drrt...
Arthur mengangkat telepon tanpa mengetahui siapa yang menelepon
"Arthur...dimana putriku?" mommy Sarah yang menghubunginya ternyata
"Ada bersamaku" setelah itu Sarah mengubah panggilannya ke panggilan video
Sarah dapat melihat wajah putrinya yang tengah berbaring bersama putra sulungnya
"Apa mommy mengganggu kalian?" Sepertinya Sarah menelepon diwaktu yang kurang tepat, pikirnya.
"Tidak Mom... Mom aku rindu sekali denganmu" Livia mengungkapkan isi hatinya
"Mommy juga merindukanmu sayang, pulang lah kemari nak, ajak suamimu juga"
"mommy tidak merindukanku? , sejak tadi aku hanya mendengar mommy merindukan putrinya saja" bukan Livia itu adalah Arthur... sebenarnya Arthur tidak mempermasalahkan hal itu, hanya bercanda saja
"oh sayangku, putra kebanggaan mommy tentu saja mommy juga sangat merindukanmu" kata Sarah
"Apa aku bukan putra kebanggaan mommy juga?" itu suara kevin yang sedang duduk disebelah Sarah
"kamu juga cintaku, tapi kamu selalu membuatku kesal" Kevin melunturkan senyumnya mendengar itu
Livia yang mendengar itu tersenyum... mommy dan putra bungsunya terkadang seperti tikus dan kucing, selalu saja ada yang diributkan meski hal kecil namun itu kevin lakukan agar tidak bosan
Aneh memang...
"Mom.. Aku punya kabar bahagia.." ucapan Livia membuat Sarah dan Kevin penasaran
"Aku Hamil..." Sarah membesarkan bola matanya...
"ini sungguhan? Aku akan segera menjadi nenek... Kevin kau akan punya keponakan" Teriak Sarah meneteskan air matanya
'mom, bahkan sekarang kamu mau punya dua cucu.. Cucu pertamamu sudah tumbuh besar' batin Arthur
"Sayang...dengarkan Mommy, kamu banyak² istirahat, jangan melakukan pekerjaan berat, makan yang teratur... Dan kamu Arthur, jangan membuat putriku stress" tanpa diketahui Sarah, putranya sudah membuat istrinya stress
"Iya mom..." jawab Arthur sekenanya
"yasudah..mommy tidak mau mengganggu kalian dulu, mommy akan memberi tahu Daddy kalian kabar bahagia ini... bye bye sayang" setelah itu telepon dimatikan sepihak oleh sarah
Livia meletakkan ponsel suaminya, "kamu dengar itu? TIDAK BOLEH MEMBUATKU STRESS " Ucap Livia dengan sangat jelas pada suaminya
Arthur terkekeh, "Kamu tidak ngambek lagi, hm?" menggesekkan hidungnya dipipi Livia
"Siapa yang ngambek? Bukan aku tuh" Livia memalingkan wajahnya ke sisi lain
"Oh ya? Kalau begitu kita bisa main sebentar kan" Livia langsung menoleh pada Arthur,
"kamu tidur diluar malam ini..." Arthur pun panik
"Aku hanya bercanda sayang, aku tidak bisa tidur jika tidak memelukmu" rayu Arthur
"kalau begitu buatkan aku puding susu, aku ingin memakannya nanti malam" Arthur langsung mengiyakan perintah sang nyonya ratu
"Aku akan membuatnya sekarang"
"Harus kamu yang membuatnya, tidak boleh orang lain. Kamu juga tidak boleh meminta bantuan maid" walaupun sebenarnya Arthur tak paham cara membuatnya yang penting sekarang dia menyanggupi permintaan istrinya daripada nanti malam tidur diluar.
Setelah tahu istrinya hamil Arthur jadi lebih suka memeluk istrinya sampai pagi, yang kemarin itu karena istrinya ngambek jadi Arthur tidak bisa memaksa mungkin itu kemauan bayinya, pikirnya.
.
sekarang Arthur menatap bahan dan alat yang sudah ia siapkan dimeja dapur. Setelah melihat tutorial cara membuat puding di youtube tadi, Arthur dengan percaya diri mencampur dan mengaduk semua bahan jadi satu..
meja itu sudah berantakan dengan tumpahan air dimana² dan susu kental manis yang sudah tumpah sebagian karena tadi Arthur sedikit menggunakan tenaganya untuk membuka kaleng susu itu
Setelah dimasak dan dituang dalam cetakan..ia memasukkannya kedalam pendingin
Makan malam...
Arthur dan Livia makan dengan damai, tadi sempat terjadi keributan kecil sama seperti yang kemarin. Arthur lagi² mempermasalahkan istrinya yang tak mau duduk dipangkuannya.
Tapi ia segera teringat perkataan dokter tempo hari, menekan egonya demi kebaikan anak mereka. Itu adalah langkah yang sudah tepat.
setelah hidangan makan malam keduanya habis, maid meletakkan potongan puding susu dihadapan sang nyonya
Livia melirik Arthur sebentar, Arthur yang dilirik tersenyum kearah istrinya. "ini puding yang kamu mau tadi... Aku yakin kamu akan suka" ucap Arthur dengan percaya dirinya
Livia memutar bola matanya, memasukan sesendok puding kedalam mulutnya.. mencoba merasakan sensasi rasa puding susu yang sudah ia bayangkan sejak tadi siang..
Arthur terus memperhatikan ekspresi wajah istrinya yang tak menunjukan reaksi apapun
"bagaimana rasanya? Kamu suka?" Arthur begitu penasaran lantas ia segera menyendok puding dihadapannya
"tidak terlalu buruk..." kata Arthur
"kenapa tidak ada potongan buah²an didalam pudingnya?" tanya Livia
"kamu tidak bilang kalau mau pakai buah" memang itu yang sebenarnya
"aku tidak harus bilang kan kalau ingin pakai potongan buah, Kamu yang tidak kreatif" protesnya pada Arthur
Arthur mencoba bersabar.. 'nak kamu senang sekali mengerjai Daddy sepertinya, hm' batinnya
"baiklah aku yang salah disini, apa mau aku buatkan lagi dengan potongan buah?" Arthur menekan egonya demi menjaga mood sang istri
"tidak, aku sedang tidak ingin. Kapan² saja... " Arthur bernafas lega
"aku akan menghabiskannya dikamar sambil menonton TV" Arthur dengan siaga membawakan mangkuk berisi potongan puding dengan sebelah tangannya..dan tangan yang lain merangkul pinggang istrinya
Setelah tiba dikamar, Arthur memperlakukan istrinya bak ratu. Mulai dari menyiapkan selimut, bantal sandaran.. Serta menyalakan TV untuk istrinya
Livia hanya tinggal duduk diam sambil memegang semangkuk puding dipangkuannya
"sayang, nikmatilah tontonanmu.. Aku harus mengerjakan beberapa pekerjaan diruanganku" sebelum pergi tak lupa mencium kening, pipi, serta yang terakhir di bibir dengan sedikit lumatan
.
.
.
Diruangannya Arthur mengecek beberapa laporan perusahaan serta jadwalnya besok.
Arthur menepuk jidatnya, ia hampir lupa jika besok harus memenuhi janjinya pada Erland putranya. Tapi dia bingung, ini pilihan yang sulit.
Livia baru saja mau bicara lagi dengannya setelah kejadian kemarin, jika Arthur meninggalkannya besok bagaimana dengan istrinya.. Arthur tidak akan bisa secara langsung menjaga istrinya jika nanti istrinya kenapa²
Tapi, kalau tidak menepati janji pada anaknya. pasti anaknya akan marah padanya. Itu akan mempersulitnya bertemu dan dekat dengan Erland
Ia harus mencari kalimat yang pas untuk bicara pada istrinya nanti....
.
.
.
.
.
...----------------...
.
.
.
.
/Facepalm//Chuckle/
/Chuckle//Facepalm/
/Shy//Chuckle/