Di Benua Tian Yuan, semua orang berlatih Dao Sihir hingga ke puncak, menjadi dewa abadi sejati. Itu telah di lakukan dari generasi ke generasi, tradisi yang orang semua percaya bahwa Dao Sihir adalah satu-satunya jalan menuju puncak keabadian.
Namun Jian Xin, pemuda sampah yang di anggap sebagai pemborosan oleh semua orang tiba-tiba muncul dengan Jalan Dao yang berbeda. Jalan Dao yang menantang langit, jalan Dao yang telah di tinggalkan semua orang. Yaitu Dao Pedang .....
Dengan hati Dao Pedang yang kuat, dia menempuh jalan yang lebih sulit dan menyakitkan dari orang lain. Semua untuk membuktikan bahwa Dao yang dia miliki bisa membawannya ke puncak!
Dalam perjalanan yang menyakitkan itu, dia tiba-tiba menemukan rahasia besar yang telah lama menghilang. Rahasia yang di tinggalkan oleh Dewa Dao pertama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soccer@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 : Pertarungan Berakhir!
Pemandangan anggota tubuh Jiang Wusang yang terpisah mengejutkan semua orang hingga tidak bisa berkata apa-apa tetapi terdiam membisu, syok dan bingung menggantung di wajah mereka.
Baru saja mereka melihat bahwa Jiang Xin akan menjadi orang yang di kalahkan, tapi hanya dalam satu tarikan nafas. Situasi sudah sepenuhnya berubah, bahkan saking cepatnya. Orang-orang yang kultivasinya berada di Dao Awal tidak bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi.
Mereka hanya melihat bahwa Jiang Xin tiba-tiba menghilang, lalu empat cahaya pedang muncul sebelum di akhiri oleh suara tangisan Jiang Wusang.
Semua tetua dan para petinggi Klan bangkit dari kursi mereka dengan terkejut, bahkan Jiang Rao tidak terkecuali. Mereka tidak seperti para murid di alun-alun, dengan tingkat kultivasi mereka. Mereka bisa dengan jelas melihat apa yang terjadi.
"Dao Awal Tingkat Puncak!"
"Jiang Xin ternyata seorang Dao Awal Tingkat Puncak, bagaimana ini mungkin?"
"Hanya sepuluh hari yang lalu dia gagal dalam upacara kebangkitan, bagaimana dia bisa memiliki kekuatan ini?"
Suara-suara terkejut terdengar di antara para Tetua, membuat suasana di tempat itu jatuh dalam kebisingan dan keributan. Para murid di alun-alun yang mendengar perkataan para tetua merasakan jantung mereka berdetak kencang.
Berdiri di platfrom tinggi, Jiang Ruyin menatap kosong pada sosok pemuda yang belum dewasa itu. Meski dia memiliki sedikit kecurigaan sebelumnya, tapi dia tidak pernah berpikir bahwa hal akan berjalan di luar perkiraannya.
Saat ini, Kegemparan terjadi di seluruh alun-alun. Semua orang menatap Jiang Xin dengan tidak percaya, itu terutama pada pedang ilusi di tangannya.
Namun, dalam situasi yang tidak terkendali ini. Tiba-tiba, sosok di platfrom tinggi melesat ke arah panggung pertempuran. Aura Dao Master Tingkat Menengah melonjak dari tubuhnya saat dia muncul di samping Jiang Xin.
Melihat ini, wajah Jiang Ruyin tiba-tiba berubah. "Jiang Shing, kamu berani!" teriaknya marah.
Jiang Shing tidak memperdulikan teriakan Jiang Ruyin saat dia dengan kejam mengayunkan kepalan tangannya yang di bungkus oleh Qi Dao.
"Bajingan Kecil, MATI!" kata Jiang Shing dingin.
Jiang Xin menyipitkan matanya. "Guru," gumamnya.
"Tenang saja, dia tidak akan bisa menyakitimu!" Suara tenang Shen Jian terdengar di hati Jiang Xin.
Pada saat yang sama, pukulan Jiang Shin yang membawa momentum kuat telah mencapai jarak setengah meter dari wajah Jiang Xin. Membuat rambut Jiang Xin berkibar karena hembusan angin yang di bawah oleh pukulan tersebut.
Tapi belum sempat itu mencapai Jiang Xin, sebuah tangan tua tiba-tiba muncul dan meraih pergelangan tangan Jiang Shing. Membuat kepalan tangan Jiang Shing yang tampak kuat berhenti di udara di jarak tiga senti dari wajah Jiang Xin, kemudian. Di detik berikutnya, aura yang dua kali lipat lebih kuat dari Jiang Shing melonjak di atas panggung pertempuran.
Fenomena ini mengejutkan semua orang di alun-alun, bahkan beberapa murid yang lebih lemah memiliki wajah pucat akibat tekanan dari aura tersebut.
Jiang Xin yang berada paling dekat dengan aura tersebut merasakan darah di tubuhnya mengalir terbalik. Dia akan segera memuntahkan darah sebelum cahaya abu-abu diam-diam keluar dari pisau emas dan membungkus tubuhnya, melindungi Jiang Xin dari dampak aura tersebut.
Sementara itu, di depanya. Jiang Shing yang tangannya di tahan oleh pihak lain merasakan nafasnya tercekat, membuat dia kesulitan untuk menarik nafas atau mengedarkan Qi Dao-nya. lalu perlahan. Dia berbalik hanya untuk melihat Jiang Rao sedang menatap ke arahnya dengan wajah dingin. "A .. Ayah!" ucapnya lirih.
"Jiang Shing, kamu berani melanggar peraturan Klan dan menyerang putra pemimpin Klan. Apa kamu sudah tidak menganggap Klan di matamu?" tanya Jiang Rao dengan suara dingin yang menusuk.
"Tidak. " Jiang Sing dengan cepat menggeleng. "Ayah, aku hanya ingin memberi sedikit hukuman kepada Jiang Xin karena sudah melanggar peraturan!" ucapnya berdalih.
Mendengar ini, semua orang di alun-alun mengerutkan kening dan menatap Jiang Shing dengan jijik. Memberi sedikit pelajaran? Semua orang dengan jelas melihat bahwa Jiang Shing menyerang dengan niat membunuh, dan selain itu. Aturan apa yang di langgar oleh Jiang Xin hingga dia harus mendapatkan hukuman? Jelas-jelas Jiang Shing hanya mencari alasan.
Pada saat ini, Jiang Ruyin tiba-tiba muncul di atas panggung pertempuran. Matanya tajam saat dia menatap Jiang Shing. "Jiang Shing, kamu berani menyerang putraku. Aku akan membunuhmu di sini!" teriaknya sambil mengedarkan Qi Dao yang dengan cepat berkumpul di telapak tangannya, membentuk gambar kepala singa yang meraung. Aura Dao Master Puncak melonjak dari dalam tubuhnya saat dia mendorong telapak tangannya ke arah Jiang Shing.
Namun saat gambar kepala singa ilusi meninggalkan telapak tangannya, itu dengan cepat hancur di bawah tekanan yang di keluarkan oleh Jiang Rao.
"Ayah!" Jiang Ruyin menatap Jiang Rao dengan tidak puas.
"Biarkan aku yang menangani ini!" tegas Jiang Rao, setelah itu. Dia berbalik menatap Jiang Shing, "Jiang Shing, katakan padaku! Aturan apa yang di langgar oleh Jiang Xin?" tanyanya dingin.
"Itu ... " Jiang Shing terlihat kebingungan dan ragu-ragu, dia memutar bola matanya sambil mencari-cari kesalahan Jiang Xin, itu lama sebelum dia dengan serius berkata. "Jiang Xin, dia melanggar aturan Klan dengan melukai sesama murid Klan. Selain itu, Sang'er adalah jenius dan harapan Klan. Kejahatan ini harus di beri hukuman berat!"
"Cih, dasar orang tua bodoh!" gumam Jiang Xin dalam hati.
Mendengar ini, wajah Jiang Rao yang sebelumnya dingin menjadi sangat gelap dan muram. Telapak tangannya di ayun dan menghantam dada Jiang Shing dengan keras.
" .. Bang! .. "
"Ugh!" Jiang Shing meludahkan darah segar saat dia di kirim terbang dari arena pertempuran seperti layang-layang yang putus dari talinya sebelum akhirnya jatuh menghantam tanah di bawah.
"Jiang Shing, kesombongan dan kelicikanmu telah membuat kamu menjadi semakin bodoh. Apa kamu tidak mendengar apa yang aku katakan sebelumnya, bahwa pertarungan antara Jiang Xin dan Jiang Wusang sepenuhnya bebas tanpa aturan. Selama itu tidak membunuh, itu sah-sah saja!" ujar Jiang Rao yang di dengar oleh semua orang.
Setelah mengatakan itu, dia melirik seorang Tetua yang berdiri di bawah arena. "Bawah Jiang Wusang pergi! Temukan tabib Li, lihat apakah dia bisa menyambung anggota tubuh Jiang Wusang yang putus!" perintahnya.
"Baik." Tetua itu mengangguk kemudian melompat ke atas panggung pertempuran dan dengan cepat membawa Jiang Wusang yang tidak sadarkan diri serta keempat anggota tubuhnya yang terpisah untuk meninggalkan arena pertempuran.
Setelah kepergian Tetua yang membawa Jiang Wusang, Jiang Rao perlahan berbalik ke arah Jiang Xin. Dia menatap wajah pemuda yang belum dewasa itu lekat-lekat, seolah-olah dia sedang melihat harta karun.
"Pertempuran telah berakhir, Jiang Xin adalah pemenangnya. Sesuai perjanjian, Jiang Ruyin akan tetap menjadi kepala Klan dan Klan akan melakukan yang terbaik untuk melatih Jiang Xin. Kelak, di masa depan. Jiang Xin akan menjadi kepala Klan Jiang berikutnya!" kata Jiang Rao mengumumkan dengan suara keras yang menggema di alun-alun.
Semangat dan jaga kenyamanan cerita biar bisa menghibur dan memuaskan pembaca.