Novel ini mengisahkan perjalanan cinta yang penuh dinamika, yang diselimuti perselisihan dan kompromi, hingga akhirnya menemukan makna sesungguhnya tentang saling melengkapi.
Diantara lika-liku pekerjaan, mimpi, dan ego masing-masing, mereka harus belajar mengesampingkan perbedaan demi cinta yang semakin kuat. Namun, mampukah mereka bertahan ketika kenyataan menuntut mereka memilih antara ambisi atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arin Ariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menatap Masa Depan Bersama
Setelah keputusan Ariana untuk membuka hati kembali kepada Alfatra, kehidupan mereka mulai berjalan dengan ritme yang berbeda. Mereka berdua belajar untuk saling memahami dan memberikan ruang untuk pertumbuhan pribadi masing-masing. Namun, meskipun mereka merasa lebih dekat, banyak hal yang masih perlu dihadapi, terutama dengan keluarga dan masa depan yang penuh tantangan.
.......~
Meskipun mereka tidak terburu-buru, hubungan Alfatra dan Ariana mulai berkembang dengan langkah yang lebih tenang dan matang. Setiap pertemuan mereka menjadi momen berharga untuk saling berbagi dan menyelesaikan keraguan yang masih ada.
Suatu sore, di kafe tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama, Alfatra menatap Ariana dengan serius.
"Ari, aku tahu kita mulai kembali dari awal, dan aku menghargai itu. Tapi aku ingin bertanya satu hal," kata Alfatra, matanya penuh harap.
"Apa itu?" tanya Ariana, yang masih sibuk mengaduk kopi di cangkirnya.
"Apa kamu sudah siap untuk menjalani masa depan bersama? Kita sudah melewati banyak hal, dan aku ingin tahu kalau kita berdua benar-benar siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang."
Ariana terdiam sejenak. Ia memikirkan masa lalu mereka, penuh dengan suka dan duka, dan juga masa depan yang tidak pasti. Namun, ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya merasa lebih siap daripada sebelumnya.
"Aku tidak tahu apakah siap sepenuhnya, Alfa. Tapi aku tahu satu hal: aku ingin mencobanya bersama kamu. Kita mungkin tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi selama kita bisa bersama, aku rasa itu sudah cukup."
Alfatra tersenyum lega. "Aku juga merasa sama, Ari. Kita tidak harus tahu semua jawabannya sekarang. Yang penting, kita siap untuk berjuang bersama."
~.........
Namun, meskipun hubungan mereka mulai menemukan stabilitas, ada satu masalah besar yang belum terselesaikan: keluarga mereka. Keluarga Alfatra, meskipun menerima keputusan anaknya, masih merasa khawatir tentang masa depan mereka. Sementara itu, keluarga Ariana, meskipun mendukung hubungan mereka, juga tidak lepas dari pandangan yang skeptis.
Suatu malam, ketika mereka sedang makan malam di rumah keluarga Alfatra, ibu Alfatra berbicara dengan tegas.
"Alfa, kamu tahu kami selalu mendukungmu, tapi kami ingin memastikan bahwa kamu tidak terlalu terburu-buru. Apa kamu sudah benar-benar memikirkan semuanya? Cinta itu penting, tapi masa depan dan stabilitas juga harus diperhatikan."
Alfatra menatap ibunya dengan tenang. "Aku tahu, Bu. Aku sudah memikirkannya dengan matang. Aku tidak terburu-buru, dan aku ingin menjalani hidup ini dengan Ariana, dengan segala risiko yang ada."
Ibunya menghela napas, terlihat tidak sepenuhnya yakin. "Kami hanya ingin yang terbaik untukmu, Alfa. Kadang, cinta saja tidak cukup."
"Aku tahu, Bu. Tapi cinta adalah dasar yang kuat. Kami akan bekerja keras untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik," jawab Alfatra, mencoba meyakinkan ibunya.
Sementara itu, Ariana yang sedang duduk di sampingnya hanya bisa diam, merasakan beratnya beban yang ditanggung Alfatra. Ia tahu betul bahwa meskipun mereka berdua berusaha keras, ada banyak hal yang masih harus mereka buktikan kepada keluarga masing-masing.
.........~
Naumi, yang telah memutuskan untuk menjauh dari Alfatra, akhirnya kembali muncul dalam kehidupan mereka, tetapi kali ini dengan maksud yang berbeda. Suatu hari, Naumi menghubungi Ariana dan meminta untuk bertemu. Setelah berpikir panjang, Ariana akhirnya setuju untuk bertemu di sebuah taman.
"Maaf jika aku mengejutkanmu," kata Naumi dengan senyum tipis ketika Ariana duduk di bangku taman yang sama dengannya.
"Aku tidak menyangka kamu ingin bertemu," jawab Ariana, sedikit canggung. "Ada apa?"
Naumi menghela napas, matanya memandang ke arah yang jauh. "Aku ingin meminta maaf. Aku tahu aku telah menjadi bagian dari masalah yang terjadi antara kamu dan Alfatra. Aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak ingin menghalangi kebahagiaan kalian. Aku hanya ingin melihat kalian bahagia, baik bersama ataupun terpisah."
Ariana terkejut mendengar kata-kata Naumi. "Aku tidak tahu harus berkata apa, Naumi. Terima kasih karena sudah mengerti."
Naumi tersenyum, namun ada kesedihan di matanya. "Aku berharap kalian bisa menemukan kebahagiaan, apapun yang terjadi. Kalian berdua pantas mendapatkan yang terbaik."
Setelah beberapa menit berbicara tentang masa lalu mereka, Naumi akhirnya berpamitan, meninggalkan Ariana dengan perasaan yang campur aduk. Meskipun Naumi tidak lagi menghalangi hubungan mereka, Ariana tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah. Namun, ia merasa lega karena Naumi telah memberikan restunya.
~.................
Hari-hari berikutnya terasa lebih tenang bagi Ariana dan Alfatra. Mereka mulai berbicara lebih terbuka tentang masa depan mereka. Alfatra, yang semakin yakin akan perasaannya, merencanakan untuk memperkenalkan Ariana kepada lebih banyak orang di lingkaran sosialnya, dan Ariana pun mulai merasa lebih nyaman dalam posisi itu. Meski begitu, ada beberapa hal yang perlu mereka hadapi bersama.
Suatu sore, setelah bekerja seharian, Alfatra mengajak Ariana untuk berjalan-jalan ke tempat yang mereka sukai—sebuah taman yang penuh dengan kenangan indah. Di sana, mereka duduk di bangku yang biasa mereka datangi.
"Ari," kata Alfatra dengan suara lembut, "aku tahu kita masih memiliki banyak hal yang harus kita lewati. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak akan pernah menyerah. Aku ingin membangun masa depan ini denganmu."
Ariana memandangnya dengan mata yang penuh rasa sayang. "Aku tahu, Alfa. Dan aku ingin kita berdua berusaha bersama. Aku tidak bisa menjanjikan apa-apa, tapi aku siap menghadapi apapun yang datang."
Dengan tangan yang saling menggenggam, mereka duduk bersama, merasa bahwa meskipun banyak ketidakpastian, mereka siap untuk menatap masa depan bersama. Cinta mereka yang baru tumbuh, meskipun penuh tantangan, tetap menjadi alasan utama mereka untuk bertahan.
.............~