NovelToon NovelToon
Bloody Anna

Bloody Anna

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Desas-desus Villa / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: nath_e

~Dibuat berdasarkan cerpen horor "Anna Van de Groot by Nath_e~

Anastasia ditugaskan untuk mengevaluasi kinerja hotel di kota Yogyakarta. siapa sangka hotel baru yang rencana bakal soft launching tiga bulan lagi memiliki sejarah kelam di masa lalu. Anastasia yang memiliki indra keenam harus menghadapi teror demi teror yang merujuk ada hantu noni Belanda bernama Anna Van de Groot.
mampukah Anastasia mengatasi dendam Anna dan membuat hotel kembali nyaman?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nath_e, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Firasat Anastasia

Anastasia berdiri kaku di sudut ruangan yang remang-remang. Penampakan sosok perempuan berpakaian ala jaman kolonial itu masih membekas di benaknya. Gaun putih bersih itu terasa begitu nyata, meski wujudnya memudar di balik bayang-bayang. Suara tangis halus sang hantu masih terngiang di telinganya. Tatapan mata kosong yang terasa begitu gelap terasa menusuk hatinya.

“Aaaaaaah!”

Anastasia melonjak terkejut, saat tangan Adam tiba-tiba menyentuh bahunya. Ia berbalik dengan wajah takut sekaligus bingung..

"Adam? Kamu bikin aku jantungan aja!" bentaknya dengan suara meninggi. Matanya berkilat, lebih karena ketakutan yang ia coba sembunyikan.

Adam mundur selangkah, mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah. "Hei, tenang, Anastasia. Aku cuma mau memastikan kalau kamu baik-baik saja. Kamu kelihatan pucat, apa sesuatu terjadi lagi?" Tanya Adam dengan nada lembut, berusaha menenangkan.

"Baik-baik saja?" Anastasia mendengus, pandangannya menyapu sekeliling ruangan. "Kau pikir aku baik-baik saja setelah semua kejadian horor siang tadi dan …,"

Anastasia menoleh ke arah sudut ruang kerjanya dimana sosok itu berdiri sebelumnya.

Adam mengerutkan kening. "Apa, ada apa disana?”

"Dia datang lagi, Dam. Tepat di sana!" Tunjuk Anastasia masih dengan kengerian. "Gaun putihnya, wajahnya yang pucat dan rambutnya yang basah ... Itu terlihat mengerikan!" Ia mengepalkan tangan, emosinya bercampur antara takut dan frustasi.

Adam mendekat lagi, kali ini lebih hati-hati. "Aku percaya itu, kamu memang sensitif–jika tidak ingin dikatakan indigo–tapi sebaiknya kamu tenang dulu." ucapnya pelan, matanya menatap dalam ke mata Anastasia.

Anastasia menarik napas panjang, meski tangannya masih gemetar. "Sosok itu bukan hanya hantu ... Dia ingin mengatakan sesuatu. Tapi aku terlalu takut untuk mendengarnya."

Adam mengangguk pelan, meskipun keraguan terlihat di wajahnya. "Kalau begitu, gimana kalau kita cari tahu siapa dia?”

Anastasia menoleh cepat ke arah Adam. “Jangan bercanda Dam, ucapan kamu bisa didengar nanti dia tambah gede rasa lagi. Dia bisa datang kapan aja!”

“Heeem, aku serius An. Lagipula ini mulai mengganggu dan aku sungguh nggak suka situasi begini … investor, kamu tahu kan maksud aku?”

Anastasia menghela nafas panjang, “kamu benar, ini semakin bikin aku pusing kepala.” Sahutnya sambil memijat pelipisnya.

Tiba-tiba saja suara langkah kaki terdengar dari atas. Anastasia dan Adam saling pandang, ketegangan kembali menyelimuti mereka.

Langkah berderit dari lantai atas membuat Anastasia semakin kaku. Napasnya memburu, matanya terpaku ke arah langit-langit yang kini terlihat lebih gelap dari sebelumnya.

"Itu dia," bisiknya hampir tak terdengar. "Adam, dia masih di sini."

Adam menarik napas panjang, mencoba mengatur pikirannya yang mulai terpengaruh oleh ketegangan di ruangan itu. Ia melangkah mendekati Anastasia, berhenti tepat di depannya. Dengan lembut, ia memegang kedua bahu gadis itu, memastikan Anastasia menatap langsung ke arahnya.

"Anastasia, dengarkan aku," katanya tegas tapi tetap lembut. "Aku nggak tahu apa yang baru saja kamu lihat, dan aku nggak akan mengabaikan apa pun yang kamu rasakan. Tapi yang terpenting sekarang, kamu butuh istirahat. Ayo, aku antar kamu pulang.”

Anastasia menggelengkan kepala, tubuhnya gemetar. "Tapi Dam, kalau dia ngikutin kita gimana?”

Adam memegang wajah Anastasia dengan kedua tangannya, memaksa pandangan gadis itu tetap tertuju padanya. "Dia nggak bakal ngikutin kamu. Kamu tahu persis itu, aku tahu kamu paham apa yang aku maksud. Aku ada disini, Anastasia. Aku nggak akan membiarkan apa pun menyakitimu, oke?" ucapnya dengan suara yang penuh keyakinan.

Pernyataan Adam membuat Anastasia terdiam sejenak. Nafasnya masih berat, tapi ia merasa ada ketenangan kecil yang mulai merayap di tengah kekacauan emosinya. Ia menutup matanya, mencoba mengatur nafas seperti yang Adam lakukan.

"Ayo," kata Adam pelan. Ia melepaskan tangannya dari wajah Anastasia, lalu meraih tangannya. "Kita pulang. Rumah lebih aman untukmu sekarang."

Anastasia ragu-ragu, tapi akhirnya mengangguk pelan. "Ok, tapi Dam kalau yang lain ikut juga mengganggu selama perjalanan gimana?”

“Anastasia … stop! Kamu sudah cukup dewasa dan paham cara menghadapi mereka kan? Jangan overthinking tentang hal yang diluar nalar. Yang logis aja berat apalagi overthinking sama makhluk halus. Kamu mau kalah sama mereka?”

"Udah, stop berpikiran macam-macam. Ikut aku!” Ucap Adam dengan tegas.

Adam menggenggam tangan Anastasia dengan erat dan membimbingnya keluar dari rumah tua itu. Di belakang mereka, suara langkah berderit dari lantai atas terdengar semakin pelan hingga menghilang sama sekali.

Anastasia menarik napas panjang, lega karena apa yang ditakutkannya tidak terjadi. Ia mencoba melepaskan rasa takut yang masih menempel di dadanya.

"See, kamu aman sekarang," kata Adam. Ia mendorongnya menuju mobil yang terparkir tak jauh dari pintu masuk hotel.

Anastasia melirik ke kaca spion. Entah kenapa ia merasa seolah ada sepasang mata yang mengawasi kepergian mereka.

"Thanks Dam, kamu benar. Aku mungkin cuma khawatir yang berlebihan,” gumam Anastasia pelan.

Adam hanya tersenyum kecil, “itu gunanya calon suami kan?”

“Dam, jangan mulai lagi deh.”

Reaksi Anastasia membuat Adam tergelak, ia suka rona merah saat Anastasia menahan malu sekaligus kesal. Itu sangat menggemaskan, terlepas dari kemampuan Anastasia yang sedikit mengganggunya. Adam memang mengetahui kemampuan Anastasia dari Dewi, tapi ia sama sekali tidak mengira jika kemampuan itu sering kali muncul dan mengganggu.

Setibanya di rumah, Anastasia berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air, sementara Adam duduk di sofa ruang tamu, memutar-mutar ponselnya. Ia terlihat ragu, seolah memikirkan sesuatu.

Saat Anastasia kembali dengan gelas di tangan, ia duduk di seberang Adam dengan wajah kusut kelelahan.

“An, ada yang mau aku omongin deh,” Adam berkata dengan hati-hati, “aku kenal seseorang yang bisa membantu.”

Anastasia meletakkan gelasnya di meja, alisnya terangkat. “Maksudmu siapa dan membantu untuk apa?”

“Seorang paranormal,” jawab Adam. “Dia pernah bekerja denganku saat pembangunan hotel beberapa tahun lalu. Katanya, dia bisa merasakan dan memahami energi tidak kasatmata. Dulu dia membantu kita bersihin area sebelum pembangunan dimulai.”

Anastasia terdiam sejenak, mempertimbangkan. “Paranormal?” gumamnya pelan. “Tapi aku udah manggil si Maya, untuk datang besok. Kamu ingat kan Maya? Katanya dia tahu banyak tentang hal-hal seperti ini juga.”

Adam mengangguk. “Bagus kalau begitu. Kita bisa melibatkan keduanya. Maya bisa mendampingimu, sementara paranormal ini mungkin bisa memberi perspektif lain. Kadang kita butuh orang luar untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas.”

Anastasia menatap Adam, rasa syukur terlihat di matanya. “Kamu benar. Aku cuma mau tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kalau ada cara untuk menghentikan ini, aku akan mencobanya.”

“Bagus,” kata Adam sambil tersenyum tipis. “Aku akan hubungi paranormal itu malam ini dan lihat apakah dia bisa datang besok.”

Anastasia mengangguk, meski masih ada keraguan di hatinya. Apakah mendatangkan paranormal adalah solusi terbaik atau malah bakal memperburuk situasi.

Setelah beberapa menit terdiam, Anastasia menatap Adam dengan ekspresi serius.

“Adam,” katanya pelan, “ada hal lain yang menggangguku.”

Adam mengangkat alis. “Apa itu?”

“Kanjeng Mami,” jawab Anastasia. “Kamu perhatiin nggak sih waktu makan siang tadi, dia ... terlalu tenang. Itu kayak bukan Mami deh.”

Adam mengerutkan alis. “Terlalu tenang? Bukannya dia ngomel ke kita terus ya?”

“Ck, kamu kayak nggak tau gimana dia biasanya,” lanjut Anastasia. “Selalu sibuk mengatur ini-itu, memastikan semuanya sempurna. Tapi waktu makan siang tadi, dia hampir tidak bicara. Bahkan saat piring bergerak dan sendok terjatuh pun, Mami cuma tersenyum tipis dan mengabaikannya. Itu bukan dia.”

Adam terdiam sejenak, mencerna ucapan Anastasia. “Mungkin dia capek setelah perjalanan inspeksi atau mungkin dia nggak mau ambil pusing masalah sepele.”

Anastasia menggeleng. “No, aku rasa bukan. Mami pasti tahu sesuatu, nyatanya dia nggak mau nginep disini, malah lebih milih di hotel. Dia menyembunyikan sesuatu.”

“Biasanya dia tidak pernah melewatkan kesempatan untuk memberi tahu sesuatu, apalagi kalau itu menyangkut aku.” lanjut Anastasia lagi dengan kerutan di keningnya.

Adam mengangguk pelan, berusaha memilih kata-kata yang tepat. “Mungkin dia punya alasan untuk menahan diri. Atau mungkin dia ingin kamu bicara duluan. Coba deh tanya langsung ke dia.”

Anastasia termenung, jelas masih ragu. “Kamu benar, mungkin besok sebelum berangkat ke Jakarta, aku harus bicara dengannya.”

“Kamu tahu gimana Kanjeng Mami. Dia memang keras, tapi dia selalu peduli. Kalau ada sesuatu yang mengganggumu, dia pasti bakal dengerin.” kata Adam menenangkan.

Anastasia tersenyum tipis, meski masih ada keraguan di hatinya. “Bener juga sih, siapa tahu dia punya solusi dari gangguan-gangguan ini kan?”

Adam mengangguk. “Nah gitu dong. Oke deh dah malam juga, aku balik ya. Besok mau aku jemput atau ..,”

“Aku berangkat sendiri aja, siapa tahu Mami mau berkunjung ke rumah temannya.”

Adam memahami keputusan Anastasia, ia pun pergi tak lama setelah jam berdentang sebelas kali. Anastasia masih berdiri di beranda menatap kepergian mobil Adam. Ia tak menyadari, dibalik gelapnya malam, dalam rimbun pepohonan sepasang mata mengintai dengan sorot penuh kebencian.

“Aku akan membalas mu, tunggu saja …Anastasia!”

Bersambung …,

1
Heri Wibowo
pagi pagi sudah sarapan omelan kanjeng mami aja ya An.
nath_e: pagi yg indah🤧
total 1 replies
Reni
ini kanjeng mami sambil nyelam minum air pdhl emg ujung2 nya Anastasia sama Adam disatuin 😅😂🤣 biar ceper aja prosesnya pake acara nyuruh beresin perhantuan biar secara g langsung makin dekat makin rapat
Reni: pingin gendong cicit cepet2 biar bisa dipamerin hhhhh
nath_e: 😁😁iyaaah pen dpt cucu
total 2 replies
αʝιѕнαкα²¹ᴸ
ya mana gue tau?!
Hana Nisa Nisa
semangat ya kak ceritanya bagus
nath_e: makasih Kaka cantik... insyaallah semangat trus 🤗🙏
total 1 replies
Ali B.U
is the best
nath_e: makasih ka 🙏🙂
total 1 replies
Ali B.U
nexy
αʝιѕнαкα²¹ᴸ
wew, sakti nih pohon!
Reni
wahhhh ternyata saling terkait semua hantu di hotel ini
Heri Wibowo
Anastasia pingsan karena terlalu banyak mengeluarkan energi untuk melihat kilas balik masa lalu
Netty Herawaty
goodsssss
nath_e: maturnuwun 🙏🤗
total 1 replies
wasiah miska nartim
lanjut thoooooooor
nath_e: siiap😅🙏
total 1 replies
wasiah miska nartim
lanjut thor
Heri Wibowo
lanjutin Mbak
nath_e: otw kaa😅🙏
total 1 replies
Reni
astaga pak Broto Iki lho kok Yo seh senewen mantan sugar baby sama Mbah Sarip 😅🤣😂 jatuh harga diri pak Broto hhh
Reni: kalah dupo 🤣😂😅
nath_e: 😂kalah telak ma simbah
total 2 replies
Reni
eee penyanyi to
Reni
akhirnya ada setitik harapan
Ali B.U
next
Reni
hiaaaa manggil si hantu Belanda Anna dikamar paling angker nich
Reni
wahhh udah kerasukan masih takut tuntutan Mbah Sarip 😅
Reni
jiaaaaa dipinteri mbah Sarip 😅🤣😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!