"Bagaimana cara mendapatkan mu?"
Yigon yang didesak ayahnya untuk segera menikah pun merasa kebingungan. Tak lama kemudian, dia jatuh cinta dengan seorang gadis SMA yang baru pertama kali di temuinya. Berawal dari rasa penasaran, lama-lama berubah menjadi sebuah obsesi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Ingin kembali seperti semula
Di kampus, wajah Fairy tampak terlihat sangat amat cemberut, hingga sahabat dekatnya, Osuria terheran melihat ekspresi temannya yang seperti itu.
Osuria yang penasaran pun terus mendesak Fairy agar mau menceritakan segala keluhan nya. Karena terus didesak, Fairy pun menceritakan tentang Yigon yang terlihat sangat mencurigakan.
"Ah? Lalu bagaimana?" tanya Osuria sangat antusias mendengarkan cerita dari Fairy.
"Apanya yang bagaimana? Sampai sekarang dia masih belum ada kabar. Jika sudah begini, apakah aku tidak boleh curiga?" kata Fairy menggerutu, dia bercerita dengan penuh ekspresi yang detail.
"Kan sudah wanti-wanti ku katakan! Dia itu pria cabul! Jangan dekat-dekat dengannya lagi, walaupun dia tampan dan memiliki segalanya, tidak semua laki-laki tampan itu baik! Camkan kata-kataku dengan baik dan benar!" kata Osuria geregetan melihat temannya yang merasa patah hati.
Fairy pun terdiam begitu melihat seseorang menguping pembicaraan mereka. Orang itu adalah Rio, senior Fairy dan Osuria di fakultas ekonomi. Akhir-akhir ini Rio sering membuntuti Fairy dan Osuria, entah dia sedang tertarik dengan siapa.
"Sepertinya, kalian sedang membicarakan hal yang menarik," kata Rio yang tiba-tiba datang menghampiri Fairy.
"Senior jangan suka menguping pembicaraan orang lain seperti itu! Jika ingin mendengarnya dengan lebih jelas, sebaiknya senior bergabung saja dengan kami," kata Osuria yang sepertinya menyukai laki-laki yang bernama Rio itu.
"Entahlah? Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan obrolan kalian, aku hanya tertarik dengan... Hahahaha kenapa kalian terlihat begitu tegang?" kata Rio sambil tertawa.
Tapi tidak dengan Fairy, dia berdiri kemudian pamit pulang karena kelas di pagi itu sudah selesai, dan tidak ada kelas lain di hari itu.
...----------------...
Di rumah sakit, dokter mendiagnosa jika Yigon hanya mengalami kelelahan dan stress karena terlalu banyak hal yang sedang ia pikirkan.
"Sebaiknya anda lebih banyak beristirahat di rumah setelah pulang dari kerja. Kurangi begadang dan minum minuman beralkohol tinggi, karena itu bisa menyebabkan racun di tubuh anda pak," jelas seorang dokter cantik yang sedang memeriksa kondisi Yigon yang pucat.
"Saya tidak sedang keduanya," sahut Yigon mengelak.
"Apanya yang tidak? Anda ingin membohongi saya?" dokter memarahi Yigon yang bebal.
Setelah meresepkan obat untuk Yigon, Linnon ditugaskan oleh Yigon untuk mengambilkannya obat di apotek. Sementara itu, Yigon yang masih pucat memaksakan diri untuk mengunjungi kamar ayahnya yang berada di lantai atas.
"Anda baik-baik saja? Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang perawat yang khawatir begitu melihat Yigon yang tampan itu berjalan terseok-seok.
"Terimakasih, tapi saya sudah sampai," sahut Yigon begitu tiba di depan kamar inap ayahnya.
"Oh, apa anda kerabat dari Tuan Moera? Saya baru saja keluar dari sana, membawakan sarapan untuk Tuan Moera,"
"Begitu kah? Terimakasih," Yigon tersenyum.
"A-ah, iya itu memang tugas saya... Kalau begitu saya permisi," perawat itu pergi meninggalkan Yigon yang sudah siap untuk masuk ke dalam.
TEK!
Suara pintu otomatis yang terbuka begitu Yigon masuk ke dalam kamar inap ayahnya. Disana, Garon terlihat sibuk menonton acara reality show di channel favorit nya.
"Ada apa lagi sus?" tanya Garon tanpa melihat siapa yang telah datang menemuinya. Hidupnya terlalu lama bersantai.
"Ayah," sapa Yigon yang sontak membuat Garon terkejut.
Garon yang tadinya terduduk santai, kini langsung berdiri begitu Yigon datang dan menatapnya dengan tatapan tajam. Hari itu, kedok penyakit parahnya sudah terbongkar. Garon tidak bisa membuat alasan apapun lagi, ini kedua kalinya Garon melihat sorot mata tajam yang Yigon berikan kepadanya.
"Yi-Yigon! Kau datang nak? Kenapa kau tidak memberitahuku terlebih dahulu?" sapa Garon panik.
"Itu tidak perlu. Karena sekarang aku akan membawamu pulang. Aku sudah mengetahui sandiwara mu, dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk menghentikannya. Ayo pulang!" ajak Yigon dengan nada sedikit keras.
Garon yang saat itu sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi, hanya bisa diam dan menuruti semua kata yang Yigon perintahkan. Laki-laki tua itu merasa bingung, anak laki-laki pertama yang sangat menyayanginya itu, sekarang sedang marah gara-gara ulahnya.
"Ini terlalu mendadak nak, bagaimana nanti ayah berbicara dengan pihak rumah sakit?" kata Garon yang mencoba menghentikan Yigon yang berniat mengajaknya pulang saat itu juga.
"Kenapa ayah mengkhawatirkan tentang itu? Pihak rumah sakit akan sangat bahagia karena ayah sudah pergi dari sini. Ayah tidak akan mendapatkan kamar inap jika ayah tidak benar-benar sedang sakit! Aku sudah berbicara dengan pengelola rumah sakit, dan menyumbangkan beberapa puluh juta sebagai bentuk permintaan maaf atas ulahmu itu," jelas Yigon yang membuat Garon terkejut.
Dia tidak akan bisa mengulangi drama semacam ini lagi karena Yigon telah membuat kesepakatan dengan pihak rumah sakit. Dan tidak akan membiarkan Garon macam-macam.
Di tengah perjalanan ke lantai paling bawah, Yigon sempat berpapasan dengan dokter Hiden di sebuah lorong rumah sakit. Keduanya pura-pura tidak saling mengenal ataupun menyapa satu sama lain.
Mereka akan terus seperti itu sebelum kepastian berhasil didapatkan. Permainan yang menjadikan Fairy sebagai taruhan akan dilaksanakan di hari Sabtu malam, untuk info tempatnya menyusul.
Linnon yang datang setelah mengambil obat, langsung mengantarkan Yigon dan Garon pulang ke rumah utama keluarga Moera. Pria tua itu hanya bisa terdiam, merenung melihat ke luar jendela mobil. Hari-hari bersantainya telah selesai, kini ia akan kembali ke rutinitas hariannya yang memusingkan.
Pak dokter yang menangani Garon pun kini sudah bisa bernafas lega, tidak ada lagi beban yang ia tanggung di benaknya. Karena di 4 bulan terakhir ini, dia sudah sangat bosan dan kesal melihat Garon yang selalu bersantai di kamar inap yang seharusnya diperuntukkan untuk pasien yang benar-benar sedang sakit.
"Uang memang bisa melakukan apa saja," gumam pak dokter, dengan nafas panjangnya ia melihat mobil Yigon yang sudah bergerak pergi meninggalkan rumah sakit itu.
...----------------...
Di sisi lain, kini Rimon masih terjebak di dalam genggaman keluarga Ester. Mereka terus memaksanya sampai mau menandatangani surat perjanjian bodoh itu.
Dengan gemetar, Rimon terpaksa menandatangani surat perjanjian itu agar bisa segera terbebas dari orang-orang aneh di keluarga Ester. Dia memiliki firasat buruk tentang kejadian yang janggal tersebut.
Dia sudah berkali-kali membaca isi dari surat perjanjian yang keluarga Ester buat. Itu sama saja dengan pemaksaan, Rimon yang tidak tau dan tidak menginginkan hal itu tiba-tiba harus terjebak didalam situasi yang merugikannya itu.
Isi kontraknya, terdapat beberapa poin yang membingungkan Rimon. Terutama di poin pertama surat perjanjian itu, yang menyatakan 'setelah pihak B telah menandatangani surat perjanjian ini, maka pihak B bisa dikatakan telah berjanji untuk menikahi pihak A di masa depan. Jika di langgar, maka pihak B akan menerima konsekuensi yang akan diberikan oleh pihak A'.
"Sebenarnya apa yang telah ku lakukan?" batin Rimon berkata.