NovelToon NovelToon
Sketsa Baby Bee

Sketsa Baby Bee

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Unik Muaaa

"Panggil Bee aja seperti biasa. Gak ada akan ada yang curiga kan kalau kita in relationship, namaku kan Bilqis keluarga panggil aku Bi."

"We have no relationship."

Samapai kapanpun aku akan mengingat kalimat itu.

>_<

Bahkan hubungan yang aku pahami, lain dari hubungan yang kamu pahami.

Kamu tidak salah.

Aku yang salah mengartikan semua kedekatan kita.

Aku yang begitu mengangumimu sejak kecil perlahan menjelma menjadi cinta, hingga salah mengartikan jika apa yang kamu lakukan untukku sebulan terakhir waktu itu adalah bentuk balasan perasaannku.

Terima kasih atas waktu sebulan yang kamu beri, itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasakan layaknya seorang kekasih dan memilikimu.

Tolong jangan lagi seret aku dalam jurang yang sama, perasaanku tulus, aku tidak sekuat yang terlihat. Jika sekali lagi kamu seret aku kejurang permainan yang sama, aku tidak yakin bisa kembali berdiri dan mengangkat kepala.

This is me, Bee Ganendra.
I'm not Your Baby Bee Qiss anymore

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Unik Muaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sejak Kapan

Akhirnya aku harus pulang, jika malam sabtu dan minggu aku bisa memberi alasan kenapa betah menginap di rumah Bang As, untuk malam senin aku harus pulang karna senin harus sekolah.

Karna mencoba menghindari Chaka dan takut Bang Ar ada di rumah keluarga Ganendra, aku kembali kerumah jam sepuluh malam lalu buru-buru masuk kamar dan mengunci pintu. Tidak memperdulikan Chaka yang mengedor-ngedor pintu kamarku.

Jam sudah menunjukkan jam tujuh kurang lima menit, sebentar lagi Bunda pasti akan berteriak agar semua turun.

Kutatap pantulan wajahku di depan meja rias sebelum akhirnya berdiri dan membuka pintu.

"Hah!."

Aku terkejut hingga terperanjat dan hampir menubruk pintu di belakangku jika saja Bang Ar tidak meletakkan tangannya di belakang kepalaku.

Andai situasinya kali ini aku bukan tersangka, aku pasti akan mengomeli Chaka yang berdiri tepat di depan kamarku dengan mata melotot hingga membuatku terperanjat kaget.

"Lo jadian ama dia?" Tanya Chaka dengan tatapan tajamnya, "sejak kapan?."

"Kenapa pesan Abang gak dibuka?" Kali ini Bang Ar yang bertanya, "Padahal foto yang Abang kirim lebih bagus dari Chaka."

Urat leherku seakan melepas membuat kepalaku tertunduk dalam.

Sampai saat ini aku belum membuka pesan Bang Ar, karna pasti tidak akan jauh beda dengan foto yang Chaka kirim padaku.

"Kita hanya jalan, gak jadian" cicitku.

"Oh ya?, tapi kenapa kalian kayak yang udah pacaran?" Tanya Chaka.

"Kan masih tahap jalani aja, ya ... Hampir sama kayak pacaran."

Tak ...

Plak ...

"Aw!."

Aku memekik kesakitan sembari memegangi keningku karna sentilan Bang Ar dan pukulan tangan Chaka.

Mataku melotot dan wajahku cemberut menatap Chaka dan Bang Ar yang masih berada di depanku, masih dengan posisi penyergapan mereka.

"Otak lo di mana sih?!" Hardik Chaka.

Aku langsung panik menutup mulutnya dan melirik kearah tangga takut Bunda atau Ayah muncul tiba-tiba.

"Kenapa nutup mulut gue?" Chaka menyentak tanganku, "lo takut ketahuan sapa?."

"Ayah" jawabku tampa ragu lalu kembali menatap Chaka dengan tatapan serius.

Chaka menoleh pada Bang Ar lalu mengerutkan keningnya sebelum kembali menatapku.

Kulirik Bang Ar dan Chaka bergantian, mereka menatapku penuh tanda tanya membuatku pasrah, menghela nafas dan melangkah kecil menghampiri Bang Ar dan memeluknya.

"Ayah memintaku agar menjaga jarak dengan mereka berdua" cicitku.

"Terus kenapa malah jalan sama dia Twin?."

"Karna saran Abang" kudongakkan kepalaku menatap Bang Ar, "aku mau menggunakan waktu sebaik mungkin seperti saran Abang" suaraku semakin terdengar mencicit.

"Bi" panggil Bang Ar lembut.

Panggilan lembut Bang Ar bagaikan pemetik, mataku langsung berkaca-kaca.

"Ayah minta kamu jaga jarak karna gak mau kamu terluka nantinya, Abang bilang begitu juga bukaan minta kamu jalan sampe de ..."

"Aku siap endingnya Bang" suaraku serak.

"Hei jangan nangi, nanti Bunda sama Ayah curiga" Chaka mengusap-usap kepalaku.

Kembali kubenamkan kepalaku dan kupeluk Bang Ar dengan erat.

Ending ...

Aku sudah siap dengan ending ceritaku dan dia nantinya, entah baik atau burik aku akan menerima dengan segala konsekuensinya.

*-*

"Hai."

Aku berdecak malas melihat siapa yang duduk di depanku, di kursi Daniel. Siapa lagi jika bukan Yardan yang selali mengunakan kesempatan setiap kali Chaka atau Daniel tidak di sekitarku.

"Cowok lo itu ..."

Keningku langsung mengerut mendengar kalimat menggantung Yardan.

Jangan-jangan cowok yang dimaksud dengan Yardan adalah Sagara, karna tidak mungkin Yardan mengatakan Cowok Lo untuk Chaka atau Daniel kan?.

"Dia nantan kapten sepak bola di SMA Antariksa, dia pintar basket dan kembarannya mantan ketua basket juga, namanya Aresya Sagara Atmaja."

Mataku membulat, siapa sangka jika Yardan sampai mencari data tentang Sagara sampai ke data Sakura juga

Kutopang kepalaku dengan sebelah tangan menatap Yardan dengan senyum lebar.

"Dia salah satu murid yang pintar juga, tapi kalau di banding ama gue, kayaknya gue gak kalah ja ..."

Yardan tiba-tiba tidak meneruskan kalimatnya, Yardan menatapku dengan mata mengerjab-ngerjab seperti anak kucing.

Aku menatap heran padanya.

"Sumpah, ini kedua kali lo senyum selebar ini ama gue."

Keningku semakin mengerut dalam.

"Pertama lo senyum selebar ini waktu kita ketemu, dan ada Ares . Sekarang ngomongin Ares, lo senyum juga. Apa harus ngomong pacar lo itu, biar gue bisa dapet senyum lebar lo gini?."

Yardan melipat kedua tangannya di atas meja dan menatapku dengan dalam.

Aku terkekeh kecil sembari menarik diri agar wajahku dan Yardan tidak terlalu dekat, bersandar pada sandaran kursi sembari mengetuk-ngetuk meja dengan jemariku.

Kembali kucoba memasang wajah datarku seperti biasanya.

"Lo secinta itu ya ama dia?" Tanya Yardan.

"Menurut lo?."

"Cinta" jawabnya, "terlihat jelas dipancaran mata lo meski lo gak tersenyum sekalipun. Tapi ada yang beda Bilqis."

"Sok tau lo!."

"Gue adalah pengagum lo, jadi gue selalu mengamati semua gerak gerik lo. Jadi gue tahu apa yang lain dari lo."

"Dasar stalker."

"Gak masalah lo mau ngatain gue apa" ucap Yardan lalu tertawa kecil, "lo terlihat jelas cinta dia, tapi ada sesuatu yang lain juga ditatan lo."

Kuperhatikan Yardan yang tampak santai dengan pembawaannya. Jika diingat-ingat, setiap kali menghadapiku dan membicarakan perasaannya, Yardan selalu tampak santai dan sungguh-sungguh di waktu bersamaan.

Tidak perduli aku menolaknya secara kasar atau tidak menghiraukannya, Yardan masih saja bersikap tenang.

Sepertinya aku akan meniru sikap tenang Yardan nantinya.

"Bilqis dengar" Yardan tiba-tiba bersikap serius, "kalau lo putus ama dia. Meski jadi pelarian lo, gue siap" ucapnya sungguh-sungguh.

Aku mengetatkan rahangku, menatap tajam pada Yardan dengan kesal.

"Dasar gila!" Makiku, "pergi sana!."

*-*

Acara Pajak Jadian Elio dan Sakura benar-benar membuat semua orang kenyang.

Semua orang sudah kocar kacir tidak lahi duduk ditempat semula, hanya aku yang tetap duduk tempatku dan Kevano saudara Elio yang belum beranjak dari tempat kami duduk.

"Lo nanti pulang bareng gue ya."

Tiba-tiba Sagara sudah duduk di kurai sebelahku, membuatku segera mematikan layar ponselku dan menghadap padanya.

"Bilqis pulang bareng kita" Chaka berjalan kearahku bersama dengan Daniel, "dia kesini bareng kita jadi pulang bareng kita."

"Itu peraturan Bunda" sambung Daniel.

"Gue ada perlu sama Bang Je, dan yang hanya bisa ngedistrek Bang Je dari kerjaannya hanya Bee."

Tampa aling-aling, dia melingkarkan tangannya dipundakku.

Plak ...

Chaka menepis tangan Sagara dan memelototinya tajam.

Aku terkekeh kecil, meski Chaka orang hang cuek dnegan sekitar, dia adalah pelindung sekaligus orang terprotektif pertamaku sebelum Ayah dan para Abang-Abang.

"Bi Bi an ... Bilqis!" Geram Daniel.

"Sejak kapan lo jadi orang terdeket kembaran gue, sampek manggil dia Bi?" Omel Chaka.

Posisi dudukku yang semula tegap berubah jadi sesantai mungkin, punggungku bersandar pada sandaran kursi dan kepalaku kusandarkan pada lengan Chaka yang berdiri tepat di sampingku duduk.

Dia, Sagara melirik padaku membuatku terkekeh kecil tampa suara.

"Iya juga" ucap Sakura sembari berjalan mendekat kearah kami, "sejak kapan lo manggil Bilqis Bi?, sok asik lo."

"Kalian gak ada hubungan Kan?" Tanya teman Sakura sembari duduk di pinggir meja dekat Sagara, kalau tidak salah nama cewek itu Gigi. "Jangan bilang kalo Bilqis berhasil ngerebut hati lo, ngalahin gue yang berjuang mati-matian selama ini."

Mataku terbelalak mendengarnya, kualihkan perhatianku pada Sagara yang ternyata juga menatapku, namun dia memutuskan tatapan kami dan menatap Gigi dengan wajah datar.

"Emangnya sejak kapan gue harus bilang ama lo tentang kehidupan gue?."

Kukulum bibirku menahan kekehan.

Tangan Chaka menyentuh puncak kepalaku dan mengelus lembut. Aku dan Chaka saling tatap, tampa mengatakan apapun, kami sudah paham satu sama lain.

*-*

1
Rini Anggraini
hai thor salam kenal....saya suka baca novelnya,tp g tau jg alurnya gimana cuma ngalir ngikut aja,maaf klo boleh tau alur ceritanya kearah mana ya,soale belum nemu,ini cerita ttg cinta ato gmna ....🙏🏼🙏🏼😊
Efi Nurwardani
tidak sabar menanti mu thor
Unique: Terima Kasih 😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!