Tidak pernah terbersit di pikiran Mia, bahwa Slamet yang sudah menjadi suaminya selama lima tahun akan menikah lagi. Daripada hidup dimadu, Mia memilih untuk bercerai.
"Lalu bagaimana kehidupan Mia setelah menjadi janda? Apakah akan ada pria lain yang mampu menyembuhkan luka hati Mia? Kita ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Power Of Mbak Jamu. Bab 30
"Kamu..." Ranti bingung, mau mundur mentok, maju pun tidak bisa bergerak karena lift penuh sekali.
"Kenapa kamu takut begitu Ranti, saya bukan hantu yang akan mencekik kamu kok. Jangan khawatir, kalau saya mau, sudah menendang kamu sejak beberapa bulan yang lalu" ujar Mia tepat di telinga Ranti. Tentu Ranti sendiri yang mendengar.
Ranti menahan Marah, jika sebelum berangkat tadi Slamet tidak berpesan agar menjaga sikap, rasanya ingin mencak-mencak. Wanita yang sulit senyum itu mengerling ke seluruh ruangan lift semua mata tertuju kepada Mia, terutama yang pria. Hati Ranti semakin dongkol.
Tring.
Lift terbuka rupanya suasana ruangan sudah sangat ramai. Semua orang yang berada dalam satu lift dengan Mia menunjukkan undangan kepada security.
"Silahkan duduk" security menunjukkan tempat duduk untuk umum. Namun sebelumnya para tamu mengisi buku lebih dulu, kemudian diberi satu box kue buatan Mia tentunya.
"Terimakasih" Mia pun mencari tempat duduk paling depan yang masih kosong lalu meletakan bokongnya perlahan-lahan.
"Ngapain loe duduk dekat gue? Jangan katakan loe mau dekat dengan Mas Slamet" Ranti tiba-tiba nyolot. dia geser bokongnya ke sebelah Mia agar jangan sampai Mia duduk dengan Slamet, lalu meletakan tas di kursi kosong untuk Slamet, khawatir diduduki oleh orang yang baru tiba.
"Idih" Mia melengos. Baru kali ini ada orang wanita yang cemburunya kelewatan. Padahal jangankan punya niat untuk kembali kepada Slamet, bermimpi pun tidak pernah.
Mia berpaling ke ruangan yang luas itu, terdapat panggung yang masih kosong selain MC. MC pun belum membuka acara yang masih kurang 15 menit lagi.
"Kemana sih Mas Slamet" Gumam Ranti gelisah sekali. Matanya ke sana kemari. Tentu saja masih terdengar oleh Mia.
Tetapi Mia tidak mau ikut campur, hanya saja merasa heran, Ranti rupanya bukan hanya cemburu kepadanya. Tetapi karena tamu-tamu disini banyak wanita, Ranti khawatir si buaya itu melirik wanita lain.
Sementara Ranti pandangan matanya tertuju ke arah lift mencari Slamet. Hingga lima menit kemudian, tangan Ranti melambai kala melihat Slamet berada digrombolan para tamu yang masuk.
"Mia... kamu sendirian?" Tanya Slamet ketika lewat di depan Mia.
"Iya" Jawabnya pendek tidak mau menatap Slamet, ujung-ujungnya akan memancing keributan.
Mia memilih menatap puluhan kursi yang berderetan dengan panggung. Ia menduga bahwa kursi yang masih kosong tersebut untuk para pembesar perusahaan.
Tamu pun berdatangan tidak sengaja tatapan Mia tertuju kepada wanita yang hampir membunuhnya itu datang bersama dua orang pria dan wanita. Mia menebak bahwa mereka adalah kedua orang tua Dona. Papa Dona berpisah dengan anak dan istrinya, mengisi deretan kursi kosong yang Mia duga papa Dona pun seorang pengusaha.
Sementara itu Dona dengan sang mama kebetulan duduk berdampingan dengan Mia, tetapi Dona belum menyadari keberadaan Mia.
"Vano kok belum ada, Ma?" Tanya Dona, menatap sang papa hanya duduk seorang diri.
"Sudahlah... mau ada Vano atau tidak, toh kalian sudah tidak ada hubungan lagi" Mama Dona menasehati.
Mia mendengar obrolan mereka membahas permasalahan tentang pernikahan Dona dengan Vano yang gagal.
"Ih, kue apaan ini? Nggak enak" ketus Ranti di sebelah Mia.
"Hus" Slamet memberi peringatan.
Mia hanya menarik napas panjang merasa diapit dua orang musuh kiri dan kanan, ingin pindah tempat tetapi kursi sudah hampir penuh. Dia melirik Ranti, berkata tidak enak tetapi makan kue tersebut dengan lahap.
"Adik" Mia memanggil pelan dua orang anak yang kebetulan lewat di depannya. Anak itu menoleh Mia lalu mendekat.
"Mau kue sayang?"
"Mau" Jawabnya serentak.
Mia memberitkan kue tersebut, anak itu mengucap terimakasih lalu pergi.
"Sok dermawan" ketus Ranti tiba-tiba. Ada rasa kesal di hatinya melihat semua itu. Dalam hati kecilnya sebenarnya sayang melihat kue Mia diberikan kepada anak yang tidak di kenal.
Mia menoleh tetapi tidak menimpali hanya menarik ujung bibir, rupanya Ranti mengatakan kue itu tidak enak hanya karena benci kepadanya. Ujung-ujungnya Slamet menasehati Ranti dan terjadi perdebatan.
Mia menangkap pria yang berjalan dengan gagahnya menggunakan jas berwarna cream dan celana hitam. Tidak Mia sadari bahwa baju mereka sama. Di sebelah Vano nampak ibu sepuh berjalan dengan lancar tidak lagi menggunakan tongkat.
"Itu dia datang Ma," Ucap Dona, tentu di dengar oleh Mia.
"Biar saja Dona. Mending makan kue kamu tuh, enak banget kok. Mama nggak berbohong," mama Dona mengalihkan.
Semua mata pun fokus ke acara yang sudah dibuka oleh MC dan dipimpin doa oleh seorang pria berpakaian koko.
Seperti acara pada umumnya beberapa sambutan dari para petinggi. Kali ini giliran Vano yang sudah berada di atas panggung memberi sambutan. Sesekali pandangan matanya tertuju kepada Mia, bahkan mengulum senyum.
Mia hanya diam saja tidak membalas senyum Vano, berbeda dengan Dona yang berada tidak jauh dari Mia merasa terbang ke langit tujuh, karena dia pikir Vano memberi senyuman kepadanya.
"Kan benar Ma, Vano senyum sama aku" Dona terus berbicara tetapi sang mama rupanya asik dengan kue di tangan.
Acara demi acara telah terlaksana, saat ini tiba acara pemotongan kue. Dua orang pria menggotong kue besar meletakan di atas meja yang baru saja diletakkan oleh dua orang pria di panggung tersebut.
Vano pun memotong kue tar yang paling atas, dia letakan di atas piring kecil. Disambut tepuk tangan oleh para hadirin, menunggu momen spesial akan diberikan kepada siapa kue tersebut. Nampak Vano tengah berbicara dengan wanita muda dan memberikan kue tersebut kepadanya.
Wanita muda yang tak lain adalah skretaris Vano turun dari atas panggung. Kameramen mengarahkan video kemana sekretaris itu membawa kue. Tidak sedikit para hadirin yang juga memutar video dan skretaris berjalan ke arah kursi deretan Mia.
Dona tersenyum lebar, dia yakin kue tersebut akan diberikan kepadanya. Namun, dia harus menelan rasa kecewa karena sekretaris Vano yang sudah Dona kenal hanya melintas di depanya.
"Mbak Mia" ucap sekretaris mengejutkan Mia.
"Mbak salah orang kali" Mia tidak yakin jika kue itu untuknya, bahkan dia juga mengira bahwa kue tar tersebut akan diberikan kepada Dona.
Dona memajukan kepala ingin melihat siapa orang yang beruntung. Bola mata Dona nyaris lepas dari tempatnya kala menatap Mia yang paling beruntung. Dia tidak menyadari bahwa duduk satu barisan dengan wanita yang dia benci.
"Awas loe" Batin Dona dengan tangan mengepal. Wanita itu menahan Marah. Berarti dugaanya selama ini benar, bahwa Vano ada hubungan dengan Mia.
Skretaris pun akhirnya kembali ketika kue sudah berada di tangan Mia.
Bukan hanya Dona yang kesal, Ranti pun sama. "Nyebelin" Celetuknya tepat di telinga Mia.
"Apa, kamu mau kue ini? Ambil," Mia memberikan kue tersebut.
Ranti memandangi Mia dengan kue bergantian. Diterima gengsi, jika tidak dia terima akan rugi. Sebab melihat tampilan kue yang di siram coklat bagian atas itu membuat air liurnya bercucuran. Pada akhirnya masa bodoh Ranti ambil alih kue dari tangan Mia, membuang rasa gengsi.
Acara demi acara pun selesai, para tamu akhirnya membubarkan diri. Karena tidak mau berebut lift dengan para undangan, Mia berjalan cepat melalui tangga bahkan setengah berlari.
Di luar masih sepi, tetapi matahari sudah tinggi berada di atas kepala Mia. Mia menuju ke pinggir jalan menyetop angkutan.
Hanya seorang diri, Mia berada di dalam mobil tersebut, selain supir yang bertopi. Namun, mobil angkutan tersebut bukan menuju jalan ke arah kediaman Mia.
"Bang. Bang! Mau kemana ini?" Mia memukul-mukul jok agar supir berhenti tetapi justru ngebut entah mau kemana.
...~Bersambung~...