Aksa harus menelan pil pahit saat istrinya, Grace meninggal setelah melahirkan putri mereka. Beberapa tahun telah berlalu, tetapi Aksa masih tidak bisa melupakan sosok Grace.
Ketika Alice semakin bertumbuh, Aksa menyadari bahwa sang anak membutuhkan sosok ibu. Pada saat yang sama, kedua keluarga juga menuntut Aksa mencarikan ibu bagi Alice.
Hal ini membuat dia kebingungan. Sampai akhirnya, Aksa hanya memiliki satu pilihan, yaitu menikahi Gendhis, adik dari Grace yang membuatnya turun ranjang.
"Aku Menikahimu demi Alice. Jangan berharap lebih, Gendhis."~ Aksa
HARAP BACA SETIAP UPDATE. JANGAN MENUMPUK BAB. TERIMA KASIH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua
Hari ini di rumah kediaman orang tuanya, Ghendis akan melangsungkan pernikahan dengan kakak iparnya, Aksa. Dia akhirnya menyetujui pernikahan ini karena tak mau ibu berlutut dan memohon padanya.
Sudah dua hari Ghendis mematikan ponselnya. Dia tak siap menerima chat atau telepon dari kekasihnya Dicky. Gadis itu merasa sangat bersalah pada pria yang telah lima tahun ini menjalin hubungan dengannya.
Air mata tak bisa Ghendis tahan. Impian untuk membina rumah tangga dengan kekasih hati harus kandas.
Ibu Novi masuk ke kamar. Melihat sang putri menangis, dia lalu menghampiri. Sebenarnya tak tega melihatnya. Namun, ini harus dia lakukan agar Aksa tak jatuh ke pelukan wanita lain. Novi merasa sayang jika menantunya itu memilih orang lain, takut hartanya yang melimpah tak turun ke sang cucu.
"Hapus air matamu, Ghendis! Apa kau ingin seluruh dunia tahu jika kamu terpaksa menikah dengan Aksa? Seharusnya kamu bersyukur Aksa memilihmu sebagai pendamping. Di luar sana banyak wanita yang menginginkan posisi kamu ini!" ucap ibu dengan penuh penekanan.
Tanpa kata, Ghendis menghapus air matanya. Tak ada guna menjawab ucapan sang ibu, justru akan membuat ibunya makin meradang.
Setelah selesai berhias, Ghendis di bantu sang perias keluar kamar menuju ruang tamu. Di mana telah berkumpul tamu undangan yang terdiri dari keluarga dan tetangga terdekat saja.
Ghendis memang meminta tak ada pesta besar-besaran. Dia tak mau Dikcy tahu tentang pernikahannya. Gadis itu belum siap bertemu sang kekasih, karena tak tahu alasan dia menikah dengan pria lain dan mengubur mimpi mereka.
"Maafkan aku, Dicky. Aku telah mengingkari janji kita. Aku terpaksa menerima pernikahan ini. Aku tak memiliki pilihan lain. Maafkan aku, Sayang, ku harus pamit pergi. Sampai di sini kisah kita jalani. Aku berharap dirimu bisa mengerti. Selamat tinggal kekasih hati. Maaf jika aku mengecewakan kamu. Membuat kamu kesal. Tapi percayalah, aku sangat mencintaimu. Dan sesungguhnya aku takut kehilanganmu. Tapi aku tak punya pilihan. Aku harus menerima pernikahan ini. Aku harap kamu bisa mengerti, Sayang."
Ghendis duduk berdampingan dengan Aksa. Di depan pria itu ada wali hakim yang akan menikahi mereka. Ijab kabul pun segera di mulai. Dengan satu kali ucapan dan satu kali tarikan napas Aksa mengucapkannya. Saksi mengatakan pernikahan sah.
Saat ini Ghendis dan Aksa telah resmi menjadi suami istri. Air mata tak bisa gadis itu tahan. Semua orang mungkin mengira dia menangis karena terharu dan bahagia. Seperti kata ibunya, banyak wanita yang ingin menjadi istri seorang Aksa, pria tampan dan mapan. Namun, pesonanya tak membuat Ghendis jatuh cinta karena dia hanya menganggap pria itu sebagai kakak iparnya.
Setelah ijab kabul berlangsung, para tamu undangan menyantap hidangan yang di sediakan. Ghendis duduk sendirian bersanding di pelaminan. Sedangkan Aksa duduk bersama rekan kerjanya. Gadis itu mencoba menahan sebak di dadanya.
"Jangan menangis. Tidak ada yang peduli. Tersenyumlah, tidak ada yang peduli bagaimana perasaanmu. Saat canggung adalah ketika kamu berbicara dan kamu menyadari tidak ada yang peduli dengan apa yang kamu katakan. Tidak ada yang peduli, mereka hanya berpura-pura. Pikiranku membunuhku, tapi tidak ada yang peduli."
Pesta berlangsung hingga sore saja karena tamu memang tidak banyak. Aksa dan Ghendis masuk ke kamar pengantin. Kamar tamu yang biasa Grace dan Abang iparnya itu tempati jika berkunjung ke sini.
Alice tidur dengan ibu. Tadi Ghendis ingin mengajak ponakannya tidur bersama mereka, tapi ibu melarang.
Aksa masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Setelah selesai mandi dan memakai piyamanya, pria itu langsung naik ke ranjang membaringkan tubuhnya.
Ghendis lalu masuk ke kamar mandi dan juga membersihkan dirinya. Setelah mandi dan memakai baju tidurnya gadis itu keluar dari kamar. Dia berdiri terpaku memandangi Aksa yang terbaring di atas ranjang. Dia tak tahu harus bagaimana. Apakah tidur di samping pria kutup utara itu?
"Kenapa kau memandangi aku seperti itu?" tanya Aksa dengan wajah datar.
"Aku ngantuk, mau tidur," jawab Ghendis dengan lugunya.
"Tidur di sofa. Jangan di ranjang ini. Aku tak mau tempat Grace di isi wanita lain. Kau harus ingat, aku menikahimu hanya untuk Alice, bukan menggantikan posisi Grace di hati ini," ucap Aksa dengan penuh penekanan.
Ghendis merasakan hatinya bagai tertusuk belati mendengar ucapan pria itu. Apakah dia pikir, aku bahagia dengan pernikahan ini? Aku juga menikah karena terpaksa. Itu yang gadis itu ucapkan dalam hatinya.
Dia berjalan menuju sofa yang ada di dekat jendela. Membaringkan tubuhnya di sana. Tanpa terasa air mata jatuh membasahi pipinya yang putih mulus.
Aku seorang anak perempuan yang sedang menyembunyikan rasa sakit yang sedang dirasakan dalam dirinya. Aku yang setiap malam menangis tanpa suara. Seorang anak yang berusaha menguatkan diri sendiri tanpa ada yang tahu keadaannya. Anak perempuan yang berusaha keras untuk terlihat baik-baik saja, padahal dia sendiri ingin melarikan diri dari hidupnya sendiri. Dia yang berusaha terlihat baik-baik saja di depan semua orang padahal dia dalam keadaan down. Begitu kerasnya hantaman yang menabrak pikiran dan hatinya sehingga dia sendiri kehilangan arah. Kemana dia harus berlindung? Siapa yang dapat memberikan rasa aman? Anak perempuan yang selalu memeluk lukanya sendiri. Anak perempuan yang selalu menopang dirinya sendiri. Dia yang selalu berusaha untuk kuat sendiri.
...----------------...
baca cerita Gendist ...
terasa semakin sakit di hati
hatiku ikut sakit