Desi seorang gadis cantik yang berasal dari kampung. umurnya masih 18 tahun tetapi ia sudah memutuskan untuk merantau ke kota jakarta sendirian demi mencari pekerjaan. 18 tahun cukup muda kan? yeah... dari kecil Desi sudah dididik menjadi anak yang mandiri. di karenakan Desi lahir dikeluarga yang serba kekurangan, gadis itu hanya mampu menyelesaikan pendidikannya sampai kelas 6 SD saja. ia tidak punya cukup biaya untuk melanjutkan pendidikannya ketingkat selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan bekas desi
Kendra begitu terkejut ketika melihat Desi yang menangis tanpa sebab. "Kenapa kau tiba-tiba menangis, gadis nakal?!" pekik Kendra.
"Hikss ... Hikss ... A--Aku ...."
"Aku apa?! Katakan padaku apa yang sudah membuatmu menangis! Apa karena kau masih ingin meminjam ponselku? Pinjam lah!" Kendra memberikan ponselnya pada Desi. "Pinjam sepuas hatimu, gadis nakal. Bila perlu ambilah ponsel itu, aku bisa membeli yang baru untuk diriku sendiri. Jadi berhenti lah menangis!"
Mendengar hal itu membuat Desi semakin menangis. Gadis itu pun menggeleng-gelengkan kepalanya secara perlahan. "Hikss ... Hikss ... Aku tidak butuh ini, Tuan," tolak Desi mengembalikan ponsel tersebut pada Kendra.
Kendra pun dibuat kebingungan dengan tingkah aneh Desi itu. "Lalu apa yang membuatmu menangis, gadis nakal?!" tanya Kendra. Kedua tangan Kendra terangkat lalu memegang kedua pipi desi. "Katakan padaku apa yang sudah membuatmu menangis? Tolong, berhenti lah menangis, Gadis nakal. Aku tidak suka melihatmu bersedih seperti ini," ujar Kendra sembari menyeka air mata Desi dengan lembut.
"A--Aku menangis karena aku berbohong pada kedua orangtuaku, Tuan. Hikss ... Hikss ...." isak Desi yang membuat kening Kendra mengkerut ketika mendengarnya.
"Berbohong? Berbohong apa?" tanya Kendra benar-benar tidak mengerti.
"Hikss ... Hikss ... Aku—" Belum sempat Desi menyelesaikan perkataannya. Tiba-tiba pelayan tadi datang sembari membawa sup ayam baru untuk Desi.
"Kita bahas ini lain kali. Sekarang sudah waktunya kau untuk makan malam jadi berhenti menangis!" ujar Kendra yang segera mengambil ahli semangkuk sup ayam tersebut dari sang pelayan. Pelayan itu pun pergi.
"Buka mulutmu," perintah Kendra. Tanpa banyak berfikir Desi pun segera membuka mulutnya dengan patuh dan Kendra mulai menyuapi gadis nakalnya itu dengan sangat hati-hati.
Beberapa menit kemudian.
"Aku sudah kenyang, Tuan," ucap Desi menahan tangan Kendra yang hendak menyuapinya lagi.
"Satu suap lagi," ujar Kendra tetapi Desi menolak dengan cara menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku sudah kenyang. Perutku rasanya kembung, Tuan," sungut Desi sembari mengusap perutnya yang terlihat membuncit karena terlalu kenyang. Kendra yang melihat itu pun hanya bisa menghembuskan nafasnya secara pasrah.
"Baiklah." Melihat sup ayam masih tersisa banyak, tanpa berfikir panjang Kendra segera melahapnya.
Desi lantas terkejut ketika melihat aksi yang tak terduga dari Kendra itu. "Tuan tidak jijik?" tanya Desi.
"Jijik? Untuk apa?" tanya Kendra dengan mulut penuh makanan.
"Sup ayam itu kan bekas aku, Tuan," jawabnya.
"Lalu?" Kendra masih terlihat sibuk menyantap sup ayam yang ada di hadapannya dengan sangat lahap.
"Issh ... Sudahlah!" Desi memalingkan wajahnya dengan kesal karena Kendra seolah tidak mengerti apa yang sedang ia katakan.
Lima menit berlalu.
Setelah menghabiskan sup ayam yang ada di atas meja, Kendra pun berdiri dari duduknya. "Berdiri lah!"
"Kita mau ke mana, Tuan?" tanya Desi.
"Tentu saja balik ke kamar," jawab Kendra yang membuat Desi langsung tersenyum bahagia saat mendengarnya.
"Yey-! Akhirnya bisa tidur-tiduran lagi di atas kasur yang empuk itu!" Dengan kegirangan, Desi segera berdiri dari duduknya lalu berlari penuh semangat pergi dari sana untuk kembali ke kamar.
Kendra yang melihat itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya secara perlahan. "Dasar gadis nakal!" kekeh Kendra dengan gemas.
Kendra pun segera menyusul kepergian Desi. Namun, di saat Kendra hendak menaiki tangga, ia langsung berpapasan dengan Sam.
"Mau ke mana kau?" tanyanya.
"Mau pulang, Tuan," jawab Sam.
"Nanti dulu! Aku punya tugas baru untukmu!"
"Tugas apa itu, Tuan?" tanya Sam dengan kening yang mengkerut.
"Cari tahu tentang gadis nakal itu. Besok pagi aku ingin data-datanya sudah terkumpul dengan lengkap!"
"Itu tugas yang mudah untuk saya, Tuan. Tuan tenang saja. Besok saya akan kembali sembari membawa data-data tentang Nona, Tuan."
"Hmm. Pulanglah!"
Sam pun segera pergi dari sana. Sedangkan Kendra melanjutkan langkahnya untuk menaiki tangga.
Sesampainya di lantai dua. Kendra pun masuk ke dalam kamar dan melihat Desi yang sudah tertidur dengan sangat lelap di atas tempat tidur.
"Apa kau begitu kelelahan sehingga tertidur secepat ini, gadis nakal?" gumam Kendra sembari berjalan mendekatinya lalu mengusap kepala Desi dengan penuh kasih dan sayang.
Cup-!
Kendra mengecup kening desi begitu lembut. "Selamat tidur, gadis nakal."
Baru satu hari Kendra dan Desi bertemu. Tetapi Desi sudah mampu membuat Kendra si pria dingin itu luluh terhadapnya.
Kendra juga mulai tersadar bahwa dirinya memang benar-benar sedang jatuh hati pada Desi. Hanya saja ia begitu gengsi untuk mengakuinya.